Spesifikasi Model Ekonometrika Analisis Model Ekonometrika

Tabel 2 Keterangan variabel penelitian dan satuannya Variabel Keterangan Satuan i = unit daerah propinsi t = unit waktu tahun e = random error BUMD = Laba BUMD milyar rupiah DAK = Dana Alokasi Khusus milyar rupiah DAPER = Dana Perimbangan milyar rupiah DAU = Dana Alokasi Umum milyar rupiah FISGAP = Kesenjangan Fiskal milyar rupiah GINI = Gini Ratio poin INV = Investasi PMTB milyar rupiah LD = Luas Daerah km 2 LDAU = Lag DAU milyar rupiah LPDKMIS = Lag Jumlah Penduduk Miskin ribu jiwa LPJK = Lag Pajak milyar rupiah LPENGINFRA = Lag Pengeluaran Infrastruktur milyar rupiah LPENGPENDKES = Lag Pengeluaran PendidikanKes milyar rupiah LPENGTANI = Lag Pengeluaran Pertanian milyar rupiah PAD = Penerimaan Asli Daerah milyar rupiah PADLN = Penerimaan Asli Daerah Lainnya milyar rupiah PD = Penerimaan Daerah milyar rupiah PDL = Penerimaan Daerah Lainnya milyar rupiah PDRB = PDRB milyar rupiah PDRBTANI = PDRB Sektor Pertanian milyar rupiah PDRBIND = PDRB Sektor Industri milyar rupiah PDRBJASA = PDRB Sektor Jasa milyar rupiah PDRBLAIN = PDRB Sektor Lainnya milyar rupiah PDK = Total Penduduk ribu jiwa PDKMIS = Jumlah Penduduk Miskin ribu jiwa PENGDRH = Pengeluaran Belanja Daerah milyar rupiah PENGIND = Pengeluaran Sektor Industri milyar rupiah PENGINFRA = Pengeluaran Bidang Infrastruktur milyar rupiah PENGJASA = Pengeluaran Sektor Jasa milyar rupiah PENGPEND = Pengeluaran Bidang Pend Kes milyar rupiah PENGTANI = Pengeluaran Sektor Pertanian milyar rupiah PENGLAIN = Pengeluaran Bidang Lainnya milyar rupiah PJK = Pajak Daerah milyar rupiah RET = Retribusi milyar rupiah TKTANI = Tenaga Kerja sektor Pertanian jiwa TKIND = Tenaga Kerja sektor Industri jiwa TKJASA = Tenaga Kerja sektor Jasa jiwa

