Pendaratan hasil tangkapan Penanganan hasil tangkapan

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hasil tangkapan

Hasil tangkapan adalah “pencipta” berbagai kegiatan di pelabuhan perikanan atau yang menjadi daya tarik utama dan awal untuk kegiatan-kegiatan di PPPPI. Ketiadaan hasil tangkapan yang didaratkan di PPPPI membuat disfungsi suatu PPPPI. Tanpa adanya hasil tangkapan yang tetap dan berkelanjutan akan menjadikan PPPPI tidak bekerja secara maksimal dan sangat minim. Menurut Pane 2006 vide Hardani 2008, ketidakadaan hasil tangkapan yang didaratkan di PP PPI, membuat “mati”-nya suatu PPPPI, sekurang- kurangnya menjadikan PPPPI hanya berfungsi minimalis yaitu hanya sebagai penjual atau pelayanan jasa kebutuhan melaut saja. Hasil tangkapan ikan berdasarkan tujuan penangkapannya dapat dibedakan menjadi dua yaitu hasil tangkapan utama dan hasil tangkapan sampingan, sedangkan jika dilihat dari nilai ekonomis, hasil tangkapan dapat dibagi dua yaitu hasil tangkapan ekonomis penting dan hasil tangkapan non ekonomis penting. Hasil tangkapan utama merupakan ikan yang memiliki nilai ekonomis penting dan dicari oleh konsumen. Nilai ekonomis hasil tangkapan utama ini akan menjadi nilai tambah bagi nelayan dalam penjualan hasil tangkapannya dibandingkan hasil tangkapan sampingan. Agar nilai ekonomis hasil tangkapan tetap terjaga perlu dilakukan proses pengelolaan serta penanganan yang baik pula. Proses pengelolaan hasil tangkapan tersebut adalah: pendaratan hasil tangkapan, penanganan hasil tangkapan, dan distribusi hasil tangkapan.

2.1.1 Pendaratan hasil tangkapan

Proses pendaratan ikan meliputi pembongkaran hasil tangkapan mulai dari palka kapal ke dek kapal, penurunan dari dek kapal ke dermaga bongkar serta pengangkutan dari dermaga ke tempat pelelangan ikan TPI Pane 2006. Menurut Nurjannah 2000, pendaratan ikan merupakan suatu proses yang dilakukan setelah kapal bertambat di dermaga pelabuhan dan setelah menyelesaikan perizinan bongkar. Rahadiansyah 2003 menyebutkan bahwa pembongkaran ikan dari palkah ke atas dek atau ke dalam keranjang basket pada saat di pelabuhan harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1 Pembongkaran harus dilakukan pada waktu pagi hari untuk menghindari pengaruh langsung panas matahari; 2 Mata rantai pendingin harus tetap terjaga, artinya di tempat pembongkaran harus dipersiapkan wadah-wadah yang diisi dengan air dingin; 3 Cara pengangkatan ikan harus sedemikian rupa, sehingga badan ikan tidak tertekuk; dan 4 Tempat-tempat yang runcing, tajam yang akan dilalui oleh ikan harus diberlapisan pelunak, sehingga tidak merusak kulit ikan. Pembongkaran hasil tangkapan umumnya dilakukan di dekat TPI agar pengangkutan hasil tangkapan dapat berlangsung dengan cepat Rachmatulla 2008. Menurut Ilyas 1983, muatan hasil tangkapan harus segera dibongkar dengan cara hati-hati, cermat, beraturan, higienik dan tetap memperhatikan suhu ikan serendah mungkin. Oleh karena itu, pembongkaran hasil tangkapan harus dilakukan dengan cepat, hati-hati, cermat dan diusahakan tidak terkena cahaya matahari langsung agar mutu hasil tangkapan dapat terjaga.

2.1.2 Penanganan hasil tangkapan

Penanganan yang baik adalah penanganan yang dapat mempertahankan kondisi ikan tetap segar. Menurut Anonymus 1991 vide Mulyadi 2007, prinsip penanganan adalah segera mengawetkan dan atau mendinginkan ikan sampai sekitar suhu 0 C secara cepat, cermat dan menerapkan aspek sanitasi higienis serta mempertahankan suhu rendah selama proses penanganan sampai saat ikan diserahkan ke konsumen akhir. Cara yang dapat dilakukan agar ikan mati dapat dipertahankan dalam keadaan segar, yaitu dengan penanganan yang cermat, hati-hati dan bersih, serta penggunaan suhu rendah. Tujuan utama dari penanganan ikan adalah mencegah atau memperkecil kerusakan ikan sejak ditangkap, selama penyimpanan di kapal, pembongkaran, pelelangan dan distribusi hingga saat didistribusi sebagai ikan basah atau bahan mentah pabrik pengolahan Kutipah 2002. Sejak ikan diangkat dari air, selama penyimpanan dan didistribusikan dari pedagang perantara sampai kepada konsumen atau pabrik pengolahan, ikan tersebut akan mengalami kemunduran kualitasmutu. Menurut Rahayu 2000, berbagai penyebab turunnya atau rusaknya mutu ikan segar adalah : 1 Tidak memperhatikan kebersihan baik alat-alat, wadah ikan palka, peti kotak ikan kebersihan dek kapal serta air untuk mencuci ikan; 2 Bekerja tidak hati-hati, ceroboh dan kasar sehingga menyebabkan tubuh ikan menjadi luka, sobek, patah, atau remuk; 3 Bekerja sangat lambat, terutama saat memisahkan atau memilih ikan di atas dek kapal; 4 Membiarkan ikan di tempat terbuka dan terkena sinar matahari secara langsung; 5 Menggunakan alat-alat yang keras dan tajam, misalnya ganco, garpu, sekop dan lain-lain sehingga dapat merusak tubuh ikan; 6 Menggunakan garam atau es untuk pengawet dalam jumlah yang kurang tidak mencukupi; 7 Menggunakan pecahan es yang ukurannya terlalu besar dan es yang dicampur dengan ikan tidak merata; 8 Mencampur ikan yang telah busuk dengan ikan yang masih segar; 9 Pembongkaran ikan dari palka dan pengangkutan ikan ke tempat pelelangan dilakukan dengan kasar; dan 10 Setelah di tempat pelelangan, ikan yang disimpan dalam keranjang basket tidak diberi es tambahan. Penurunan mutu ikan tidak dapat dihentikan secara total, yang dapat diusahakan hanyalah memperlambat proses penurunan tersebut. Untuk memperlambat proses penurunan mutu ikan, diperlukan suatu penangan yang baik, sehingga kerusakan dan proses pembusukan ikan dapat diperlambat.

2.1.3 Pendistribusian hasil tangkapan