Kemiskinan DINAMIKA FISKAL PEREKONOMIAN DAERAH

5.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Fiskal Daerah, Output dan Kemiskinan

5.2.1 Penerimaan Daerah

Fiskal daerah secara garis besar dapat dilihat dari penerimaan dan pengeluaran daerah. Penerimaan daerah terdiri dari Penerimaan Asli Daerah PAD, dana perimbangan, dan penerimaan daerah lainnya. PAD merupakan penerimaan yang berasal dari penggalian potensi daerah tersebut dan terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, laba BUMD dan pendapatan asli daerah lainnya. Sedangkan dana perimbangan adalah dana yang berasal dari pemerintah pusat yang terdiri dari Dana Alokasi Umum DAU, Dana Alokasi Khusus DAK dan Bgai Hasil Pajak dan Bukan Pajak BHPBP. Dalam studi ini, tidak semua peubah di atas dikaji secara mendalam terkait faktor-faktor yang mempengaruhinya. Peubah-peubah yang dikaji dalam studi ini yaitu Pajak Daerah dan Dana Alokasi Umum DAU dan Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak BHPBP. Faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan pajak adalah jumlah penduduk miskin, PDRB, kesenjangan fiskal dan lag pajak. Peubah-peubah penjelas yang digunakan dalam persamaan penerimaan pajak daerah ini mampu menjelaskan variasi yang terjadi dalam penerimaan pajak sebesar 82. Tabel 5 Faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan pajak daerah Variabel Label Variabel Parameter Estimasi t- statistik Prob Elastisitas Jangka Pendek Jangka Panjang Intercept 11.22160 0.137 0.891 PDKMISK Jumlah Penduduk Miskin -0.25212 -6.015 0.000 -0.366 -0.445 PDRB PDRB 0.01715 12.490 0.000 0.229 1.496 FISGAP Kesenjangan Fiskal 0.00296 0.444 0.657 LPJK Lag Pajak 0.17811 2.782 0.006 F-hitung 278.50 Adj-R 2 0.824 Sumber: hasil pengolahan Apabila dilihat dari aspek ekonomi, tanda estimasi parameter sudah sesuai dengan hipotesis. PDRB, kapasitas fiskal dan lag pajak memiliki pengaruh positif terhadap penerimaan pajak. Sementara itu, jumlah penduduk miskin memiliki pengaruh negatif terhadap penerimaan pajak. Hal tersebut memiliki arti bahwa dengan semakin berkurangnya jumlah penduduk miskin menandakan semakin meningkatnya jumlah penduduk dengan jumlah pendapatan yang memungkinkan untuk dipungut pajak sebagai objek pajak. Penambahan jumlah objek pajak tersebut kemudian akan semakin meningkatkan penerimaan pajak daerah. Penelitian Rindayati 2009 juga memberikan hasil yang sama bahwa penurunan jumlah penduduk miskin akan berpengaruh terhadap peningkatan penerimaan pajak. PDRB memiliki pengaruh positif terhadap penerimaan pajak. Peningkatan PDRB yang merupakan proxy output menunjukkan adanya peningkatan aktivitas ekonomi. Apabila perekonomian suatu daerah meningkat, maka akan semakin besar potensi daerah tersebut dalam menggali objek pajak yang kemudian dapat meningkatkan penerimaan pajak daerah. Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian Yudhoyono 2004, Barbara 2008 dan Rindayati 2009. Dalam jangka pendek, peningkatan PDRB memiliki elastisitas yang tidak elastis. Peningkatan sebesar 1 PDRB hanya akan meningkatkan penerimaan pajak sebesar 0.23. Namun dalam jangka panjang, melalui multiplier effect dari peningkatan PDRB yaitu misalnya peningkatan konsumsi dan peningkatan investasi maka peningkatan PDRB sebesar 1 akan meningkatkan penerimaan pajak sebesar 1.50. Faktor lain yang mempengaruhi penerimaan pajak adalah