Luas Perubahan Penggunaan Lahan Pada Berbagai Zona

46

5.1.4 Luas Perubahan Penggunaan Lahan Pada Berbagai Zona

Luas perubahan penggunaan lahan di kawasan TNGHS periode tahun 2000- 2010 pada berbagai zona disajikan pada Tabel 13. Tabel 13 Matriks perubahan penggunaan lahan kawasan TNGHS periode tahun 2000-2010 pada berbagai zona Penggunaan lahan tahun 2000 ha Penggunaan lahan tahun 2010 ha Zona Inti Badan Air Hutan Kebun Campuran Kebun Teh Ladang Lahan terbangun Sawah Semak Jumlah Badan Air Hutan 31.044 5 15 5 1 176 31.246 Kebun Campuran Kebun Teh Ladang 4 11 1 1 2 19 Lahan terbangun 5 5 Sawah 2 13 15 Semak 28 1 4 1 60 94 Jumlah 31.076 6 3 32 11 3 248 31.379 Zona Rimba Badan Air Hutan Kebun Campuran Kebun Teh Ladang Lahan terbangun Sawah Semak Jumlah Badan Air 26 26 Hutan 17.293 136 29 270 9 62 1.122 18.921 Kebun Campuran 29 27 8 47 8 52 171 Kebun Teh 75 75 Ladang 42 11 2 231 7 171 494 Lahan terbangun 47 47 Sawah 2 20 88 1 111 Semak 247 49 18 190 1 32 868 1.405 Jumlah 26 17.611 225 132 758 64 220 2.214 21.250 Zona Pemanfaatan Badan Air Hutan Kebun Campuran Kebun Teh Ladang Lahan terbangun Sawah Semak Jumlah Badan Air 13 1 13 Hutan 807 14 17 1 11 130 980 Kebun Campuran 1 2 3 4 10 Kebun Teh 4 3 7 Ladang 7 11 2 5 11 36 Lahan terbangun 5 5 Sawah 6 12 171 189 Semak 25 7 5 182 219 Jumlah 13 839 14 5 46 8 36 498 1.459 Zona Rehabilitasi Badan Air Hutan Kebun Campuran Kebun Teh Ladang Lahan terbangun Sawah Semak Jumlah Badan Air 22 22 Hutan 7.852 836 2 665 7 219 2.369 11.950 Kebun Campuran 444 2985 10 513 12 271 839 5.074 Kebun Teh 12 1 2 15 Ladang 93 393 1.462 9 249 723 2.929 Lahan terbangun 38 38 Sawah 98 206 3 829 104 1.240 Semak 471 925 21 1307 7 272 3.854 6.857 Jumlah 22 8.860 5.237 45 4.153 76 1.841 7.891 28.125 47 Tabel 13 Lanjutan Penggunaan lahan tahun 2000 ha Penggunaan lahan tahun 2010 ha Zona Khusus Badan Air Hutan Kebun Campuran Kebun Teh Ladang Lahan terbangun Sawah Semak Jumlah Badan Air 86 86 Hutan 4.928 583 6 382 22 172 623 6.716 Kebun Campuran 385 2329 17 442 53 318 269 3.813 Kebun Teh 240 5 4 8 8 265 Ladang 38 361 9 1344 43 452 324 2.571 Lahan terbangun 305 1 306 Sawah 139 343 42 3.108 5 3.637 Semak 214 791 33 957 40 374 1.731 4.140 Jumlah 86 5.565 4.203 305 3.473 509 4.433 2.960 21.534 Zona Tradisional Badan Air Hutan Kebun Campuran Kebun Teh Ladang Lahan terbangun Sawah Semak Jumlah Badan Air 2 2 Hutan 574 28 2 25 3 5 142 789 Kebun Campuran 15 92 8 7 2 12 18 154 Kebun Teh 100 1 3 104 Ladang 8 5 2 26 3 14 58 Lahan terbangun 20 20 Sawah 1 3 3 30 37 Semak 38 6 8 13 2 3 173 243 Jumlah 2 635 132 120 75 30 66 347 1.407 Zona Budaya Badan Air Hutan Kebun Campuran Kebun Teh Ladang Lahan terbangun Sawah Semak Jumlah Badan Air Hutan 2 2 Kebun Campuran 2 2 Kebun Teh Ladang 2 2 Lahan terbangun 2 2 Sawah Semak 2 2 Jumlah 2 2 6 10 Enclave Badan Air Hutan Kebun Campuran Kebun Teh Ladang Lahan terbangun Sawah Semak Jumlah Badan Air 20 20 Hutan 624 121 12 58 8 60 134 1.017 Kebun Campuran 73 531 38 104 22 98 90 956 Kebun Teh 1.103 16 12 18 9 1.158 Ladang 21 114 83 623 29 207 73 1.150 Lahan terbangun 234 234 Sawah 44 145 28 1.655 28 1.900 Semak 42 227 141 270 10 135 488 1.313 Jumlah 20 760 1.037 1.377 1.216 343 2.173 822 7.748 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa perubahan penggunaan lahan kawasan TNGHS selama periode