6.4 Kemampuan terselenggaranya penjaminan mutu hasil tangkapan
Salah  satu  fungsi  proses  pelelangan  ikan  adalah  membantu  menjaga  mutu ikan  hasil  tangkapan  agar  tetap  baik  Pane  2010.  Apabila  pelelangan  ikan
berlangsung  sesuai  dengan  prosedur  dan  peraturan  yang  telah  ditetapkan,  mutu ikan  hasil  proses  pelelangan  akan  tetap  terjaga  dan  higienis  untuk  dikonsumsi
masyarakat.  Sebaliknya  jika  ikan  hasil  tangkapan  yang  dilelang  memiliki  mutu ikan  yang  baik  dan  higienis  maka  proses  pelelangan  akan  berjalan  dengan  baik
pula. Salah satu kelemahan pelelangan di PPI Muara Angke adalah mutu ikan. Mutu  ikan  yang  dilelang  di  PPI  Muara  Angke  masih  jauh  dari  dikatakan
baik.  Pada  saat  penelitian  berlangsung,  uji  organoleptik  terhadap  ikan  hasil tangkapan tidak dapat dilakukan karena hampir semua ikan yang dilelang berada
dalam  kondisi  membeku  dan  membentuk  kubus  sesuai  dengan  wadah pendinginnya.  Ikan  yang  masuk  ke  pelelangan  di  PPI  Muara  Angke  berasal  dari
hasil  bongkar  pada  saat  tersebut  dan  juga  berasal  dari  cold  storage  milik perusahahaan  penangkapan.  Selain  itu,  berdasarkan  pengamatan  kondisi  tubuh
ikan juga sangat  memprihatinkan karena banyak ikan  yang sudah terpisah antara kepala dan ekor dengan tubuh ikan. Rata-rata jenis ikan yang dilelang adalah ikan
tembang, selar dan kembung dalam kondisi membeku Gambar 18.
Gambar 18 Kondisi ikan yang dilelang di PPI Muara Angke tahun 2010 Kondisi  mutu  ikan  ini  diduga  menjadi  penyebab  pelelangan  ikan  di  PPI
Muara Angke berjalan ‘biasa-biasa saja’ dan terkesan hanya sebagai syarat saja. Bagi  sebagian  pedagang-pembeli  yang  ikut  sebagai  peserta  menyatakan  bahwa
bahwa  pelelangan  adalah  pilihan  kedua  dalam  mendapatkan  ikan  melihat  dari
mutu ikan lelang. Mereka akan lebih memprioritaskan ikan hasil tangkapan yang lebih  segar  agar  lebih  mudah  terjual  kembali.  Sebaliknya  bagi  para  agen
perwakilan  nelayan  pemilik  dan  perusahaan  penangkapan,  pelelangan  ikan menjadi  pilihan  untuk  menjual  hasil  tangkapan  yang  memiliki  mutu  kurang  baik
atau bahkan buruk. Mereka akan menjual langsung hasil tangkapan yang memiliki mutu  ikan  baik  ke  pelanggan  yang  sudah  terlebih  dahulu  melakukan  penawaran
melalui sistem ‘opouw’. Selain itu, jika ikan yang dijual melalui pelelangan ikan tidak  mendapatkan  harga  yang  sesuai  maka  agen  akan  meng-
’opouw’  ikan tersebut  yakni  membeli  kembali  ikan  tersebut  dgn  konsekuensi  pengenaan  biaya
retribusi sebesar 5. Berdasarkan  Peraturan  Gubernur  Propinsi  Daerah  Khusus  Ibukota  Jakarta
Nomor 71 Tahun 2006 yang disebutkan pada bab II tentang pelelangan ikan pasal 3:  1  Ikan  dan  hasil  ikutannya,  yang  tidak  layak  untuk  dikonsumsi  tidak  boleh
dimasukkan  ke  Tempat  Pelelangan  Ikan  untuk  dilelang  dan  harus  segera disingkirkan  dan  dimusnahkan,  2  Kelayakan  sebagaimana  dimaksudkan  pada
ayat 1 ditetapkan oleh Petugas Pembina Mutu Ikan. Penjaminan  mutu  hasil  tangkapan  ini  sudah  seharusnya  menjadi  perhatian
utama  pengelola  pelelangan  dan  Petugas  Pembina  Mutu  Ikan  yang  ditetapkan sebagai  penguji  kelayakan  hasil  tangkapan  sebagaimana  disebutkan  dalam
Peraturan  Gubernur  di  atas.  Menurut  pengakuan  Kepala  TPI  Muara  Angke, Petugas  Pembina  Mutu  Ikan  hanya  melakukan  pengujian  organoleptik  dan
kandungan formalin pada ikan hasil tangkapan. Petugas ini juga hanya melakukan pengujian  pada  saat-saat  tertentu  saja  seperti  pada  saat  isu  pemakaian  formalin
pada  ikan.  Selain  itu,  pengawasan  mutu  ikan  yang  dilelang  tidak  terlaksana dengan  setiap  hari.  Selama  penelitian  berlangsung  tidak  ada  terlihat  Petugas
Pembina  Mutu  Ikan  yang  bekerja  mengawasi  mutu  ikan  saat  pelelangan berlangsung.  Seharusnya  pengelola  pelelangan  dan  Petugas  Pembina  Mutu  Ikan
melakukan  pengujian  setiap  pelelangan  berlangsung  dan  memberi  pengarahan terhadap  nelayan  dan  petugas  pelelangan  mengenai  cara  penanganan  ikan  yang
benar  baik  di  kapal  maupun  pada  saat  pelelangan  berlangsung.  Selain  itu, pengelola pelelangan dan petugas pembina mutu ikan juga harus memperhatikan
masalah  sanitasi  di  gedung  pelelangan  dan  sarana  yang  digunakan  pada  saat
pelelangan. Kemampuan penjaminan mutu ikan serta sanitasi sarana pelelangan di PPI Muara Angke dapat dilihat pada Tabel 22.
Tabel  22  Kemampuan  penjaminan  mutu  ikan  serta  sanitasi  sarana  pelelangan  di PPI Muara Angke tahun 2010
Parameter Kemampuan
Pengelola Indikator
Kondisi di Lokasi Penelitian
Kesimpulan
Kemampuan terselenggaranya
penjaminan mutu ikan yang dilelang
Ada kontrol mutu Tidak ada
kontrol mutu Pengelola memiliki
kemampuan yang lemah dalam
terselenggaranya penjaminan mutu
ikan. Pengelola kurang
memiliki pemahaman
mengenai mutu ikan yang harus dilelang
Kemampuan terselenggaranya
kebersihansanitasi di lingkungan TPI
Ada kontrol kebersihansanitasi
Tidak ada kontrol
kebersihan dan sanitasi
Pengelola memiliki kemampuan yang
lemahdalam terselenggaranya
kebersihansanitasi di lingkungan TPI
6.5 Kemampuan pengembangan sarana dan prasarana lelang