Pengeluaran Keuangan Daerah Fiskal Daerah .1 Penerimaan Keuangan Daerah

satu-satunya sektor yang berada di atas rata-rata laju pertumbuhan total PDRB. yaitu sebesar 6.88. Sektor pertanian selama kurun waktu penelitian memiliki laju pertumbuhan rata-rata sebesar 4.06. Walaupun sektor tersebut melaju di bawah rata-rata total PDRB, namun masih berada sedikit di atas rata-rata laju pertumbuhan sektor industri yang melaju dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 3.99. Sementara itu PDRB pertambangan, LGA dan konstruksi yang tergabung dalam PDRB lainnya melaju dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 3.22. Berikut adalah gambar rata-rata laju pertumbuhan total PDRB seluruh propinsi di Indonesia tahun 2004-2009. Sumber: BPS, diolah Gambar 17 Rata-rata laju pertumbuhah PDRB seluruh propinsi di Indonesia, tahun 2004-2009 PDRB Indonesia sebagian besar dibentuk oleh PDRB jasa yang merupakan gabungan dari perdagangan, komunikasi dan transportasi, keuangan dan jasa-jasa. PDRB jasa ini hampir menguasai setengah dari PDRB yang dihasilkan di Indonesia dengan kecenderungan yang semakin membesar. Pada tahun 2003, share PDRB jasa sebesar 41.56 dan meningkat pada tahun 2009 menjadi 45.89. Industri menempati urutan kedua dalam kontribusinya terhadap PDRB Indonesia. Sektor ini memberikan sekitar 25 terhadap total PDRB dengan kecenderungan proporsi yang semakin menurun. Hal tersebut sejalan dengan fenomena deindustrialisasi yang terjadi pada beberapa tahun terakhir ini. Pertanian merupakan sektor ketiga penyumbang terbesar bagi PDRB Indonesia. Share Pertanian ini berada sedikit di atas share PDRB lainnya, yaitu sekitar sebesar 15. Apabila dilihat proporsi PDRB pertanian ini, terlihat bahwa share nya mengalami penurunan dari waktu ke waktu. Hal tersebut mengindikasikan semakin bergesernya peranan pertanian ke arah jasa yang pada sisi lain semakin menujukkan peningkatan proporsi. Sumber: BPS, diolah Gambar 18 Rata-rata proporsi PDRB Pertanian, Industri, Jasa dan Lainnya di Indonesia, tahun 2003-2009 Perekonomian propinsi-propinsi di Indonesia masih di dominasi oleh sektor pertanian. Hal tersebut terlihat dari cukup tingginya share PDRB sektor pertanian terhadap total PDRB di sebagian besar propinsi. Secara rata-rata seluruh propinsi, share PDRB pertanian terhadap total PDRB mencapai 25.06. Sebagian besar propinsi memiliki share PDRB pertanian sekitar 20-45. Hanya propinsi tertentu yang memang menggantungkan perekonomiannya pada sektor jasa dan pertambangan seperti DKI Jakarta dan Kalimantan Timur memiliki share PDRB pertanian relatif kecil yaitu hanya sebesar masing-masing 0.09 dan 6.67. Sektor industri yang memiliki nilai tambah terbesar dalam proses produksinya memiliki rata-rata share yang lebih kecil apabila dibandingkan dengan sektor pertanian. Rata-rata share PDRB sektor industri seluruh propinsi selama tahun 2003-2009 sebesar 15.28. Jawa Barat, Jawa Tengah dan Kalimantan Timur merupakan propinsi dengan share PDRB terbesar yaitu masing-masing sebesar 44.85, 31.83 dan 34. Sumber: BPS, diolah Gambar 19 Rata-rata proporsi PDRB Pertanian, Industri, Jasa dan Lainnya menurut propinsi di Indonesia, tahun 2003-2009 Sementara itu PDRB jasa yang merupakan gabungan dari sektor perdagangan, pengangkutan, keuangan dan jasa-jasa berkontribusi sebesar 45.14 terhadap total PDRB. DKI Jakarta sebagai daerah dengan perekonomian berbasis jasa dan perdagangan memiliki share terbesar, mencapai 72.00. Sedangkan PDRB lainnya yang merupakan gabungan dari PDRB sektor pertambangan, sektor listrik, gas dan air, dan sektor konstruksi memiliki rata-rata share PDRB sebesar 17.52.