tahun 2000-2010 terjadi pada semua zona. Akan tetapi perubahan penggunaan lahan pada zona rimba dan zona rehabilitasi tidak sesuai dengan fungsi zonasinya. Terutama perubahan hutan menjadi penggunaan lahan semak, ladang, kebun campuran, dan sawah. Penurunan luas hutan menjadi penggunaan lahan lainnya pada zona rimba dan zona rehabilitasi perlu mendapat perhatian dari balai TNGHS agar kondisinya tidak semakin rusak. Upaya pengamanan kawasan dan penyuluhan kepada masyarakat akan memulihkan kembali fungsi dari kawasan hutan sebagai 48 penyangga kehidupan. Perubahan penggunaan lahan kawasan TNGHS selama periode tahun 2000-2010 terjadi pada semua zona sebagai berikut : Zona Inti. Penutupanan lahan pada zona inti didominasi oleh hutan sebesar 31.076 ha atau sekitar 99,00 dari luas zona inti. Pada zona inti, terjadi perubahan penggunaan hutan menjadi semak sebesar 176 ha, ladang sebesar 15 ha dan kebun campuran sebesar 5 ha. Zona inti pada kawasan TNGHS relatif aman dari perubahan penggunaan lahan. Hal ini dikarenakan topografi wilayah yang bergunung-gunung dan disertai tidak adanya akses jalan ke zona ini. Zona Rimba. Secara geografis zona ini merupakan penyangga zona inti kawasan TNGHS. Pada tahun 2000 penutupan lahan di zona rimba di dominasi oleh hutan sebesar 18.821 ha atau sekitar 89,04 dari luas zona rimba. Pada tahun 2010 luas hutan pada zona rimba berkurang menjadi 17.611 ha atau sekitar 82,87 dari luas zona rimba. Penurunan luas hutan pada zona rimba terjadi akibat adanya konversi hutan menjadi penggunaan lahan lainnya, antara lain : semak, ladang, kebun campuran, dan sawah. Penggunaan lahan yang meningkat pada zona rimba antara lain semak, ladang, dan sawah. Pada tahun 2010 luas semak bertambah 809 ha menjadi 2.214 ha, luas ladang bertambah 264 ha menjadi 758 ha, sedangkan luas sawah bertambah 109 ha menjadi 220 ha. Zona Pemanfaatan. Pada tahun 2010 penutupan lahan yang mendominasi zona pemanfaatan adalah hutan sebesar seluas 839 ha atau 57,50 dan semak sebesar 498 ha atau sekitar 34,13. Selama periode 2000-2010 terjadi penurunan luasan hutan pada zona pemanfaatan sebesar 141 ha yang diikuti dengan peningkatan semak sebesar 279 ha. Zona Rehabilitasi. Zona rehabilitasi pada kawasan TNGHS merupakan ekosistem penting serta menjadi habitat spesies penting yang telah terdegradasi. Pada tahun 2010 penutupan lahan yang mendominasi zona rehabilitasi adalah hutan sebesar seluas 8.860 ha 31,50, semak sebesar 7.891 ha 28,05, kebun campuran sebesar 5.237 ha 18,62, ladang sebesar 4.153 ha 14,76 dan sawah sebesar 1.841 ha 6,54. Penggunaan lahan yang mengalami penurunan pada periode tahun 2000- 2010 adalah hutan sebesar 3.090 ha dan semak sebesar 1.034 ha. Hal ini diikuti dengan adanya peningkatan penggunaan lahan ladang, sawah dan kebun campuran. Pada tahun 2010 luas ladang bertambah 1.224 ha, luas sawah bertambah 601 ha, dan luas kebun campuran bertambah 163 ha. Penurunan luas hutan pada zona rehabilitasi menjadi penggunaan lahan lainnya perlu mendapat perhatian dari Balai TNGHS agar kondisinya tidak semakin rusak. Dimasa depan, setelah ekosistem dinilai pulih kembali, zona rehabilitasi dapat ditetapkan sebagai zona inti, zona rimba ataupun zona pemanfaatan. Zona Khusus. Zona khusus pada kawasan TNGHS merupakan wilayah yang telah ada