a. UPT Dinas Perhubungan Laut;
b. Syahbandar dan KPLP Dept.Perhubungan;
c. DPD HNSI;
d. Pos polisi KP3 Muara Angke;
e. Pos Kesehatan;
f. Pos pemadam kebakaran;
g. Terminal bus Muara Angke;
h. Pasar Inpres PD Pasar Jaya;
i. Rumah Sakit Paru-Paru;
j. Puskesmas; dan
k. TK, SD dan SMP
Fasilitas-fasilitas di PPI Muara Angke sama seperti layaknya fasilitas yang tersedia di berbagai pelabuhan perikanan di Indonesia. Fasilitas menarik perhatian
adalah fasilitas pusat jajanan serba ikan pujaseri yang dibangun guna mengajak masyarakat untuk datang berkunjung ke PPI Muara Angke. Berdirinya fasilitas ini
akan meningkatkan pendapatan PPI Muara Angke dan mendongkrak aktivitas kepelabuhan secara tidak langsung.
4.2.2 Kondisi perikanan tangkap di PPI Muara Angke
1 Armada penangkapan ikan di PPI Muara Angke
Armada penangkapan ikan yang berbasis di PPI Muara Angke mencakup tiga jenis yakni perahu tanpa motor PTM, perahu motor tempel PMT dan kapal
motor. Perahu tanpa motor yang digunakan sebagai armada perikanan memiliki ukuran sedang sampai berukuran besar. Jumlah armada yang paling banyak
digunakan di Muara Angke adalah kapal motor. Kapal motor digolongkan berdasarkan ukuran volume kapal menjadi 6 kelompok yakni 5 GT, 10 GT, 20
GT, 30 GT, 50 GT dan diatas 50 GT Novri 2006. Saat ini armada kapal perikanan yang ada di Mura Angke didominasi oleh
kapal motor yang berukuran 30 GT dan di atas 50 GT. Pada awalnya, perahu layar dan perahu motor tempel melakukan bongkar muat di PPI Muara Angke, tetapi
sekarang ini kapal-kapal tersebut melakukan bongkar muat di daerah Kali Adem. Pendaratan hasil tangkapan perahu nelayan kecil dan tradisional di sekitar kali
Adem menyebabkan hasil penjualan hasil tangkapan nelayan tidak melalui proses lelang di TPI Muara Angke dan secara otomatis mengurangi pendapatan retribusi
lelang Faubianny 2008. Armada perikanan yang melakukan aktivitas tambah labuh maupun bongkar
muat di PPI Muara Angke terdiri atas kapal berukuran ≤30 GT dan 30 GT.
Selain dua jenis ukuran kapal tersebut, armada perikanan di PPI Muara Angke juga dibagi menjadi dua jenis yakni kapal penangkap ikan dan kapal pengangkut.
Kapal-kapal ikan yang melakukan tambat labuh di PPI Muara Angke antara lain adalah: kapal gillnet, jaring cumi bukoami, purse seine, jaring insang dasar,
bubu dan pancing. Berikut disajikan tabel jenis kapal yang melakukan aktivitas tambat labuh di PPI Muara Angke.
Tabel 10 Perkembangan jumlah armada menurut GT dan jenis tambat labuh di PPI Muara Angke, 2003-2008
Tahun Jumlah
Armada ≤30 GT
unit 30 GT
unit Jenis Kapal unit
Pengangkut Penangkap Ikan
2003 4.842
4.069 773
1.761 3.137
2004 4.934
3.884 1.050
1.407 3.517
2005 5.209
3.873 1.336
1.468 3.137
2006 4.892
3.701 1.191
1.006 3.886
2007 4.305
3.662 643
1.008 3.297
2008 3.849
3.235 614
1.021 2.828
Sumber: UPT PKPP dan PPI Muara Angke, 2009
Jumlah aktivitas tambat pada tahun 2008 yakni sebesar 3.849 unit yang terdiri dari 1.021 unit kapal pengangkut 26,5 dan 2.828
unit kapal penangkap ikan 73,5. Berdasarkan ukuran kapal jumlah tersebut terdiri dari 3.235 unit
kapal berukuran ≤30 GT dan 614 unit kapal berukuran 30 GT. Jumlah kapal yang melakukan aktivitas tambat tertinggi terjadi pada tahun 2005 yakni sebesar
5.209 unit yang terbagi menjadi 1.468 unit kapal pengangkut dan 3.137 unit kapal penangkap ikan. Berdasarkan ukuran kapal jumlah tersebut dibagi menjadi 3.873
unit kapal berukuran ≤30 GT dan 1.336 unit kapal berukuran 30 GT Alat tangkap yang terdapat di PPI Muara Angke terdiri dari berbagai jenis.
