penawaran dari harga terendah sampai harga tertinggi sehingga pedagang-pembeli dapat bersaing untuk mendapatkan ikan sesuai harga yang diharapkan. Kelemahan
yang dikeluhkan oleh responden pedagang-pembeli dalam pelaksanaan pelelangan di PPI Muara Angke adalah masalah mutu ikan yang rendah. Pengelola
pelelangan di PPI Muara Angke hanya melakukan kontrol mutu pada saat- saat tertentu saja seperti pada saat adanya isu ikan berformalin namun selanjutnya
pengelola pelelangan tidak melakukan kontrol mutu secara berkelanjutan pada proses pelelangan. Tidak adanya kontrol mutu ikan menyebabkan ikan yang
masuk ke pelelangan belum sesuai dengan keinginan responden pedagang- pembeli.
7.3 Persepsi pengolah ikan terhadap kegiatan pelelangan di PPI Muara
Angke Hasil wawancara di lokasi penelitian di dapatkan 7 orang pengolah ikan
tradisional sebagai responden Lampiran 4. Seluruh pengolah ikan mengaku bahwa mereka jarang terlibat langsung dalam proses pelelangan dan hanya
mengirimkan perwakilan atau utusan untuk mengikuti dan membeli ikan melalui proses pelelangan. Responden pengolah menyebutkan lebih memfokuskan diri
pada proses pengolahan dan menugaskan perwakilan untuk mendapatkan ikan sebagai bahan baku ataupun membeli langsung melalui pedagang-pembeli yang
mengikuti proses pelelangan.
1. Persepsi pengolah ikan tentang keberadaan pelelangan di TPI Muara
Angke Seluruh responden pengolah ikan menyebutkan mengetahui keberadaan
aktivitas pelelangan di PPI Muara Angke Gambar 35. Seluruh responden mengetahui proses lelang yang benar dan keuntungan yang diperoleh melalui
proses pelelangan murni.
Gambar 35 Persentasi jumlah responden pengolah ikan terhadap persepsi tentang keberadaan pelelangan di PPI Muara Angke tahun
2010 2.
Persepsi mengenai keuntungan pelaksanaan pelelangan
Gambar 36 Persentasi jumlah responden pengolah ikan terhadap persepsi mengenai keuntungan pelaksanaan pelelangan di PPI Muara
Angke tahun 2010
Secara umum responden pengolah menyebutkan pelaksanaan pelelangan di PPI Muara Angke menguntungkan Gambar 36. Pengolah
mengaku mendapatkan kemudahan dalam mendapatkan ikan sebagai bahan baku pengolahan dengan adanya pelaksanaan pelelangan. Hanya saja
sebagian responden mengeluhkan kualitas ikan yang rendah sehingga harus menambah proses pengolahan untuk memperbaiki kualitas ikan olahan.
3. Persepsi mengenai proses pelelangan
Responden pengolah ikan menyebutkan bahwa proses pelelangan di PPI Muara Angke berjalan dengan baik Gambar 37. Sistem pelelangan
berlangsung dengan sistem terbuka serta proses penawaran berlangsung mulai dari harga terendah sampai tertinggi. Peraturan pengelola pelelangan
mengenai peserta yang diperbolehkan ikut pelelangan harus mendaftarkan diri dan menyerahkan uang deposit kepada kasir pelelangan dinilai baik oleh
pengolah.
Gambar 37 Persentasi jumlah responden pengolah ikan terhadap persepsi mengenai proses pelelangan di PPI Muara Angke tahun 2010
4. Persepsi mengenai kecukupan fasilitas pelelangan
Gambar 38 Persentasi jumlah responden pengolah ikan terhadap persepsi mengenai kecukupan fasilitas pelelangan di PPI Muara Angke
tahun 2010
Menurut responden pedagang fasilitas pelelangan yang disediakan sudah mencukupi untuk melaksanakan aktivitas pelelangan Gambar 38.
Sebagian kecil responden menilai fasilitas tersebut kurang mencukupi terutama saat musim puncak ikan.
5. Persepsi mengenai pengorganisiran waktu pelelangan
Gambar 39 Persentasi jumlah responden pengolah ikan terhadap persepsi mengenai pengorganisiran waktu pelelangan di PPI Muara
Angke tahun 2010
Secara umum pengolah ikan mneyebutkan bahwa pengorganisiran waktu pelelangan di PPI Muara Angke berjalan dengan baik Gambar 39.
