indeks theil, pengeluaran pemerintah daerah dan PAD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama periode 1994-2000 terjadi divergensi ekonomi,
sementara pada kurun waktu 2001-2004 terjadi konvergensi ekonomi. Selain itu desentralisasi fiskal memiliki dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi dan
memiliki dampak negatif terhadap disparitas pendapatan perkapita regional. Rindayati 2009 meneliti mengenai dampak dari desentralisasi fiskal
terhadap kemiskinan dan ketahanan pangan di Jawa Barat. Penelitian tersebut menggunakan persamaan simultan yang terdiri dari empat blok persamaan yaitu
blok Fiskal Daerah, PDRB, Kemiskinan dan Ketahanan Pangan terhadap data 13 kabupaten selama kurun waktu 1995-2005. Hasil yang didapat dari penelitian
tersebut adalah bahwa desentralisasi fiskal berpengaruh pada peningkatan penerimaan dan pengeluaran fiskal daerah; pertumbuhan ekonomi Jawa Barat
meningkat selama periode desentralisasi fiskal walaupun masih di bawah nasional; pada masa desentralisasi fiskal terdapat perlambatan pada laju
penurunan jumlah penduduk miskin dan terjadi peningkatan penduduk rawan pangan; dan terjadi penurunan ketahanan pangan dari sisi konsumsi.
2.3 Kerangka Pemikiran
Sistem desentralisasi yang digulirkan berdasarkan UU No.221999 UU No.332004 dan UU No.25 tahun 1999 UU No.332004 memberikan
kewenangan terhadap daerah untuk dapat mengatur pemerintahan daerahnya masing-masing secara politik, administrasi dan fiskal. Desentralisasi pada sisi
fiskal memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mendapatkan keleluasaan mengatur dana yang diperolehnya melalui dana perimbangan seperti
DAU maupun mobilisasi potensi sumberdaya daerah seperti pajak dan dana bagi hasil pajak dan bukan pajak secara optimal. Penerimaan daerah tersebut kemudian
dialokasikan untuk membiayai kebutuhan-kebutuhan daerah dan pelayanan masyarakat sesuai dengan tujuan daerah. Tujuan daerah salah satunya adalah
meningkatkan kesejahteraan penduduk pada daerah tersebut. Oleh karena itu pengalokasian kepada sektor-sektor yang mengutamakan kepentingan publik atau
rakyat sangat diperhatikan.
Administrasi Fiskal
Politik
Kinerja Fiskal Daerah
Alokasi Pengeluaran Daerah pada sektor pro poor:
• Pertanian • Pendidikan dan Kesehatan
• Infrastruktur Penerimaan Daerah
• Pajak • DAU
• BHPBP
• Peningkatan Output • Perbaikan Distribusi
Pendapatan
Kemiskinan Desentralisasi
Gambar 7 Kerangka Pemikiran.
Pengeluaran pemerintah dalam penelitian ini dibagi kepada sektor pelayanan publik dan sektor yang memiliki kaitan erat dengan kemiskinan pro poor yaitu
bidang pertanian, bidang pendidikan dan kesehatan dan bidang infrastruktur. Sektor pertanian merupakan sektor yang memiliki share besar pada perekonomian
hampir seluruh propinsi di Indonesia dan memiliki tingkat penyerapan tenaga
Keterangan: ----- = tidak termasuk di dalam penelitian
kerja yang tinggi. Selain itu, penduduk miskin di Indonesia sebagian besar bekerja pada sektor pertanian. Bidang pendidikan dan kesehatan berperan dalam
peningkatan sumberdaya manusia. Semakin baiknya kondisi sumberdaya manusia akan dapat meningkatkan produktivitas yang selanjutnya akan dapat
meningkatkan output. Sementara itu bidang infrastruktur berperan dalam memperlancar akses kepada sumber-sumber ekonomi dan memudahkan akses
kepada fasilitas-fasilitas publik. Perubahan kebijakan kepada pemerintah daerah untuk mengalokasikan
penerimaan daerahnya kepada sektor publik yang memihak kepada upaya-upaya pengurangan kemiskinan tersebut diharapkan akan memberikan pengaruh yang
positif terhadap perekonomian daerah, salah satunya yaitu output sektoral. Peningkatan output sektoral tersebut kemudian akan meningkatkan pendapatan
masyarakat dan memperbaiki ketimpangan distribusi pendapatan. Kondisi output yang meningkat dan distribusi pendapatan yang semakin baik tersebut kemudian
akan dapat memperbaiki taraf hidup penduduk miskin, dan kemudian menurunkan jumlah penduduk miskin. Kerangka pemikiran dampak kebijakan fiskal daerah
terhadap kemiskinan dapat dilihat pada gambar 7.