4.3 Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang memiliki arti penting dalam suatu perekonomian. Jumlah penyerapan tenaga kerja di Indonesia selama 2003-2009 meningkat sebesar 12.99. Penyerapan tenaga kerja tersebut tersebar ke dalam beberapa sektor ekonomi dan fluktuatif dari tahun ke tahun seperti yang terlihat pada gambar 20. Penyerapan tenaga kerja pada sektor jasa dan sektor lainnya pada tahun 2005 menunjukkan penurunan. Hal tersebut disebabkan oleh adanya sedikit imbas dari krisis keuangan yang dipicu oleh macetnya kredit perumahan di Amerika, sehingga menyebabkan menurunnya tenaga kerja di sektor jasa khususnya keuangan dan perdagangan, serta sektor lainnya terutama konstruksi yang membutuhkan investasi yang tinggi. Laju pertumbuhan tenaga kerja selama tahun 2004-2009 sangat fluktuatif. Apabila dilihat pada gambar 20, pertumbuhan tenaga kerja sektor pertanian sangat rendah dan berada pada kisaran 0-1, bahkan sempat berkurang menjadi sebesar minus 5.66 pada tahun 2004. Apabila dilihat dari rata-rata laju pertumbuhan selama kurun waktu 2004-2009 tersebut, pertumbuhan tenaga kerja pertanian tumbuh minus 0.52 persen per tahun. Semakin sempitnya lahan pertanian, dan semakin berkurangnya insentif pertanian akibat dari beban ongkos produksi yang semakin tinggi menyebabkan semakin berkurangnya tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian. Sumber: BPS, diolah Gambar 20 Laju pertumbuhan tenaga kerja sektor pertanian, industri, jasa dan lainnya di Indonesia, tahun 2004-2009 Rata-rata laju pertumbuhan tenaga kerja industri per tahun sebesar 1.92. Rendahnya rata-rata laju pertumbuhan tenaga kerja sektor industri ini berkaitan dengan fenomena deindustrialisasi yang terjadi beberapa tahun belakangan ini yang ditandai dengan semakin melambatnya laju pertumbuhan PDRB industri. Tenaga kerja sektor jasa mengalami rata-rata laju pertumbuhan sebesar 4.63 dengan laju pertumbuhan yang sangat fluktuatif. Hal tersebut disebabkan banyaknya usaha-usaha informal mendominasi sektor jasa. Usaha-usaha informal tersebut memiliki karakteristik mudah untuk keluar-masuk pasar, sehingga para pelakunya pun memiliki kemudahan untuk keluar masuk sektor tersebut. Sementara itu, sektor lainnya konstrutsi, pertambangan dan LGA mengalami rata-rata laju pertumbuhan per tahun sebesar 5.83. Sumber: BPS, diolah Gambar 21 Rata-rata proporsi tenaga kerja pertanian, industri, jasa dan lainnya menurut propinsi di Indonesia, tahun 2003-2009 Sektor pertanian merupakan sektor dengan tingkat penyerapan tenaga kerja yang cukup besar. Selama tahun 2003-2009, sektor ini mampu menyerap tenaga kerja sebesar rata-rata per propinsi sebesar 50.22 dari total tenaga kerja. Beberapa propinsi dengan tingkat penyerapan tenaga kerja pertanian terhadap total tenaga kerja yang cukup tinggi adalah Papua 73.53, NTT 72.19 dan Bengkulu 65.49. Hal ini mengindikasikan bahwa sektor pertanian ketiga propinsi tersebut memiliki beban penyerapan tenaga kerja yang cukup tinggi, sebab di sisi lain PDRB pertanian ketiga propinsi tersebut bukan merupakan sektor yang memiliki kontribusi terbesar terhadap PDRB.