Waktu pelelangan selalu tepat waktu sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan oleh pihak pengelola pelelangan.
6. Persepsi mengenai kemudahan mendapatkan ikan
Gambar 40 Persentasi jumlah responden pengolah ikan terhadap persepsi mengenai kemudahan mendapatkan ikan di PPI Muara Angke
tahun 2010
Seluruh responden pengolah menyebutkan bahwa proses pelelangan di PPI Muara Angke memudahkan mereka untuk mendapatkan ikan untuk dijual
kembali walaupun belum seperti kualitas ikan yang mereka inginkan Gambar 40. Adanya kegiatan pelelangan di PPI Muara Angke memberikan pilihan
bagi pedagang-pembeli untuk memperoleh ikan untuk dijual kembali.
7. Persepsi mengenai ada tidaknya kontrol mutu hasil tangkapan
Gambar 41 Persentasi jumlah responden pengolah ikan terhadap persepsi mengenai kontrol mutu hasil tangkapan di PPI Muara Angke
tahun 2010
Pengolah menilai kontrol mutu ikan oleh pengelola pelelangan tidak baik. Pengolah menyebutkan bahwa tidak ada kontrol mutu yang dilakukan oleh pihak
pengelola terhadap ikan yang akan dilelang Gambar 41. Kontrol mutu yang dilakukan oleh pihak pengelola saat isu ikan berfornalin pada tahun 2007 dinilai
kurang oleh sebagian besar responden.
8. Persepsi mengenai kontrol sanitasi sarana pelelangan
Gambar 42 Persentasi jumlah responden pengolah ikan terhadap persepsi mengenai kontrol sanitasi sarana pelelangan di PPI Muara
Angke tahun 2010
Seluruh pengolah ikan mengaku tidak mengetahui masalah kontrol sanitasi sarana pelelangan dan tidak pernah memperhatikan upaya petugas pelelangan
dalam menjaga sanitasi sarana pelelangan Gambar 42. Hal ini terjadi karena pengolah ikan jarang terlibat langsung dalam proses pelelangan.
Secara umum persepsi pengolah ikan terhadap pelaksanaan pelelangan di PPI Muara Angke sudah berjalan dengan benar. Responden pengolah ikan
menyebutkan bahwa dengan adanya pelelangan di PPI Muara Angke semakin memudahkan mereka untuk mendapatkan ikan sehingga tidak harus membeli ikan
ke tempat lain. Kelemahan yang dikeluhkan oleh responden pengolah ikan dalam pelaksanaan pelelangan di PPI Muara Angke adalah masalah mutu ikan yang
rendah. Pengelola pelelangan diharapkan dapat menyelesaikan masalah mutu ikan yang rendah sehingga pengolah ikan dapat memperoleh ikan dengan kualitas yang
lebih baik. Berdasarkan hasil-hasil di atas, persepsi dari pengguna tempat pelelangan
ikan di PPI Muara Angke dapat disimpulkan pada Tabel 25. Persepsi pengguna TPI terhadap pelaksanaan kegiatan pelelangan adalah menguntungkan 66 dan
cukup menguntungkan 34 sehingga dapat disimpulkan bahwa secara umum persepsi pengguna TPI terhadap kegiatan pelelangan adalah menguntungkan.
Persepsi pengguna pelelangan terhadap kecukupan fasilitas adalah mencukupi 62 dan kurang mencukupi 38 sehingga dapat disimpulkan bahwa secara
umum pengguna TPI bahwa persepsi pengguna terhadap fasilitas pelelangan mencukupi namun perlu penambahan fasilitas agar tidak terjadi kekurangan
fasilitas pada saat musim puncak ikan. Persepsi pengguna TPI terhadap pelaksanaan kontrol mutu hasil tangkapan adalah tidak ada kontrol mutu 76
dan tidak mengetahui masalah kontrol mutu 24 sehingga dapat disimpulkan bahwa persepsi pengguna TPI terhadap kontrol mutu hasil tangkapan adalah tidak
ada kontrol mutu TPI. Persepsi pengguna TPI terhadap pelaksanaan kontrol sanitasi sarana pelelangan adalah kurang kontrol 43 dan tidak mengetahui
masalah kontrol sanitasi 57 sehingga dapat disimpulkan bahwa persepsi pengguna TPI terhadap pelaksanaan kontrol sanitasi adalah tidak adanya kontrol
sanitasi.
7.4. Hubungan antara persepsi dan kemampuan pelelangan