Definisi Operasional PENDEKATAN TEORITIS

ruang kepada masyarakat untuk terlibat maka semakin tinggi tingkat partisipasi masyarakat dalam implementasi program pengelolaan sampah. 4. Semakin tinggi tingkat partisipasi masyarakat dalam implementasi program pengelolaan sampah maka semakin menentukan keberhasilan program pengelolaan sampah yaitu terciptanya komoditi baru Sorted Municipal Waste, pupuk kompos, dan produk daur ulang, memberikan penghasilan tambahan, dan meningkatkan kebersihan lingkungan.

2.4. Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini berkaitan dengan kerangka pemikiran yaitu faktor pendorong partispasi yang terdiri dari kemauan, kemampuan dan kesempatan yang diukur secara kuantitatif. Definisi operasional tersebut adalah sebagai berikut: 1. Kemauan adalah salah satu faktor pendorong partisipasi yang disebabkan keinginan dari responden untuk turut serta dalam implementasi program pengelolaan sampah. Kemauan diukur dari aspek psikologis individu yang terdiri dari: a. Sikap terhadap pengelolaan lingkungan, yaitu pernyataan evaluatif yang mengindikasikan kecenderungan individu dalam menanggapi program, baik berupa penerimaan atau penolakan. Sikap diukur menggunakan skala likert dengan rincian sebagai berikut: 1. Tidak setujupentingbersedia = skor 1 2. Setujupentingbersedia = skor 2 3. Sangat setujupentingbersedia = skor 3 Sikap dibagi ke dalam dua kategori yaitu positif dan negatif yang berasal dari skor jumlah pertanyaan mengenai sikap yang kemudian dibagi berdasarkan nilai median. b. Motivasi yaitu dorongan yang ada dalam diri masing-masing individu untuk ikut terlibat dalam implementasi program pengelolaan sampah. Motivasi mencakup alasan yang berupa faktor-faktor yang melatarbelakangi individu untuk tertarik ikut berpartisipasi dalam program pengelolaan sampah. Pengukuran: 1. Tidak = skor 1 2. Ya = skor 2 Motivasi dibagi ke dalam dua kategori yaitu kuat dan lemah yang berasal dari skor jumlah pertanyaan faktor motivasi yang kemudian dibagi berdasarkan nilai median. 2. Kemampuan adalah daya yang dimiliki individu untuk turut serta berpartisipasi dalam implementasi program pengelolaan sampah. Kemampuan yang akan diukur terdiri dari: a. Pengetahuan dalam pengelolaan sampah adalah pemahaman responden mengenai pengelolaan sampah. Pengukuran dilakukan dengan memberikan pertanyaan terbuka yang jawabannya akan dicocokan dengan jawaban yang tepat dan dinilai ketepatannya menjadi: Pengukuran: 1. Salah = skor 1 2. Tidak tepat sekali = skor 2 3. Tepat = skor 3 Pengetahuan dibagi ke dalam dua kategori yaitu tinggi dan rendah yang berasal dari skor jumlah pertanyaan pengetahuan yang kemudian dibagi berdasarkan nilai median. b. Keterampilan dalam pengelolaan sampah adalah keahlian khusus yang dimiliki individu dalam mengolah sampah. Pengukuran keterampilan dilakukan dengan menilai tahapan kegiatan pengolahan sampah yang sudah berhasil dengan baik dilakukan. Pengukuran: 1. Belum = skor 1 2. Sudah = skor 2 Keterampilan dibagi ke dalam dua kategori yaitu tinggi dan rendah yang berasal dari skor jumlah pertanyaan keterampilan yang kemudian dibagi berdasarkan nilai median. c. Pengalaman dalam pengelolaan sampah adalah individu pernah melakukan kegiatan pengelolaan sampah. Pengukuran pengalaman dilakukan dengan menilai tahapan kegiatan pengolahan sampah yang pernah dilakukan responden. Pengukuran: 1. Tidak Pernah = skor 1 2. Pernah = skor 2 Pengalaman dibagi ke dalam dua kategori yaitu tinggi dan rendah yang berasal dari skor jumlah pertanyaan pengalaman yang kemudian dibagi berdasarkan nilai median. 3. Kesempatan adalah faktor luar yang berasal dari lingkungan yang dapat mendorong individu untuk ikut berpartisipasi dalam program pengelolaan sampah. Faktor kesempatan yang akan diukur melalui manajemen program pengelolaan sampah. Manajemen program adalah aturan yang memungkinkan masyarakat terlibat dalam program, hal tersebut berupa aksesibilitas yang diberikan penyelenggara program terhadap masyarakat dan syarat keterlibatan masyarakat. Pengukuran: 1. Tidak = skor 1 2. Ya = skor 2 Manajemen program dibagi ke dalam dua kategori yaitu baik dan buruk yang berasal dari skor jumlah pernyataan mengenai manajemen program yang kemudian dibagi berdasarkan nilai median. 4. Tingkat partisipasi adalah tingkat keterlibatan anggota masyarakat dalam tahapan program pengelolaan sampah. Partisipasi diidentifikasi dari bentuk partisipasi dalam setiap tahapan kegiatan yaitu berupa uang, barang, tenaga, pikiran, dan waktu. Pengukuran: 1. Tidak = skor 0 2. Ya = skor 1 Partisipasi dibagi ke dalam dua kategori yaitu tinggi dan rendah yang berasal dari skor jumlah bentuk partisipasi yang digunakan dalam tiap tahapan program yang kemudian dibagi berdasarkan nilai median. 5. Tingkat partisipasi dianalisis menggunakan Teori Arstein yang terdiri dari delapan tingkatan, yaitu: a. Tahap manipulasi adalah tahapan partisipasi dimana masyarakat sama sekali tidak dilibatkan dalam komunikasi atau dialog. Masyarakat hanya diminta tandatangan sebagai wujud dukungan dengan imbalan terntentu. b. Tahap terapi adalah tahapan partisipasi dimana terjadi kegiatan dengar pendapat antara masyarakat dan perusahaan namun pendapat dari masyarakat tidak akan mempengaruhi kebijakan program. c. Tahap pemberitahuan adalah tahapan partisipasi dimana komunikasi sudah banyak terjadi namun hanya satu arah dari perusahaan ke masyarakat. d. Tahap konsultasi adalah tahapan partisipasi masyarakat telah terjadi komunikasi dua arah dimana perwakilan dari masyarakat dapat menyampaikan pandangannya dan aspirasi akan didengar namun belum ada jaminan apakah aspirasi tersebut akan dilaksanakan. e. Tahap penenangan adalah suatu bentuk partisipasi dengan materi, artinya ketika akan muncul suatu konflik antara perusahaan dan masyarakat, anggota komunitas diberikan insentif tertentu sehingga mereka segan berbicara untuk menentang program. f. Tahap kemitraan adalah partisipasi yang fungsional dimana semua pihak mewujudkan keputusan bersama antara perusahaan, pemerintah dan komunitas dalam suatu negosiasi. g. Tahap pendelegasian kekuasaan merupakan bentuk partisipasi yang aktif, dimana anggota komunitas melakukan perencanaan, implementasi dan monitoring. h. Tahap kontrol masyarakat yaitu model yang sudah terbentuk independensi dari monitoring oleh komunitas lokal terhadap perusahaan dan juga pemerintah. Tingkat partisipasi diukur dengan memberikan skor pada tiap tahapan partisipasi mulai dari 1 terendahmanipulasi sampai 8 tertinggikontrol masyarakat dalam setiap kegiatan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan menikmati hasil. 5. Keberhasilan program adalah suatu keadaan yang menunjukan tingkat keberhasilan atau kegagalan kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu yang dilihat dari penilaian masyarakat dalam level komunitas. Pengukuran: 1. Tidak = skor 1 2. Ya = skor 2 Keberhasilan program dibagi ke dalam dua kategori yaitu tinggi dan rendah yang berasal dari skor jumlah pertanyaan keberhasilan yang kemudian dibagi berdasarkan nilai median.

