4.1.3 Kondisi perikanan tangkap Kota Jakarta Utara
1 Unit penangkapan ikan
1 Armada dan alat penangkapan ikan
Kapal  perikanan  yang  digunakan  oleh  nelayan  di  Jakarta  Utara  adalah perahu  tanpa  motorperahu  layar,  perahu  motor  tempel  dan  kapal  motor.  Pada
rentang  tahun  2004 –2008  kapal  motor  di  Jakarta  Utara  mendominasi  jumlah
armada di Kota Jakarta Utara dengan ukuran 0 –5 GT dan 5–10 GT.  Pada tahun
2008 kapal  perikanan  yang paling banyak digunakan adalah kapal  motor  dengan ukuran 5
–10 GT sebanyak 1.858 unit dan kapal motor dengan ukuran 30–50 GT relatif lebih sedikit yakni sebanyak 51 unit Tabel 5.
Tabel  5  Jumlah  armada  penangkapan  ikan  menurut  kategori  armada  di  Jakarta Utara, 2004
–2008
Kategori Armada Jumlah Armada per tahun
Rata-rata Pertumbuhan
Tahunan 2004
unit 2005
unit 2006
unit 2007
unit 2008
unit 1.
Perahu tanpa motorlayar
685 617
554 431
222 -22,7
2. Perahu motor
tempel 909
810 729
765 674
-7,0 3.Kapal Motor GT
3.988 3.601
3.240 3.413
3.959 0,4
a. 5
502 451
406 430
460 -3,5
b. 5-10
1.492 1.343
1.209 1.276
1.858 7,8
c. 10-20
683 615
554 659
430 -9,0
d. 20-30
467 421
379 354
596 10,5
e. 30-50
49 45
39 34
51 39,2
f. 50
795 726
653 760
564 -7,0
Jumlah 5.582
5.028 4.523
4.609 4.855
-3,2
Sumber: Suku Dinas Kelautan dan Pertanian Kota Jakarta Utara 2009
Jumlah armada perikanan pada tahun 2008 yakni 4.855 unit yang terdiri dari perahu tanpa motor sebesar 4,6, perahu motor tempel sebesar 13,9 dan kapal
motor  sebesar  81,5 unit.  Jumlah  kapal  motor  di  Kota  Jakarta  Utara  adalah
sebesar
3.959 unit. Jumlah ini didominasi oleh jenis kapal motor dengan ukuran 5-10 GT yakni sebesar 1.858 atau 38,3 dari jumlah keseluruhan armada di Kota Jakarta Utara.
Perkembangan  jumlah  armada  penangkapan  ikan  di  Kota  Jakarta  Utara selama  tahun  2004
–2008  mengalami  peningkatan  setelah  mengalami  penurunan pada  tahun  2005  dan  2006.  Pada  tahun  2005,  jumlah  armada  menurun  sebesar
9,9  dari  tahun  sebelumnya  yakni  sebanyak  554  unit.  Pada  tahun  berikutnya jumlah  armada  perikanan  menurun  kembali  yakni  sebesar  10  atau  sebesar  505
unit. Secara keseluruhan, pertumbuhan jumlah armada perikanan di  Kota  Jakarta Utara  selama  tahun  2004
–2008  rata-rata  sebesar  -3,2  setiap  tahunnya. Perkembangan  jumlah  armada  di  Jakarta  Utara  selengkapnya  ditunjukkan  pada
Gambar 3.
Gambar 3 Perkembangan jumlah armada penangkapan ikan di Jakarta Utara, 2004
–2008 Usaha  penangkapan  yang  dilakukan  oleh  nelayan  Kota  Jakarta  Utara
mmenggunakan  berbagai  macam  alat  penangkapan  ikan  seperti  jaring  payang, purse seine, jaring insang dasar, gillnet, bagan, bubu dan pancing Tabel 6. Bagi
nelayan Muara Angke alat penangkapan yang paling banyak dipakai adalah purse seine,  jaring  insang  dasar,  gillnet,  bubu  dan  pancing.  Alat  penangkapan  jaring
insang  dasar,  payang,  jaring  kejer,  dogol  dan  trawl  banyak  dioperasikan  oleh nelayan Cilincing. Alat penangkapan jaring kejer, bagan, sero dan payang banyak
dioperasikan  oleh  nelayan  di  Muara  Kamal.  Nelayan  di  Muara  Baru,  banyak mengoperasikan  alat  tangkap  tuna  longline  dan  gillnet.  Jumlah  alat  tangkap  di
Kota Jakarta Utara dari tahun 2004 sampai 2008 ditunjukan pada Tabel 6.