Jenis alat tangkap di PPI Muara Angke didominasi oleh bukoami, jaring cumi, pukat cincin, bubu, cantrang, dan gillnet, selain ada juga alat tangkap dalam
jumlah yang kecil seperti muroami, jaring insang dasar, payang, lampara, pancing dan gillnet cucut liongbun.
Jumlah alat tangkap di PPI Muara Angke pada tahun 2008 adalah sebanyak 2.828 unit. Alat tangkap yang paling banyak dioperasikan oleh nelayan tahun
2008 yang beraktivitas di PPI Muara Angke antara lain bukoami sebanyak 40,7 kemudian disusul oleh alat tangkap jaring cumi sebesar 21,6 selanjutnya pukat
cincin sebesar 17,8 dan bubu sebesar 7,5. Jenis alat tangkap lainnya seperti muroami, jaring insang dasar, payang, lampara, pancing, dan gillnet cucut
sebanyak 1,9. Jumlah alat tangkap terbanyak yang dioperasikan terdapat pada tahun 2006, yaitu sebesar 3.886 unit dan terjadi penurunan pada tahun 2008
sebesar 4,8 dari tahun sebelumnya UPT PKPP dan PPI Muara Angke 2009. Penurunan jumlah alat tangkap tersebut diduga karena banyak kapal yang
berpindah tempat ke pelabuhan lain untuk membongkar hasil tangkapannya karena ketidakcocokan harga pada saat akan melelang hasil tangkapannya.
2 Nelayan
Nelayan yang memanfaatkan PPI Muara Angke sebagai tempat mencari nafkah dan melakukan aktivitas kepelabuhanan meliputi nelayan penetap dan
nelayan pendatang. Nelayan penetap adalah nelayan yang berdomisili di wilayah Muara Angke dan nelayan pendatang adalah nelayan yang berasal dari luar
wilayah Muara angke. Klasifikasi nelayan tersebut terbagi lagi menjadi nelayan pekerja dan nelayan pemilik unit penangkapan ikan.
Berdasarkan Tabel 11 terlihat bahwa jumlah nelayan PPI Muara Angke pada tahun 2001 hingga tahun 2003 mengalami fluktuasi. Pada tahun 2002
mengalami kenaikan tetapi pada tahun 2003 mengalami penurunan drastis. Drastisnya penurunan jumlah nelayan pada tahun 2003 diakibatkan oleh makin
jauhnya fishing ground, naiknya harga bahan bakar minyak BBM dan mahalnya biaya perawatan kapal. Jika dilihat dari asal nelayan, jumlah nelayan pendatang
pada tahun 2001 –2003 lebih banyak daripada nelayan penetap. Hal ini
disebabkan karena harga ikan yang dilelang di daerah tidak setinggi harga ikan yang dilelang di Jakarta, sehingga sangat mempengaruhi pendapatan nelayan.
Tabel 11 Jumlah nelayan yang melakukan aktivitas bongkar muat dan sandar di PPI Muara Angke, 2001
–2003
Status Nelayan
Tahun 2001
2002 2003
1. Nelayan penetap
orang Pemilik
2.277 2.979
1.873 Pekerja
8.862 11.703
790 Sub jumlah
11.139 14.682
2.663 2.
Nelayan pendatang orang
Pemilik 1.324
1.813 1.690
Pekerja 11.478
9.858 9.140
Sub jumlah 12.802
11.671 10.837
Jumlah nelayan orang Pemilik
3.601 4.792
9.147 Pekerja
20.340 21.561
4.353 Jumlah
23.941 26.353
13.500
Sumber: UPT PKPP dan PPI Muara Angke 2006
Menurut pihak UPT PPI Muara Angke, perkembangan jumlah nelayan mulai tahun 2004 sampai 2008 tidak didapatkan datanya karena pihak UPT PPI
Muara angke tidak lagi melakukan rekapitulasi data nelayan. Rekapitulasi data nelayan dilakukan oleh pihak Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia HNSI
Muara Angke, sehinnga pihak UPT PPI Muara Angke tidak lagi memiliki data nelayan yang melakukan tambat labuh di PPI Muara Angke.
3 Musim penangkapan
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa nelayan, musim penangkapan dibagi menjadi dua musim yakni musim barat dan musim timur.
Musim barat berkisar antara bulan November –April. Pada musim ini angin
bertiup sangat kuat dan menimbulkan gelombang yang tinggi. Hal ini mengakibatkan banyak nelayan tidak mau melaut karena memiliki resiko yang
besar. Pada musim timur angin dan gelombang relatif lebih tenang dan stabil sehingga menjadi musim pilihan nelayan untuk melaut. Musim timur terjadi pada
bulan April –November.
