5.1.1 Persiapan pelelangan
Proses  bongkar  hasil  tangkapan  di  kolam  pelabuhan  berlangsung  setelah kapal  masuk  ke  pelabuhan  dan  petugas  TPI  telah  datang  mengawasi  jalannya
pembongkaran  hasil  tangkapan.  Pembongkaran  hasil  tangkapan  di  PPI  Muara Angke dilakukan oleh ABK dan dibantu oleh buruh bongkar yang disediakan oleh
TPI  dan  pengurus  kapal  Gambar  11.  Lama  pembongkaran  hasil  tangkapan sangat  dipengaruhi  oleh  jumlah  ABK  yang  terlibat,  jenis  dan  jumlah  ikan  hasil
tangkapan.  Semakin  banyak  jumlah  ABK  yang  turut  serta  dalam  proses pembongkaran,  maka  akan  semakin  cepat  waktu  yang  dibutuhkan  selam  proses
pembongkaran.  Biasanya  jumlah  ABK  yang  melakukan  proses  pembongkaran berjumlah  2-10  orang  dengan  pembagian  tugas  yaitu  1-2  orang  ABK  berada  di
dalam palkah kapal dan sisanya berada di atas dek kapal. Pembongkaran dimulai dengan  memindahkan  ikan-ikan  dari  palkah  dengan  menggunakan  sekop,
kemudian dimasukkan kedalam ember. Ikan kemudian akan diangkat ke atas dek kapal  dari  dalam  palkah  dengan  menggunakan  serok  panjang  dan  tali.  Setelah
terangkat, ikan akan diletakkan dia atas dek kapal untuk disortir ke dalam masing- masing  trays.  Ikan  yang  telah  disortir  dan  tersusun  dalam  trays  kemudian
diturunkan ke dermaga dengan bantuan para kuli angkut. Pengamatan di lapangan menunjukkan  bahwa  ABK  dan  petugas  yang  melakukan  bongkar  tidak
memperhatikan  mutu  ikan.  Petugas  bongkar  sering  terlihat  menginjak  ikan  dan berdiri di keranjang ikan. Hal ini jelas dapat meyebabkan kemunduran mutu ikan.
Gambar 11 Proses pembongkaran hasil tangkapan di PPI Muara Angke
Menurut Departemen Pertanian 1997  vide Rusmali 2004, selama proses pengangkutan  ikan  sebaiknya  ikan  diangkut  melalui  tempat  yang  teduh  agar
terhindar  dari  sinar  matahari  langsung.  Pengaruh  sinar  matahari  langsung  dapat menyebabkan  penurunan  mutu  ikan  lebih  cepat.  Sesuai  dengan  pengamatan  di
lapangan menunjukkan bahwa proses pengangkutan ikan dari kapal  ke TPI tidak dilengkapi dengan pelindung atap atau kanopi untuk membantu melindungi ikan
agar tidak terkena sinar matahari langsung mulai dari dermaga bongkar sampai ke TPI.
Proses  pembongkaran  ikan  di  PPI  Muara  Angke  dapat  dijelaskan  sebagai berikut Malik 2006:
1 Nelayan  melaporkan  kedatangan  kapal  kepada  petugas  pos  pelayanan
terpadu. Pelaporan kedatangan kapal tersebut dilakukan dengan menyerahkan dokumen-dokumen kapal yaitu pas biru, surat izin usaha penangkapan, Surat
Izin  Pelayaran  dan  Surat  Kelayakan  Kapal.  Kemudian  petugas  memeriksa dokumen-dokumen  tersebut  dan  mencatat  identitas  kapal  ke  dalam  buku
kedatangan kapal; 2
Nelayan  melakukan  pembongkaran  hasil  tangkapan.  Pembongkaran  hasil tangkapan  dilakukan  bersamaan  dengan  penyortiran  ikan  berdasarkan  jenis,
ukuran  kecil,  ukuran  sedang,  dan  ukuran  besar.  Berdasarkan  pengamatan  di lapangan, terkadang terlihat ikan bermutu rendah dicampur denagn ikan yang
mempunyai mutu baik; dan 3
Penimbangan berat ikan dilakukan oleh nelayan atau pengurus kapal dengan disaksikan  oleh  pihak  dari  pelelangan  dan  dicatat  hasilnya  dengan
menyertakan  data  nama  kapal  dan  jenis  ikan.  Catatan  berupa  slip  disertakan pada  keranjang  ikan  agar  diketahui  oleh  para  peserta  pelelangan.
