tersebut dikarenakan waktu luang yang dimiliki responden terbatas, sehingga tidak memiliki waktu untuk berpartisipasi dalam program.
Responden yang memiliki sikap negatif terhadap lingkungan dan program sebanyak 57 persen memiliki partisipasi yang rendah dalam program pengelolaan
sampah. Jumlah tersebut tidak terlalu jauh dengan responden yang memiliki sikap negatif terhadap lingkungan dan program, sebanyak 43 persen responden dengan
sikap negatif memiliki tingkat partisipasi yang tinggi. Hal tersebut dikarenakan responden mengikuti program karena dorongan yang kuat dari aparat atau
tetangga, selain itu juga karena melihat secara langsung program dan tertarik untuk berpartisipasi.
7.1.2. Hubungan antara Motivasi dengan Tingkat Partisipasi dalam Program Pengelolaan Sampah
Berikut hipotesis dalam penelitian ini: Ho
= Tidak ada perbedaan antara responden dengan motivasi kuat dan responden dengan motivasi lemah dalam berpartisipasi pada program
pengelolaan sampah. H
1
= Semakin kuat motivasi masyarakat untuk berperan serta dalam program maka
semakin tinggi
tingkat partisipasi
masyarakat dalam
implementasi program pengelolaan sampah. Hasil uji korelasi Rank Spearman diperoleh nilai Asymp Sig. 1-tailed
hitung sebesar 0.001 α 0.05 sehingga Ho ditolak dan H
1
diterima. Jadi, semakin kuat motivasi masyarakat untuk berperan serta dalam program maka
semakin tinggi tingkat partisipasi masyarakat dalam implementasi program pengelolaan sampah.
Tabel 36. Hubungan antara Motivasi Responden dengan Tingkat Partisipasi Responden dalam Program Pengelolaan Sampah
Motivasi Partisipasi
Total Tinggi
Rendah
Positif 83,00
17,00 100,00
Negatif 40,00
60,00 100,00
Ket: α = 0.001 rs = 0.429
Tabel 36 menunjukan, mayoritas responden memiliki motivasi yang kuat untuk terlibat dalam program pengelolaan sampah dan hal tersebut berbanding
lurus dengan tingkat partisipasinya. Sebanyak 83 persen responden dengan motivasi yang kuat untuk terlibat dalam program pengelolaan sampah memiliki
tingkat partisipasi yang tinggi. Namun terdapat 17 persen responden dengan motivasi yang kuat tetapi memiliki tingkat partisipasi rendah. Hal ini disebabkan
oleh rangkaian program yang dianggap tidak praktis oleh responden. Pada awalnya responden memiliki motivasi yang kuat namun setelah berjalannya
program mereka tidak merasakan adanya perubahan dan merasa repot untuk melakukan pemilahan sampah atau pembuatan kerajinan dari sampah plastik.
Responden dengan motivasi lemah cenderung memiliki tingkat partisipasi yang rendah sebanyak 60 persen responden. Namun ada juga responden yang
memiliki motivasi rendah tetapi tingkat partisipasi dalam program tinggi 40 persen responden. Hal tersebut dikarenakan setelah berjalannya program
responden tertarik untuk terlibat melakukan kegiatan pengelolaan sampah.
7.2. Faktor Kemampuan dengan Tingkat Partisipasi