d. Bagaimana saluran partisipasi, apakah secara individu atau secara kolektif, apakah melalui organisasi formal atau informal, apakah
partisipasi itu langsung atau tidak langsung? e. Jangka waktu partisipasi
f. Lingkup partisipasi g. Kemampuan masyarakat untuk memperoleh manfaat sesuai yang
diharapkan sebagai hasil partisipasinya.
2.1.2. Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi
Timbulnya partisipasi merupakan ekspresi perilaku manusia untuk melakukan suatu tindakan, dimana perwujudan dari perilaku tersebut didorong
oleh adanya tiga faktor utama yang mendukung, yaitu 1 kemauan; 2 kemampuan; dan 3 kesempatan bagi masyarakat untuk berpartisipasi, Dorodjatin
1990 dalam Manoppo 2009. Slamet 2003 menyebutkan terdapat syarat-syarat yang diperlukan agar
masyarakat dapat berpartisipasi dalam pembangunan, yaitu adanya kesempatan untuk membangun kesempatan dalam pembangunan, adanya kemampuan untuk
memanfaatkan kesempatan itu, dan adanya kemauan untuk berpartisipasi. Kesempatan untuk dapat berpartisipasi dalam pembangunan yang menuju
peningkatan kualitas hidup itu dapat bermacam-macam bentuknya, salah satunya berupa pembukaan akses kepada masyarakat oleh pengelola pembangunan agar
masyarakat dapat secara mudah memanfaatkannya. Kesempatan yang ada tidak akan banyak berarti jika masyarakat yang bersangkutan tidak memiliki cukup
kemampuan untuk memanfaatkan kesempatan itu bagi keuntungan dirinya sehingga mereka dapat memperbaiki hidupnya. Kemampuan sangat dipengaruhi
oleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap mental. Ife dan Tesoriero 2006 mengemukakan bahwa terdapat beberapa kondisi
yang mendorong partisipasi. Kondisi tersebut adalah sebagai berikut : 1. Orang akan berpartisipasi apabila mereka merasa isu atau aktivitas tersebut
penting. Masyarakat akan menganggap suatu isu menjadi penting apabila isu tersebut merupakan kebutuhan dan menjadi prioritas mereka.
2. Orang harus merasa bahwa aksi mereka akan membuat perubahan. Masyarakat mungkin telah menentukan pekerjaan sebagai prioritas utama,
tetapi jika orang tidak percaya bahwa aksi masyarakat akan membuat perubahan terhadap prospek peluang kerja lokal, akan kecil insentif untuk
berpartisipasi. 3. Berbagai bentuk partisipasi harus diakui dan dihargai. Seseorang mungkin
percaya suatu isu penting, dan bahwa aksi masyarakat dapat menghasilkan sesuatu, tetapi mungkin ia percaya bahwa anggota masyarakat yang lain
akan mampu mengerjakannya, dan ia tidak mempunyai sesuatu untuk dikontribusikan. Partisipasi masyarakat haruslah sesuatu buat semua
orang, dan variasi keterampilan, bakat dan minat orang harus diperhitungkan dan dihargai.
4. Orang harus bisa berpartisipasi, dan didukung dalam partisipasinya. Isu- isu yang dianggap penting dan kondisi yang mendukung sangat penting
untuk diperhitungkan. Kegagalan melakukan hal tersebut berakibat beberapa bagian dari masyarakat tidak berpartisipasi, meskipun mereka
sangat ingin. 5. Struktur dan proses tidak boleh mengucilkan. Prosedur pertemuan dan
teknik pembuatan keputusan sering bersifat mengucilkan banyak orang, khususnya bagi mereka yang tidak bisa „berpikir cepat‟, tidak ingin
menginterupsi, kurang percaya diri atau tidak memiliki kemahiran berbicara. Alternatif cara yang dapat dilakukan adalah bahwa masyarakat
itu sendiri yang harus mengontrol struktur dan proses.
2.1.3. Tingkat Partisipasi