Pengangkutan  keranjang  ikan  dari  penimbangan  ke  tempat  pelelangan biasanya menggunakan gerobak atau lori.
Setelah proses bongkar selesai, petugas catat menimbang dan mencatat berat hasil  tangkapan  Gambar  12.  Proses  pencatatan  hasil  tangkapan  di  PPI  Muara
Angke  diragukan  keakuratannya.  Berdasarkan  pengamatan  di  lapangan,  terjadi perbedaan  data  hasil  pencatatan  antara  pemilik  kapal  dan  petugas  pencatat.
Diduga  terdapat  kemungkinan  untuk  menguntungkan  kepentingan-kepentingan tertentu dalam perbedaan hasil pencatatan tersebut.
Hasil  tangkapan  disortir  berdasarkan  jenis  ikan  dan  pemiliknama  kapal. Hasil  tangkapan  kualitas  ekspor  tidak  dipasarkan  langsung  lewat  proses  lelang
tetapi  melalui  sistem  ‘opouw’.  Sistem  ini  adalah  sistem  yang  diberlakukan terhadap hasil tangkapan yang memiliki nilai ekonomis dan kualitas tinggi untuk
tidak diikutsertakan dalam proses pelelangan agar menjaga mutu ikan tetap terjaga namun tetap dikenakan retribusi sebesar 5. Retribusi tersebut dikenakan karena
pemilik kapal adalah penjual dan pembeli hasil tangkapan itu sendiri.
a                                                                b Gambar 12 Proses Penimbangan a dan Pencatatan data b Hasil Tangkapan di
PPI Muara   Angke Hasil tangkapan  yang memiliki  nilai  ekonomis dan  mutu rendah kemudian
langsung  diangkut  ke  TPI  oleh  petugas  angkut.  Petugas  yang  melakukan  proses pengangkutan  dilakukan  oleh  buruh  atau  kuli  angkut  yang  disediakan  oleh  TPI
dengan  sistem  upah  berdasarkan  jumlah  trays  yang  berhasil  diangkut.  Hasil tangkapan  yang  diangkut  kemudian  diletakkan  di  lantai  lelang  untuk  proses
pelelangan  selanjutnya.  Bahkan  terkadang  sering  terjadi  keranjang  dibanting ketika  diturunkan  dari  troli  ke  lantai  TPI.  Selain  itu,  ada  juga  yang  masih
melakukan  pengangkutan  hasil  tangkapan  ke  lantai  TPI  dengan  cara  menyeret keranjang trays.
Pengangkutan  hasil  tangkapan  ke  lantai  TPI  juga  kurang  memperhatikan mutu  ikan.  Hal  ini  terlihat  dari  alat  angkut  troli  ataupun  lori  yang  digunakan
tidak  higienis.  Troli  yang  digunakan  untuk  mengangkut  hasil  tangkapan  terbuat dari  kayu  dan  sudah  kelihatan  membusuk  karena  telah  digunakan  sejak  lama.
Kondisi troli ini juga dapat menurunkan mutu hasil tangkapan yang akan dilelang. Selama  pengangkutan  ikan  ke  TPI  dan  berada    di  dalam  TPI  untuk
menunggu  proses  pelelangan,  hasil  tangkapan  tidak  diberikan  penanganan  yang baik  untuk  mempertahankan  mutu.  Pemberian  es  tambahan  dan  pencucian  hasil
tangkapan  dengan  menggunakan  air  bersih  sangat  jarang  terlihat.  Kondisi  lantai TPI juga terlihat kotor dengan ceceran darah ikan, lendir, potongan-potongan ikan
dan genangan  air  yang dapat  mempercepat  proses penurunan mutu ikan, terlebih ikan berada di dalam TPI untuk waktu yang cukup lama.
5.1.2 Pelaksanaan pelelangan