Tabel  6  Jumlah  alat  tangkap  menurut  jenis  alat  tangkap  di  Kota  Jakarta  Utara, 2004
–2008
Jenis Alat Tangkap
Tahun Rata-rata
Pertumbuhan Tahunan
2004 2005
2006 2007
2008 Jumlah
Komposisi Payang
424 424
662 662
712 3,97
20 Dogol
361 457
457 457
497 2,77
0,9 Pukat Cincin
269 269
269 269
279 1,56
0,9 Jaring Insang
Hanyut 396
396 396
396 960
5,36 35,6
Bagan Perahu 133
133 133
553 3,09
105,2 Bagan Tancap
136 136
124 124
124 0,69
-2,2 Jaring Angkat
Lain 455
495 601
648 408
2,28 0,2
Rawai Tuna 294
294 2822
2822 2822
15,75 215
Pancing Tonda 126
126 126
126 0,70
Pancing Lain 1.152
1.152 731
766 685
3,82 -10,6
Bubu 6893
6.715 5420
5420 4927
27,50 -7,7
Muroami 75
75 641
641 798
4,45 194
Lain-lain 6517
6.695 4636
4974 5026
28,05 -4,9
Jumlah 16.972  17367  17018  17438
17917 100,00
1,38 Sumber: Suku Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kotamadya Jakarta Utara 2008
Pada tahun 2008, jumlah alat penangkapan yang dioperasikan oleh nelayan Kota  Jakarta  Utara  adalah  sebesar  17.917  unit.  Alat  penangkapan  yang  paling
banyak  dioperasikan  adalah  alat  tangkap  bubu.  Jumlah  bubu  pada  tahun  2008 sebesar 4.927 unit atau 27,5 dari jumlah keseluruhan alat tangkap. Tahun 2004,
jumlah alat tangkap bubu bahkan mencapai 6.893 unit.
Gambar 4 Perkembangan jumlah alat tangkap di Kota Jakarta Utara, 2004 –2008
Gambar 4 menunjukkan perkembangan jumlah alat tangkap di Jakarta Utara selama  periode  tahun  2004
–2008  mengalami  fluktuasi  dengan  kecenderungan meningkat  di  akhir  periode;  dengan  rata-rata  pertumbuhan  sebesar  1,38  setiap
tahunnya
2 Nelayan
Nelayan  merupakan  salah  satu  unsur  penting  dalam  kegiatan  usaha penangkapan  ikan.  Nelayan  memegang  peranan  sebagai  subyek  pelaku
penangkapan  ikan  secara  langsung.  Oleh  karena  itu,  keberadaan  nelayan  perlu diketahui secara jelas dalam lingkup perikanan tangkap.
Jumlah  nelayan  yang  melakukan  kegiatan  penangkapan  ikan  di  wilayah Kota  Jakarta  Utara  pada  tahun  2008  tercatat  sebanyak  20.215  jiwa,  terdiri  dari
10.418 jiwa nelayan penetap 51,5 dan 9.797 jiwa nelayan pendatang 48,5. Berdasarkan  status  kepemilikan  usaha,  maka  nelayan  di  wilayah  ini  dibagi  atas
2.768  jiwa  nelayan  pemilik  13,7  dan  17.447    jiwa  nelayan  pekerja  86,3 Tabel 7.
Tabel 7 Jumlah nelayan di Kota Jakarta Utara, 2004 –2008
Status Nelayan Jumlah nelayan per tahun jiwa
Rata- rata
Partum- buhan
tahunan 2004
2005 2006
2007 2008
Jumlah Komposisi
100 1. Nelayan Penetap
16.426  15.017  13.516  12.027 10.418
51,5 -10,7
a. Pemilik
3.473 3.140
2.826 2.441
1.060 5,2
-22,4 b.Pekerja
12.953  11.877  10.690 9.586
9.358 46,3
-7,7 2. Nelayan Pendatang
9.873 8.903
8.018 7.207
9.797 48,5
1,5 a.
Pemilik 2.241
2.028 1.827
1.662 1.708
8,4 1,8
b.Pekerja 7.632
6.875 6.191
5.545 8.089
40,0 3,9
Jumlah Nelayan 26.299  23.920  21.534  19.234
20.215 100
-6,1 a.