BAB III PENDEKATAN LAPANG

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di salah satu desa binaan ITP yaitu Desa Gunung Sari, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat . Penelitian dilakukan di satu RW di Desa Gunung Sari, yaitu RW 4. Lokasi dipilih karena kegiatan pengolahan sampah yang dilakukan di RW 4 merupakan pilot project dari program ini. Program ini merupakan salah satu program SDP Sustainable Development dari ITP yang pada prosesnya mensyaratkan keterlibatan masyarakat mulai dari proses perencanaan hingga pemanfaatan hasil. Dari pertimbangan tersebut lokasi dianggap representatif untuk melakukan penelitian mengenai partisipasi masyarakat dalam program pengelolaan sampah. Waktu penelitian dilakukan selama bulan April 2011 dengan rincian sebagai berikut: Tabel 3. Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tahun 2011 Rencana Kegiatan Bulan Februari Maret April Mei Juni 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Pembuatan proposal penelitian Seminar proposal penelitian Perbaikan proposal dan instrumen penelitian Pengumpula n data sekunder Pengumpula n data primer Pengolahan data, penulisan laporan, dan perbaikan Sidang hasil

Dokumen yang terkait

Pemberdayaan masyarakat melalui corporate social responsibility PT Indocement Tunggal Parakarsa TBK

5 31 104

Implementasi Corporate Social Responsibility (Csr) Melalui Program Pusat Pelatihan Dan Pemberdayaan Masyarakat PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Di Kabupaten Bogor

2 50 176

Analisis Program Corporate Social Responsibility (CSR) PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dalam Upaya Pengembangan Masyarakat (Studi Kasus: Desa Bantarjati, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

0 16 212

Analisis Pembentukan Citra PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk Melalui Implementasi Corporate Social Reponsibility: Studi Kasus: Desa Bantarjati, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor.

1 4 106

Analisis pembentukan citra PT Indocement tunggal prakasa, Tbk melalui implementasi corporate social responsibility (studi kasus desa Bantarjati, kecamatan Klapanunggal, kabupaten Bogor)

1 4 197

Communication Effectiveness of Corporate Social Responsibility Program Through Communication Meeting for Communities for Surrounding Community Leaders (Case PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk., Bogor Regency)

0 18 280

Kajian Efektivitas Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 di PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. Citeureup, Bogor

0 9 50

Dinamika Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di Desa Gunung Sari , Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor

0 14 86

Peranan CD Worker dalam Pendampingan Program Corporate Social Responsibility (CSR) PT Indocement Tunggal Prakarsa,Tbk

0 8 107

PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk

2 3 23