3.2.2.2 Identifikasi dan Estimasi Model

Sistem persamaan simultan tidak dapat diselesaikan dengan menggunakan metode OLS ordinary least square yang biasa digunakan dalam persamaan tunggal, akan tetapi harus menggunakan metode ILS, 2SLS, maupun 3SLS berdasarkan hasil identifikasi persamaan. Hal tersebut berarti bahwa sebelum dilakukan pendugaan parameter model, maka harus dilakukan identifikasi terlebih dahulu pada persamaan struktural dalam model. Dengan demikian dapat diketahui apakah persamaan tersebut dapat teridentifikasi identified atau tidak. Jika teridentifikasi, apakah bersifat exactly identified atau over identified. Suatu model dikatakan teridentifikasi, jika dapat dinyatakan dalam bentuk statistik unik, yang menghasilkan estimasi parameter yang unik pula. Menurut Koutsoyianis 1977, suatu persamaan dapat dikatakan teridentifikasi apabila memenuhi order condition. Kondisi order didasarkan atas kaidah penghitungan variabel-variabel yang dimasukkan dan dikeluarkan dari suatu persamaan tertentu. Cara yang dilakukan menguji persamaan-persamaan struktural ini adalah dengan mengelompokkan terlebih dahulu persamaan- persamaan tersebut ke dalam jumlah total persamaan struktural total variabel endogen, jumlah variabel dalam model variabel endogen dan predetermined, dan jumlah variabel dalam persamaan yang diidentifikasi. Identifikasi dengan order condition diekspresikan sebagai berikut: K-M ≥ G-I ....................................................................................................25 keterangan: G = Jumlah persamaan struktural yang terdapat dalam model jumlah variabel endogen dalam model K = Jumlah total variabel dalam model variabel endogen dan predetermined M = Jumlah variabel endogen dan eksogen yang dimasukkan dalam suatu persamaan Persamaan dalam suatu sistem tersebut dapat menunjukkan kondisi: 1 K-M G-1, maka persamaan disebut under identified 2 K-M = G-1, maka persamaan disebut just identified 3 K-M G-1 maka persamaan disebut over identified Berdasarkan hasil identifikasi model yang dilakukan, seluruh persamaan struktural dalam model kebijakan fiskal terhadap kemiskinan ini menunjukkan kondisi overidentified lihat lampiran. Pendugaan terhadap model yang overidentified tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan metode 2SLS atau 3SLS. Model dalam penelitian ini menggunakan program Eviews metode 3SLS karena lebih efisien. Hal tersebut disebabkan metode 3SLS menggunakan seluruh informasi yang ada dalam model dan mengasumsikan adanya keterkaitan antar error dalam persamaan. Selanjutnya, untuk menguji apakah masing-masing variabel penjelas secara individual berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel endogen pada masing- masing persamaan digunakan statistik uji-t. Sedangkan untuk menguji apakah variabel-variabel penjelas secara bersama-sama berpengaruh nyata atau tidak tehadap variabel endogen, dilakukan statistik uji-F terhadap masing-masing persamaan. Elastisitas digunakan untuk mengetahui seberapa besar respon variabel endogen terhadap perubahan variabel eksogen dalam suatu jangka waktu, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Untuk mengetahui seberapa besar respon variabel endogen akibat perubahan variabel eksogen pada jangka pendek, maka digunakan elastisitas jangka pendek. Elastisitas jangka pendek dirumuskan sebagai berikut: Y X E j j j ∧ = β ......................................................................................................... 26 keterangan: j E = elastisitas jangka pendek variabel-j ∧ j β = koefisien parameter variabel-j j X = rata-rata variabel eksogen-j Y = rata-rata variabel endogen Elastisitas jangka pendek menggambarkan berapa persen perubahan variabel endogen akibat dari perubahan variabel eksogen sebesar 1 persen. Sementara itu, untuk mengetahui seberapa besar respon perubahan variabel endogen akibat perubahan variabel eksogen dalam jangka panjang digunakan elastisitas jangka panjang. Elastisitas jangka panjang tersebut dirumuskan sebagai berikut: ∧ − = k j p E E β 1 ......................................................................................................... 27 keterangan: p E = elastisitas jangka panjang variabel-j j E = elastisitas jangka pendek variabel-j ∧ j β = koefisien parameter variabel-j Elastisitas jangka panjang menggambarkan berapa persen perubahan variabel endogen akibat perubahan variabel eksogen sebesar 1 persen yang terjadi melalui multiplier effect Pindyck dan Rubinfield, 1991.

3.2.3.3 Validasi Model

Tujuan validasi model adalah untuk mengetahui tingkat representasi model apabila dibandingkan dengan dunia nyata sebagai dasar untuk melakukan simulasi. Validasi dapat dilakukan dengan membandingkan nilai aktual dengan nilai dugaan dari penduga endogen. Terdapat berbagai uji validasi model, namun yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji U-Theil Theil’s Inequality Coefficient , Root Mean Squares Percent Error RMSPE dan Koefisien Determinasi R 2 . Statistik U-Theil’s dirumuskan sebagai berikut: ∑ ∑ ∑ = = = + − = n t a t n t s t n t a t s t Y n Y n Y Y n U 1 2 1 2 2 1 1 1 1 .................................................................................28 keterangan: s t Y = nilai hasil simulasi dasar dari variabel observasi a t Y = nilai aktual variabel observasi n = jumlah periode observasi Nilai U-Theil’s berkisar antara 0 dan 1, dengan kriteria bahwa semakin kecil nilai U-Theil’s yang dihasilkan, maka semakin baik model tersebut. Statistik Root Mean Squares Percent Error RMSPE dirumuskan sebagai berikut: 2 1 1 ∑ = ⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ − = n t a t a t s t Y Y Y n RMSPE ....................................................................................29 keterangan: s t Y = nilai hasil simulasi dasar dari variabel observasi a t Y = nilai aktual variabel observasi n = jumlah periode observasi Model dinyatakan valid apabila nilai RMSPE berada di bawah 100. Sedangkan statistik Koefisien Determinasi R 2 dinyatakan valid apabila bernilai mendekati 1 Pindyck dan Rubienfield, 1991.