Pemilik 5.714
5.168 4.653
4.103 2.768
13,7 16
b. Pekerja 20.585  18.752  16.881  15.131
17.447 86,3
-3,5 Sumber: Suku Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kotamadya Jakarta Utara 2008, diolah
kembali
Gambar 5 Perkembangan jumlah nelayan di Kota Jakarta Utara, 2004 –2008
Berdasarkan Tabel 7 dan Gambar 5, jumlah nelayan dari tahun 2004 sampai 2008  cenderung  menurun  namun  mengalami  peningkatan  di  akhir  periode.  Hal
yang sama juga terjadi pada jumlah nelayan penetap dan pendatang dari tahun ke tahun. Perkembangan pertumbuhan jumlah nelayan rata-rata menurun sebesar -3,5
per tahun. Jumlah nelayan tertinggi terjadi pada tahun 2004 yakni sebesar 26.299 jiwa,
sedangkan  jumlah  nelayan  terendah  terjadi  di  tahun  2007  sebesar  19.234  jiwa. Tingginya jumlah nelayan pada tahun 2004 diduga karena nelayan masih banyak
yang memilih untuk menjual hasil tangkapan di pelabuhan-pelabuhan Jakarta dan kemudian menetap. Selain itu, jumlah ini juga dipengaruhi oleh tingginya jumlah
armada  penangkapan  di  Kota  Jakarta  Utara  sehingga  membutuhkan  tenaga  kerja nelayan  yang  lebih  banyak.  Rendahnya  jumlah  nelayan  pada  tahun  2007  diduga
karena naiknya harga bahan-bakar minyak sehingga nelayan banyak yang beralih profesi  karena  tidak  dapat  memenuhi  biaya  operasional  untuk  melaut  dan
mengakibatkan  banyaknya  nelayan  pendatang  yang  kembali  ke  tempat  asal mereka.
Perkembangan  jumlah  nelayan  dan  armada  penangkapan  dari  tahun  2004 hingga  2008  cenderung  menurun  dikarenakan  beberapa  hal  Suku  Dinas
Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kotamadya Jakarta Utara 2008:
a. Makin  jauhnya  daerah  penangkapan  ikan  fishing  ground  menyebabkan
biaya  operasional  lebih  mahal  sehingga  sebagian  nelayan  tidak  sanggup membiayainya;
b. Naiknya harga bahan bakar minyak menyebabkan biaya operasional lebih
mahal  sehingga  sebagian  nelayan  beralih  profesi  seperti  menjadi pedagang, sopir dan buruh pabrik serta tukang ojek;
c. Mahalnya biaya perawatan sehingga banyak kapal yang rusak tidak dapat
beroperasi; d.
Semakin sulitnya hidup di Jakarta dan banyak tempat tinggal mereka yang ditertibkan  maka  sebagian  nelayan  kembali  ke  daerah  asalnya  masing-
masing; dan e.
Beralih  fungsinya  kapal  ikan  menjadi  kapal  transportasi  umum  seperti kapal barang dan kapal penumpang.
2 Produksi hasil tangkapan
Kota  Jakarta  Utara  adalah  penyuplai  produk  konsumsi  ikan  terbesar  untuk kawasan Provinsi DKI Jakarta. Jumlah produksi ikan di Jakarta Utara pada tahun
2008  sebesar  22.263,3  kg.  Jumlah  ini  merupakan  produksi  ikan  yang  didaratkan melalui  darat  dan  laut.  Ikan  yang  didaratkan  melalui  laut  berasal  dari  lima
pelabuhan perikanan di Jakarta Utara yakni PPI Muara Angke, PPS Muara Baru, PPI  Muara  Kamal,  PPI  Cilincing  dan  PPI  Kali  Baru  sedangkan  yang  didaratkan
melalui darat biasanya adalah ikan dari luar daerah melalui Pasar Ikan. Pada  tahun  2008,  PPS  Muara  Baru  adalah  penyumbang  terbesar  produksi
perikanan  di  Jakarta  Utara  sebesar  14.398,8  ton  64,68  disusul  dengan  Muara Angke  sebesar  6.464,7  ton  29,04,  Muara  Kamal,  Kali  Baru,  Cilincing  dan
Pasar  Ikan  masing-masing  sebesar  467,6  ton  2,10;  473,6  ton  2,13;  276,5 ton 1,24; 182 ton 0,82.