Berdasarkan data yang diperoleh, musim pendaratan di PPI Muara Angke cenderung tidak menentu setiap tahunnya. Pada tahun 2008 musim pendaratan
ikan terjadi antara bulan April sampai September dan mencapai titik tertinggi pada bulan September. Penurunan atau aktivitas pendaratan terendah terjadi pada
bulan Januari hingga Februari. Penurunan ini diduga sangat dipengaruhi oleh musim barat sehingga membuat nelayan jarang yang melaut ataupun yang akan
mendaratkan ikan.
4 Daerah penangkapan ikan
Daerah penangkapan ikan bagi nelayan di Muara Angke adalah Perairan Bangka Belitung, Perairan Sumatera, Selat Karimata, Laut Jawa, Perairan
Kalimantan Barat, Kepulauan Natuna, Teluk Jakarta dan Karawang, serta Laut Karimun Jawa. Daerah penangkapan ikan yang jauh, tanpa penanganan ikan yang
baik selama di atas kapal, akan mengakibatkan turunnya kualitas ikan hasil tangkapan. Hal terlihat jelas di lapangan dengan banyak hasil tangkapan yang
rusak ketika didaratkan. Bagi nelayan-nelayan kecil yang bersifat one day fishing seperti payang,
bubu dan pancing kebanyakan memilih daerah penangkapan disekitar Teluk Jakarta dan Karawang karena jarak yang ditempuh lebih dekat dan tidak memakan
biaya terlalu besar. Nelayan-nelayan besar yang memakan waktu melaut bermingu-minggu dan bahkan berbulan-bulan seperti Purse Seine, Buko Ami, dan
Jaring Cumi lebih memilih daerah penangkapan di daerah Perairan Bangka Belitung, Perairan Sumatera, Selat Karimata, serta Kepulauan Natuna UPT PKPP
dan PPI Muara Angke 2009.
5 Produksi Hasil Tangkapan
Suatu daerah perikanan dapat dikatakan berkembang apabila perkembangan produksi perikanan daerah tersebut berkembang pula. Pada tahun 2008, PPI
Muara Angke adalah penyumbang terbesar kedua bagi produksi perikanan di Provinsi DKI Jakarta. Jumlah produksi perikanan di PPI Muara Angke tahun 2008
adalah sebesar 6.464,71 ton. Jumlah ini menurun sebesar 25 dari tahun 2007. Hal ini dikarenakan oleh semakin menurunnya jumlah kapal perikanan yang
melakukan tambat labuh di PPI Muara Angke Tabel 9. Jumlah dan nilai produksi perikanan di PPI Muara Angke dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12 Jumlah dan nilai produksi hasil tangkapan yang didaratkan di PPI Muara Angke, 2004
–2008
Tahun Jumlah Produksi Ton
Nilai Rp 2004
8.189,19 33.311.092.549
2005 9.392,51
34.539.811.192 2006
10.675,82 35.539.811.192
2007 8.647,29
31.274.813.740 2008
6.464,71 28.972.929.810
Sumber: UPT PKPP dan PPI Muara Angke 2009
Perkembangan produksi perikanan di PPI Muara Angke cenderung menurun secara jumlah. Jumlah produksi tertinggi terjadi pada tahun 2006 sebesar
10.675,82 ton dengan nilai produksi sebesar Rp. 35.539.811.192,00. Jumlah ini meningkat sebesar 13,7 dari tahun 2005. Secara umum, pertumbuhan rata-rata
jumlah produksi hasil tangkapan di PPI Muara Angke sebesar -3,8 setiap tahunnya atau berkisar antara -25 sampai dengan 14.
Gambar 8 Perkembangan jumlah produksi perikanan di PPI Muara Angke, 2004
–2008 Gambar 8 dan Gambar 9 menunjukkan penurunan jumlah produksi hasil
tangkapan pada tahun 2006 hinga tahun 2008 diikuti dengan penurunan nilai produksinya. Penurunan nilai produksi tertinggi terjadi pada tahun 2006 ke 2007
sebesar 12 atau sebesar Rp. 4.264.997.452,00. Perkembangan pertumbuhan rata-rata nilai produksi hasil tangkapan di PPI Muara Angke sebesar -3,2 setiap
tahunnya atau berkisar antara -12 sampai dengan 3,7.
Gambar 9 Perkembangan nilai produksi hasil tangkapan di PPI Muara Angke, 2004
–2008
5 PELELANGAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA
ANGKE
5.1 Proses pelelangan aktual di PPI Muara Angke