2.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis Penelitian terbagi menjadi dua yaitu hipotesis mayor dan hipotesis minor. Hipotesis-hipotesis tersebut adalah:
a Hipotesis mayor adalah kebijakan fiskal daerah berpengaruh positif terhadap
output dan pengurangan kemiskinan. b
Hipotesis minor yang menghubungkan keterkaitan antar blok dalam sistem persamaan penelitian adalah:
1. Penerimaan pajak daerah yang dipengaruhi oleh jumlah penduduk miskin
akan berpengaruh positif terhadap pengeluaran daerah melalui PAD dan penerimaan daerah.
2. Pengeluaran daerah akan berpengaruh positif terhadap output melalui
pembiayaan pada pengeluaran pembangunan terhadap sektor pertanian, pendidikan, kesehatan dan infrastruktur.
3. Output daerah akan berpengaruh negatif terhadap kemiskinan
4. Kemiskinan akan berpengaruh negatif terhadap fiskal daerah
penerimaan melalui penerimaan pajak daerah. Hipotesis secara keseluruhan dari model sistem persamaan dalam penelitian
tercermin dari tanda parameter pada setiap persamaan struktural pada model penelitian.
3. METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa data panel yang mencakup 26 provinsi selama kurun waktu tahun 2003-2009. Data tersebut
merupakan data sekunder yang bersumber dari Badan Pusat Statistik BPS dan Dirjen Perimbangan Keuangan Kementrian Keuangan. Data yang digunakan
antara lain adalah data Anggaran Penerimaan dan Belanja Daerah APBD kabupatenkota dan propinsi, Produk Domestik Regional Bruto PDRB propinsi,
data kemiskinan propinsi, tenaga kerja dan jumlah penduduk propinsi. Data-data pendukung lainnya seperti buku, artikel dan jurnal diperoleh dari Lembaga
Sumberdaya Informasi LSI IPB, perpustakaan BPS, dan situs-situs yang berkaitan dengan penelitian.
3.2 Metode Analisis
Pada masa desentralisasi fiskal, salah satu visi pembangunan Indonesia yaitu penurunan tingkat kemiskinan masih belum tercapai. Hal tersebut terlihat
dari persentase kemiskinan Indonesia yang belum dapat mencapai target RJPM 2004-2009 yaitu sebesar 8.2. Padahal, dana perimbangan yang dikeluarkan oleh
pemerintah pusat sebagai stimulus bagi daerah untuk dapat menjalankan pemerintahan dan memacu perekonomian daerah semakin meningkat.
Berdasarkan hal tersebut, maka kemudian dilakukan penelitian untuk melihat bagaimana dinamika kinerja fiskal, output daerah dan kemiskinan pada
masa desentralisasi fiskal, melalui suatu analisis deskriptif. Selain itu ingin dianalis pula faktor-faktor yang mempengaruhi fiskal daerah, output daerah dan
kemiskinan dengan menggunakan analisis model persamaan simultan. Setelah diketahui faktor-faktor tersebut, kemudian dilakukan analisis simulasi untuk
melihat kebijakan fiskal daerah pada sisi penerimaan dan pengeluaran APBD yang memiliki dampak positif terhadap pengurangan jumlah penduduk miskin.
Hasil dari ketiga analisis tersebut kemudian dijadikan dasar bagi pengambilan kebijakan berkaitan dengan hasil penelitian ini.
Gambar 8 Kerangka Analisis.
3.2.1 Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif dalam penelitian ini berisi mengenai dinamika fiskal daerah, output dan kemiskinan tersebut dan juga gambaran mengenai kinerja
fiskal daerah. Kinerja fiskal daerah tersebut dilihat dari ketersediaan fiskal Fiscal Available
yang terbagi menjadi tiga sumber, yaitu: 1 Fiskal yang tersedia murni dari dearah tersebut, yang dihitung melalui Derajat
Desentralisasi Fiskal, yaitu rasio dari Pendapatan Asli Daerah PAD terhadap total penerimaan daerah. Secara umum rasio dapat diformulasikan
sebagai berikut :
TPD PAD
DDF =
………………………………………….............…………. 2 Keterangan :
DDF = Derajat desentralisasi fiskal
PAD = Penerimaan Asli Daerah Milyar Rupiah
TPD = Total penerimaan daerah Milyar Rupiah
PERMASALAHAN • Dana Perimbangan semakin meningkat
• Tingkat Kemiskinan berada di bawah target RPJM 2004-2009
Gambaran Fiskal Daerah, Output dan
Kemiskinan Keterkaitan antara Fiskal
Daerah, Output dan Kemiskinan
Dampak Kebijakan Fiskal Daerah terhadap
Kemiskinan
Analisis Deskriptif Analisis Ekonometrika
Model Persamaan Simultan Analisis Simulasi
Implikasi Kebijakan