3.3 Simulasi Model

Menurut Sinaga 1997, simulasi adalah suatu pendekatan untuk mengetahui arah sign dan besar size perubahan dari suatu atau beberapa variabel endogen decision variabel dengan melakukan perubahan satu atau beberapa variabel endogen. Oleh karena itu, simulasi model adalah suatu perubahan yang dilakukan di dalam model tanpa merubah sistem atau dunia nyata. Simulasi memiliki beberapa tujuan yaitu: 1 melakukan pengujian dan evaluasi terhadap model ex- post , 2 mengevaluasi kebijakan pada masa lampau backasting, 3 membuat peramalan pada masa datang ex-ante. Tabel 3 Simulasi dampak kebijakan fiskal terhadap kemiskinan No Jenis Simulasi Besar Simulasi 1 Peningkatan Penerimaan Pajak 35 2 Peningkatan Penerimaan BHPBP 45 3 Peningkatan Pengeluaran Pertanian 30 4 Peningkatan Pengeluaran Pendidikan dan Kesehatan 35 5 Peningkatan Pegeluaran Infrastruktur 35 6 Peningkatan Pengeluaran Pertanian dan Pengeluaran Pendidikan dan Kesehatan 30, 35 7 Peningkatan Pengeluaran Pendidikan dan Kesehatan dan Pengeluaran Infrastruktur 35, 355 8 Peningkatan Pengeluaran Pertanian, Pengeluaran Pendidikan dan Kesehatan dan Pengeluaran Infrastruktur 30, 35, 35 Simulasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah untuk mengevaluasi alternatif kebijakan melalui simulasi historis ex-post simulation. Analisis simulasi dilakukan untuk mengetahui dampak dari kebijakan fiskal pemerintah daerah dari sisi penerimaan dan pengeluaran yang bersumber dari APBD. Simulasi model digunakan untuk menerangkan perilaku dan kondisi kinerja fiskal daerah terhadap kemiskinan di Indonesia. Terdapat delapan simulasi kebijakan yang yang akan dilakukan dan digambarkan melalui tabel 3. Simulasi pertama adalah kenaikan penerimaan pajak sebesar 35 . Simulasi ini didasarkan pada pertimbangan bahwa dalam masa pelaksanaan desentralisasi fiskal, pemerintah daerah memiliki wewenang untuk mencari dan mengelola sendiri berbagai sumber-sumber penghasilan daerah. Sumber penghasilan tersebut antara lain penerimaan pajak, sehingga memiliki potensi dalam meningkatkan sumber pendapatan asli daerah yang cukup besar Hermami, 2007. Besarnya simulasi berdasarkan rata-rata penerimaan pajak pertahun selama tahun 2003- 2009. Simulasi yang kedua adalah kenaikan penerimaan bagi hasil pajak dan bukan pajak BHPBP. Seperti halnya pajak, bagi hasil pajak dan bukan pajak merupakan salah satu sumber pendapatan daerah. selain itu, salah satu tujuan dari diberlakukannya desentralisasi adalah dapat menggali potensi daerah dengan lebih efisien dan optimal, sehingga pemerintah daerah dapat membiayai kebutuhan daerahnya dengan lebih optimal. Peningkatan penerimaan dari bagi hasil pajak dan bukan selain dapat meningkatkan penerimaan daerah guna membiayai kebutuhan daerahnya, juga sebagai salah satu cara dalam pengoptimalan potensi daerah. Besarnya simulasi bagi penerimaan bagi hasil pajak dan bukan pajak sebesar 45 ini diperoleh dari rata-rata penerimaan BHPBP per tahun selama tahun 2003-2009 Simulasi ketiga adalah kenaikan pengeluaran pemerintah bidang Pertanian. Besarnya simulasi yaitu 30 yang diperoleh dari rata-rata pengeluaran pemerintah untuk bidang Pertanian per tahun selama tahun 2002-2009. Pertanian merupakan mata pencaharian mayoritas bagi penduduk miskin. Selain itu, sebagian besar negara berkembang yang memiliki penduduk miskin relatif besar,