kesenjangan fiskal. Tidak terpenuhinya kebutuhan keuangan daerah melalui pembiayaan yang bersumber dari penerimaan asli daerah dan bagi hasil pajak dan bukan pajak ditandai dengan kesenjangan fiskal yang meningkat. Apabila hal tersebut terjadi, maka akan semakin meningkatkan usaha pemerintah daerah dalam meningkatkan penerimaan daerah, salah satunya melalui peningkatan penerimaan pajak. Namun demikian, pengaruh meningkatnya kesenjangan fiskal ini tidak begitu nyata dalam meningkatkan penerimaan pajak. Dana Alokasi Umum DAU dipengaruhi oleh PDRB, jumlah penduduk, kapasitas fiskal, luas daerah dan lag DAU. Secara ekonomi, hampir seluruh tanda koefisien parameter telah sesuai dengan teori dan hipotesis. PDRB menunjukkan pengaruh yang negatif terhadap penerimaan daerah dari DAU. Tujuan pemberian DAU adalah sebagai sarana untuk meningkatkan otonomi daerah, selain sebagai sarana penyeimbang penyediaan pelayanan publik pemerintah daerah. Peningkatan PDRB suatu daerah akan meningkatkan penerimaan daerah yang bersumber dari dalam daerah tersebut melalui penerimaan pajak daerah maupun dari dana bagi hasil pajak dan bukan pajak. Peningkatan penerimaan daerah tersebut kemudian akan meningkatkan kapasitas fiskal daerah. Kapasitas daerah yang semakin meningkat menandakan bahwa daerah tersebut sudah semakin mandiri sesuai dengan tujuan otonomi daerah, sehingga pemberian DAU sebagai dana transfer dari pemerintah pusat pun semakin berkurang. Hubungan DAU dan PDRB yang negatif ini juga sejalan dengan hasil temuan Astuti 2007. Tabel 6 Faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan Dana Alokasi Umum DAU Variabel Label Variabel Parameter Estimasi t- statistik Prob Elastisitas Jangka Pendek Jangka Panjang Intercept -173.82700 -0.715 0.475 PDRB PDRB -0.00614 -1.789 0.074 PDK Jumlah Penduduk 0.11738 3.717 0.000 0.263 1.135 KAPFIS Kapasitas Fiskal 0.14087 2.558 0.011 0.086 0.369 LD Luas Daerah 0.01180 5.917 0.000 0.224 0.966 LDAU Lag DAU 0.76786 9.141 0.000 F-hitung 160.26 Adj-R 2 0.784 Sumber: hasil pengolahan Jumlah penduduk memperlihatkan hubungan yang positif terhadap penerimaan DAU. Semakin banyak jumlah penduduk suatu daerah, maka akan semakin banyak kebutuhan penduduk tersebut yang dipenuhi dan dilayani oleh pemerintah daerah dalam rangka mensejahterakan penduduk daerah tersebut. Padahal di sisi lain, pemerintah daerah memiliki sumber pembiayaan yang terbatas. Oleh karena itu peningkatan jumlah penduduk suatu daerah akan diiringi pula oleh peningkatan penerimaan DAU kepada pemerintah daerah sebagai dana transfer yang diterima oleh daerah tersebut. Kapasitas fiskal mencerminkan kemampuan daerah untuk menghimpun penerimaan yang murni berasal dari sumberdaya suatu daerah. Penerimaan tersebut berasal dari pendapatan asli daerah, dan dana bagi hasil pajakbukan pajak. Pemberian DAU pada sisi lain dilakukan dalam rangka pemerataan antar daerah, sehingga secara teori kapasitas fiskal memiliki pengaruh yang negatif terhadap penerimaan DAU. Penelitian ini menunjukkan bahwa kapasitas fiskal memiliki pengaruh yang positif terhadap penerimaan DAU, yang berarti bahwa semakin tinggi kapasitas fiskal maka akan semakin tinggi pula penerimaan DAU. Hal tersebut disebabkan pada periode penelitian ini, pemberian DAU masih menganut sistem hold harmless, yaitu bahwa penerimaan DAU tahun ini tidak boleh lebih rendah daripada