Tabel 8 Jumlah produksi perikanan berdasarkan TPI di Kota Jakarta Utara, 2004- 2008
TPI Jumlah produksi per tahun ton
R tahun
2004 2005
2006 2007
2008 Jumlah
Komposisi 1. Muara
Baru 10.037,4
5.695,2 6.296,4  12.617,3  14.398,8
64,68 20,4
2. Muara Angke
8.189,2 9.392,5  10.675,5
8.647,3 6.464,7
29,04 -4
3. Pasar
Ikan 743,2
638 688,2
722,3 182
0,82 -19
4. Kamal
Muara 577,4
589,4 529,9
521,3 467,6
2,10 -5
5. Kalibaru 326.7
326,8 424,1
527,2 473,6
2,13 11
6. Cilincing 422.8
318,3 341,4
263,9 276,5
1,24 -9
Jumlah
20.296,6  16.960,2  18.955,6  23.299,3  22.263,3 100,00
3,5 Ket : R = Rata-rata pertumbuhan tahunan tahun
Sumber: Suku Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kotamadya Jakarta Utara 2008, diolah kembali
Berdasarkan Tabel 8, jumlah produksi perikanan di Kota Jakarta Utara mengalami fluktuasi  dari  tahun  2004  sampai  tahun  2008  namun  secara  keseluruhan  cenderung
mengalami peningkatan.
Secara umum rata-rata pertumbuhan produksi perikanan di Kota Jakarta Utara meningkat sebesar 3,5  per tahunnya.
Perkembangan produksi ikan di Kota Jakarta Utara selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6 Perkembangan jumlah produksi ikan di Kota Jakarta Utara, 2004-2008 Berdasarkan data  yang diperoleh, hasil tangkapan dominan yang terdapat di
Jakarta Utara adalah ikan jenis cakalang, tongkol, kembung, layang, lemuru, selar, ekor  kuning,  tuna,  tenggiri  dan  kerapu.  Selain  untuk  menyuplai  ketersediaan
kebutuhan ikan di wilayah DKI Jakarta, produksi ikan di Kota Jakarta Utara juga banyak  ditujukan  untuk  keperluan  ekspor  ke  negara-negara  importir  seperti
Singapura,  Korea,  dan  Jepang.  Jenis  ikan  yang  menjadi  ikan  ekspor  adalah  ikan tuna, cakalang, tenggiri  dan kerapu Dinas Pertanian dan Kelautan Provinsi  DKI
Jakarta 2009.
3 Daerah penangkapan ikan
Daerah  penangkapan  ikan  nelayan-nelayan  di  Kota  Jakarta  Utara  adalah: Bangka  Belitung,  Perairan  Sumatera,  Selat  Karimata,  Laut  Jawa,  Perairan
Kalimantan Barat, Kepulauan Natuna, Teluk Jakarta, Perairan Karawang, Perairan Papua  dan  Perairan  Karimun  Jawa.  Daerah  penangkapan  ikan  yang  jauh,  tanpa
diiringi  dengan  penanganan  ikan  yang  baik  selama  di  atas  kapal,  akan mengakibatkan turunnya kualitas ikan hasil tangkapan. Semakin dekatnya daerah
penangkapan  ikan  juga  dipengaruhi  oleh  musim  penangkapan  ikan.  Jika  musim penangkapan ikan dalam kondisi baik maka akan memungkinkan untuk mencapai
jarak yang lebih jauh untuk mendapatkan ikan, dan sebaliknya. Musim penangkapan ikan terbagi menjadi 2 dua musim yakni musim barat
dan musim timur. Musim barat terjadi pada bulan November sampai bulan April. Pada  musim  ini  angin  bertiup  sangat  kuat  dan  menimbulkan  gelombang  yang
tinggi.  Hal ini mengakibatkan banyak nelayan tidak mau melaut karena memiliki resiko  yang  besar.    Pada  musim  timur  angin  dan  gelombang  relatif  lebih  tenang
dan  stabil  sehingga  menjadi  musim  pilihan  nelayan  untuk  melaut.  Musim  timur terjadi  pada  bulan  April
–November.  Musim  timur  adalah  musim  ikan  dengan hasil  tangkapan  yang  lebih  banyak  karena  nelayan  lebih  banyak  melakukan
aktivitas penangkapan ikan.
4.2 Keadaan umum Pangkalan Pendaratan Ikan Muara Angke