PDRB beserta komponennya yaitu PDRB pertanian, PDRB industri, PDRB jasa dan PDRB lainnya memiliki nilai indeks U-Theil’s masing-masing
0.088, 0.039, 0.051, 0.094 dan 0,174. Nilai RMSPE masing-masing sebesar 17.365, 7.515, 10.030, 18.478 dan 36.852. Nilai R
2
masing-masing sebesar 0.765, 0.913, 0.899, 0.485, dan 0.161. Persamaan jumlah penduduk
miskin memiliki nilai indeks U-Theil’s, RMSPE dan nilai R
2
masing-masing sebesar 0.027, 5.053 dan 0.991.
6.2 Dampak Kebijakan Fiskal Daerah terhadap Kemiskinan
Analisis dampak dilakukan melalui simulasi terhadap model yang telah dibangun. Simulasi ini dilakukan untuk menjawab tujuan penelitian yang ketiga
yaitu mempelajari dampak kebijakan fiskal daerah terhadap kemiskinan. Terdapat delapan skenario simulasi yang dilakukan baik dari sisi penerimaan penerimaan
pajak dan BHPBP maupun dari sisi pengeluaran pengeluaran pertanian, pendidikan dan kesehatan, infrastruktur, kombinasi pengeluaran pertanian,
pendidikan dan kesehatan dan infrastruktur. Nilai simulasi diambil berdasarkan rata-rata pertumbuhan pertahun masing-masing peubah yang akan disimulasi
selama tahun 2003-2009. Dasar penggunaan rata-rata pertumbuhan pertahun dalam pengambilan nilai simulasi tersebut disesuaikan rata-rata penerimaan yang
dapat diperoleh oleh pemerintah daerah selama ini dan rata-rata kemampuan pemerintah dalam mengalokasikan anggaran yang tersedia yang mampu
diperoleh kepada berbagai bidang yang mendukung upaya penurunan kemiskinan.
Simulasi dampak yang dilakukan tersebut adalah sebagai berikut: 1 Kenaikan penerimaan pajak sebesar 35.
2 Kenaikan penerimaan bagi hasil pajak dan bukan pajak BHPBP sebesar 45.
3 Kenaikan Pengeluaran Pertanian sebesar 30. 4 Kenaikan Pengeluaran Pendidikan dan Kesehatan sebesar 35.
5 Kenaikan Pengeluaran Infrastruktur sebesar 35. 6 Kenaikan Pengeluaran Pertanian sebesar 30 dan Pengeluaran Pendidikan
dan Kesehatan sebesar 35.
7 Pengeluaran Pendidikan dan Kesehatan sebesar 35 dan Pengeluaran Infrastruktur sebesar 35.
8 Pengeluaran Pertanian sebesar 30, Pengeluaran Pendidikan dan Kesehatan sebesar 35 dan Pengeluaran Infrastruktur sebesar 35.
6.2.1 Peningkatan Penerimaan Pajak
Peningkatan penerimaan pajak yang berasal dari peningkatan potensi pajak sebesar 35 akan meningkatkan penerimaan asli daerah sebesar 25.44.
Peningkatan PAD tersebut selanjutnya akan meningkatkan penerimaan daerah dan juga akan meningkatkan pengeluaran daerah beserta komponen-komponennya.
Penerimaan daerah meningkat sebesar 5.61, pengeluaran daerah meningkat sebesar 1.69, dan peningkatan komponen-komponen pengeluaran yaitu
peningkatan pengeluaran pertanian naik 0.81, pengeluaran pendidikan dan kesehatan naik sebesar 3.90, dan pengeluaran infrastruktur naik sebesar 1.94.
Tabel 17 Dampak peningkatan penerimaan pajak daerah sebesar 35 terhadap kemiskinan di Indonesia
No Uraian Nilai Dasar
Nilai Simulasi
Besar Perubahan
Persentase Perubahan
1 PJK milyar
rupiah 1166.019 1574.126
408.107 35.00
2 PAD milyar rupiah 1603.939
2012.046 408.107
25.44 3 DAU
milyar rupiah
4934.243 5048.330 114.087
2.31 4 BHPBP
milyar rupiah
1809.282 1813.201 3.919
0.22 5 DAPER milyar rupiah
7172.047 7290.053
118.006 1.65
6 PD milyar
rupiah 9375.119 9901.232
526.113 5.61
7 PENGTANI milyar
rupiah 458.883
462.601 3.718
0.81 8 PENGPENDKES milyar rupiah
3947.317 4101.363
154.047 3.90
9 PENGINFRA milyar
rupiah 2055.280 2095.155
39.875 1.94
10 PENGDRH milyar
rupiah 13805.502 14038.558
233.056 1.69
11 KAPFIS milyar
rupiah 3413.222
3825.247 412.025
12.07 12 FISGAP milyar rupiah
10392.280 10213.310
-178.970 - 1.72
13 PDRBTANI milyar rupiah 11412.793
11518.262 105.469
0.92 14 PDRBIND milyar rupiah
18321.999 18412.869
90.870 0.50
15 PDRBJASA milyar rupiah 33601.444
33984.754 383.310
1.14 16 PDRBLAIN milyar rupiah
12145.541 12366.147
220.607 1.82
17 PDRB milyar rupiah 75481.776
76282.032 800.256
1.06 18 PDKMISK
ribu jiwa
1341.188 1338.851
-2.337 -0.17
Sumber: Hasil pengolahan.