kelompok masyarakat yang berdomisili sebelum ditetapkan dan saranaprasarana seperti telekomunikasi, transportasi, listrik dan sebagainya. Zona khusus pada kawasan ini berupa model kampung konservasi MKK Perusahaan, SUTET Saluran Umum Tegangan Ekstra Tinggi dan jalan Provinsi. Pada tahun 2010 penutupan lahan yang mendominasi zona khusus adalah hutan sebesar 5.565 ha 25,84, sawah sebesar 4.433 ha 20,58, kebun 49 campuran sebesar 4.203 ha 19,51, ladang sebesar 3.473 ha 16,12 dan semak sebesar 2.960 ha 13,74, dan lahan terbangun sebesar 509 ha 2,36. Penggunaan lahan yang mengalami penurunan pada periode tahun 2000- 2010 pada zona khusus adalah hutan sebesar 1.151 ha dan semak sebesar 1.180 ha. Hal ini diikuti dengan adanya peningkatan penggunaan lahan ladang, sawah, kebun campuran dan lahan terbangun. Pada tahun 2010 luas ladang bertambah 904 ha, luas sawah bertambah 796 ha, luas kebun campuran bertambah 390 ha dan lahan terbangun bertambah sebesar 203 ha. Zona Tradisional . Zona tradisional merupakan wilayah dimana penduduk secara tradisional memanfaatkan hasil hutan non kayu. Selain itu zona tradisional merupakan wilayah kasepuhan yang berada di kawasan TNGHS. Selama periode tahun 2000-2010 penggunaan lahan yang mengalami penurunan pada zona tradisional adalah hutan sebesar 154 ha dan kebun campuran sebesar 22 ha. Penggunaan lahan yang mengalami peningkatan antara lain semak, ladang, sawah, dan lahan terbangun. Pada tahun 2010 luas semak bertambah 104 ha, luas ladang bertambah 62 ha, luas sawah bertambah 29 ha dan lahan terbangun bertambah sebesar 10 ha. Zona Budaya . Identifikasi zona budaya dilakukan dengan penelusuran sejarah berupa areal yang penting bagi kegiatan religi dan budaya seperti makam dipuncak Gunung Salak, situs Cibedug dan situs Kosala di Kabupaten Lebak. Tututapn lahan di zona budaya antara lain berupa hutan, semak dan lahan terbangun. Enclave. Kawasan Enclave merupakan kawasan yang bukan merupakan bagian dari pengelolaan TNGHS akan tetapi secara geografis berada di dalam kawasan TNGHS. Kawasan ini berupa kawasan permukiman kasepuhan, kawasan perkebunan teh swasta PTPN VIII Cianten dan PT. Nirmala Agung dan areal penggunaan lainnya. Pada tahun 2010 penutupan lahan yang mendominasi enclave adalah sawah sebesar 2.173 ha 28,05, kebun teh sebesar 1.377 ha 17,77 , ladang sebesar 1.216 ha 15,69, kebun campuran sebesar 1.037 ha 13,38, semak sebesar 822 ha 10,61 dan hutan sebesar 760 ha 9,81. Selama periode tahun 2000-2010 penggunaan lahan yang mengalami penurunan pada kawasan enclave adalah semak sebesar 491 ha, hutan sebesar 257 ha dan kebun campuran sebesar 121 ha. Penggunaan lahan yang mengalami peningkatan antara lain ladang, sawah, kebun teh, dan lahan terbangun. Pada tahun 2010 luas ladang bertambah 982 ha, luas sawah bertambah 273 ha, luas kebun teh bertambah 227 ha dan lahan terbangun bertambah sebesar 109 ha. Gambar 21 di bawah ini menunjukkan grafik perubahan penggunaan lahan kawasan TNGHS periode tahun 2000-2010 pada berbagai zona. 50 a Zona inti b Zona Rimba c Zona Pemanfaatan d Zona Rehabilitasi e Zona Khusus f Zona Tradisional g Zona Budaya h Enclave Gambar 21 Grafik perubahan penggunaan lahan kawasan TNGHS periode tahun 2000-2010 pada berbagai zona. 51

5.2 Faktor Yang Mempengaruhi Perubahan Penggunaan Lahan