penerimaan tahun lalu, sehingga fluktuasi kapasitas fiskal tidak memberikan pengaruh terhadap penerimaan DAU karena jumlah DAU yang diterima oleh suatu daerah terus meningkat setiap tahunnya. Luas daerah memberikan pengaruh positif terhadap penerimaan DAU. Semakin luas suatu daerah, maka semakin besar biaya yang diperlukan untuk melayani penduduk dalam wilayah yang luas tersebut. Selain itu, daerah yang luas membuat pemerintah daerah memiliki tugas lebih besar untuk membangun daerahnya agar setiap wilayah dapat mendapatkan hasil pembangunan secara merata. Besarnya kebutuhan untuk membangun daerah yang luas tersebut tentunya akan berimbas pada besarnya pengeluaran pemerintah, sehingga menimbulkan kesenjangan fiskal karena pengeluaran yang besar tersebut belum dapat dipenuhi oleh kapasitas fiskal yang ada. Meningkatnya kesenjangan fiskal tersebut berimplikasi pada semakin besar DAU yang diterima daerah guna membiayai pembangunan daerah dalam rangka mencapai tingkat pemerataan antar daerah. Dalam jangka pendek DAU tidak terlalu responsif terhadap perubahan luas daerah. Hal tersebut memiliki arti bahwa apabila terdapat perubahan pada luas suatu daerah maka tidak langsung direspon oleh perubahan besarnya DAU yang diterima. Tidak responsifnya besarna DAU yang diterima akibat dari perubahan luas daerah tersebut disebabkan besarnya pemberian DAU telah ditetapkan terlebuh dahulu dengan bobot DAU pada periode 2 tahun sebelumnya. Tabel 7 Faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan dana Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak BHPBP Variabel Label Variabel Parameter Estimasi t- statistik Prob Elastisitas Jangka Pendek Jangka Panjang Intercept 221.73660 1.531 0.126 PDRB PDRB 0.00198 1.459 0.145 LBHPBP Lag BHPBP 1.02858 16.430 0.000 F-hitung 360.39 Adj-R 2 0.667 Sumber: hasil pengolahan Persamaan struktural bagi hasil pajak dan bukan pajak BHPBP dipengaruhi secara positif oleh peubah PDRB dan lag BHPBP. Bagi hasil pajak antara lain terdiri dari pajak pertambahan nilai PPN, pajak penghasilan PPh, pajak bumi dan bangunan PBB dan pajak kendaraan bermotor. Sementara itu, bagi hasil sumber daya alam antara lain berasal dari hasil usaha-usaha sektor pertanian, perikanan, kehutanan dan pertambangan. Dengan demikian, semakin meningkat PDRB suatu daerah, maka akan semakin meningkatkan penerimaan daerah yang berasal dari bagi hasil pajak antara lain akibat dari peningkatan jumlah penerimaan PPN dan PPh. Selain itu peningkatan usaha penggalian usmber daya alam utamanya pada sektor pertanian dan pertambangan seperti telah disebutkan sebelumnya akan meningkatkan PDRB. Peningkatan PDRB tersebut akan meningkatkan bagi hasil sumberdaya alam yang akan diterima oleh daerah tersebut. Peningkatan BHPBP tahun sebelumnya juga akan meningkatkan penerimaan BHPBP tahun berikutnya. Peubah-peubah penjelas yang digunakan dalam persamaan penerimaan BHPBP ini mampu menjelaskan variasi yang terjadi dalam penerimaan BHPBP sebesar 67.

5.2.2 Pengeluaran Daerah

Pengeluaran daerah dalam kaitannya dengan pengentasan kemiskinan berhubungan dengan bidang pertanian, pendidikan dan kesehatan, serta infrastruktur. Terkait dengan bidang pertanian, sebagian besar penduduk di Indonesia menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Penduduk yang menggantungkan hidupnya pada pertanian tersebut sebagian besar berada pada