Peningkatan pengeluaran daerah pada bidang-bidang yang berpotensi mengurangi kemiskinan tersebut akan meningkatkan output daerah melalui
peningkatan komponen-komponen PDRB yaitu PDRB pertanian sebesar 0.92, PDRB industri sebesar 0.50, PDRB jasa sebesar 1.14 dan PDRB lainnya
sebesar 1.82, dan meningkatkan total PDRB sebesar 1.06. Peningkatan PDRB tersebut melalui komponen-komponennya kemudian akan menurunkan
kemiskinan sebesar 0.17.
6.2.2 Peningkatan Penerimaan Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak BHPBP
Bagi hasil pajak dan bukan pajak BHPBP merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang berasal dari penggalangan pajak nasional maupun
pengelolaan potensi sumberdaya alam di daerah. Hasil simulasi menunjukkan bahwa peningkatan BHPBP sebesar 45 secara langsung akan meningkatkan
dana perimbangan sebesar 14.38. Peningkatan dana perimbangan tersebut akan meningkatkan penerimaan daerah sebesar 11.68. Dari sisi kapasitas fiskal,
terjadi peningkatan sebesar 25.72 akibat dari kenaikan penerimaan BHPBP tersebut sehingga kesenjangan fiskal berkurang sebesar 5.40.
Peningkatan penerimaan daerah tersebut kemudian akan diikuti dengan peningkatan pengeluaran daerah melalui komponen-komponennya, terutama yang
berhubungan dengan kepentingan publik. Pengeluaran pertanian meningkat sebesar 1.57, pengeluaran pendidikan dan kesehatan meningkat sebesar 2.57,
dan pengeluaran infrastruktur meningkat sebesar 8.99. Peningkatan pengeluaran-pengeluaran tersebut kemudian akan meningkatkan pengeluaran
daerah sebesar 2.29. Peningkatan pengeluaran daerah tersebut akan mempengaruhi output melalui peningkatan output PDRB sebesar 4.43.
Adapun komponen-komponen PDRB mengalami kenaikan masing-masing yaitu PDRB pertanian sebesar 1.11, PDRB industri sebesar 2.30, PDRB jasa
sebesar 5.29 dan PDRB lainnya sebesar 8.42. Peningkatan PDRB melalui komponen-komponennya tersebut kemudian akan menurunkan jumlah penduduk
miskin sebesar 0.17.
Tabel 18 Dampak peningkatan penerimaan bagi hasil pajak dan bukan pajak BHPBP sebesar 45 terhadap kemiskinan di Indonesia
No Uraian Nilai
Dasar Nilai
Simulasi Besar
Perubahan Persentase
Perubahan 1 PJK
milyar rupiah
1166.019 1229.676 63.657
5.46 2
PAD milyar rupiah 1603.939
1667.596 63.657
3.97 3 DAU
milyar rupiah
4934.243 5151.605 217.362
4.41 4 BHPBP
milyar rupiah
1809.282 2623.460 814.177 45.00
5 DAPER milyar rupiah
7172.047 8203.587
1031.539 14.38
6 PD milyar
rupiah 9375.119 10470.315 1095.196 11.68
7 PENGTANI milyar
rupiah 458.883 466.107
7.224 1.57
8 PENGPENDKES milyar rupiah
3947.317 4048.921
101.604 2.57
9 PENGINFRA milyar
rupiah 2055.280 2240.087
184.807 8.99
10 PENGDRH milyar
rupiah 13805.502 14121.671
316.169 2.29
11 KAPFIS milyar
rupiah 3413.222 4291.056
877.834 25.72
12 FISGAP milyar
rupiah 10392.280 9830.616
-561.664 -5.40
13 PDRBTANI milyar rupiah 11412.793 11539.638
126.845 1.11
14 PDRBIND milyar rupiah 18321.999 18743.154
421.154 2.30
15 PDRBJASA milyar rupiah 33601.444 35377.949
1776.505 5.29
16 PDRBLAIN milyar rupiah 12145.541 13167.975
1022.434 8.42
17 PDRB milyar rupiah 75481.776 78828.715
3346.939 4.43
18 PDKMISK ribu
jiwa 1341.188 1338.929
-2.259 -0.17
Sumber: Hasil pengolahan.
6.2.3 Peningkatan Pengeluaran Bidang Pertanian
Sektor pertanian merupakan sektor yang banyak menyerap tenaga kerja. Tenaga kerja sektor pertanian sebagian besar merupakan penduduk miskin,
sehingga peningkatan pengeluaran pertanian diharapkan dapat meningkatkan pendapatan penduduk miskin. Selama masa desentralisasi fiskal, pengeluaran
pemerintah untuk sektor pertanian tumbuh paling rendah apabila dibandingkan dengan pertumbuhan sektor-sektor lainnya.
Hasil simulasi menunjukkan bahwa peningkatan meningkatkan kinerja sektor pertanian yang terlihat dari peningkatan PDRB sektor pertanian.
Peningkatan pengeluaran pertanian akan meningkatkan PDRB sektor pertanian sebesar 2.27, dan peningkatan tersebut akan meningkatkan total PDRB sebesar
sebesar 0.35. Peningkatan PDRB pertanian akan menurunkan jumlah penduduk miskin sebesar 0.54. Selain itu, peningkatan total PDRB tersebut akan
meningkatkan PAD sebesar 0.49 yang berasal dari peningkatan pajak sebesar