diatas logfisher track sepanjang minimal 400 m dari log landing, setelah itu regu kerja tarik seling akan mengaitkan pancing ke bontos kayu yang akan ditarik dan
diusahakan kayu terjangkau dengan panjang kabel seling, sehingga kayu bisa disarad sampai ke log landing.
Limbah pemanenan kayu di jalan sarad baik di petak manual dan petak mekanis tidak terjadinya limbah, karena pada saat disarad dari petak tebang
menuju ke TPn tidak adanya kayu yang jatuh atau ditinggalkan pada saat di sarad, baik yang disarad menggunakan tenaga manusia maupun menggunakan tenaga
mesin karena disebabkan kondisi areal yang berupa lahan hutan rawa gambut dengan kemiringan 0º, dan kayu yang telah dikeluarkan menuju ke TPn sistem
pengupahan pekerjanya berupa borongan atau kubikasi, jadi otomatis pekerja tidak akan meninggalkan kayu yang jatuh pada saat disarad baik di petak manual
dan mekanis karena akan mengurangi pendapatan, membuang waktu serta menghabiskan tenaga. Sebab perusahaan hanya akan membayar berapa kubikasi
kayu yang sarad oleh pekerja ketika kayu tersebut dalam keadaan sehat dan baik sampai menuju ke TPn.
5.4.3 Limbah Pemanenan Kayu di TPn
Tempat penimbunan kayu TPn sangat berpotensi terjadinya limbah pemanenan yang diakibatkan oleh kegiatan pembagian batang. Di TPn pada petak
manual tidak terjadinya limbah karena tidak ada kegiatan pemotongan atau pembagian batang, sedangkan di TPn pada petak mekanis terjadinya limbah
karena kegiatan pemotongan atau pembagian batang berada di TPn yang limbahnya berasal dari bagian batang bebas cabang dengan volumenya 8,55 m
3
. Limbah yang terjadi di TPn adalah log yang menjadi limbah karena batangnya
pecah, belah dan yang paling besar itu disebabkan busuk hati di karenakan pada saat penebangan operator chainsaw kurang melakukan cek kondisi pada batang
yang akan di tebang. Volume total limbah yang terjadi di TPn pada petak manual 0 m
3
karena tidak adanya kegiatan pemotongan dan pembagian batang pada TPn, semua
kegiatan pemotongan dan pembagian batang dilakukan di petak tebang sehingga kayu yang telah sampai di TPn langsung di lakukan pengukuran scalling dan
grading sedangkan volume total limbah yang terjadi di TPn pada petak mekanis 8,55 m
3
limbah ini terjadi karena beberapa faktor, yaitu kurang telitinya operator chainsaw dalam melakukan cek kondisi pohon yang akan ditebang, dan
kurangnya pengawasan dari petugas lapangan pada saat penyaradan log menggunakan logfisher, sehingga kayu ada yang mengalami pecah dan belah.
5.4.4 Limbah Pemanenan Kayu di Jalan Angkut
Pada petak manual dan petak mekanis semua sortimen yang telah di tebang semuanya diangkut dari TPn menuju ke TPK, melalui jalan utama atau
jalan angkut. Pada limbah pemanenan kayu di jalan angkut tidak terjadinya limbah dikarenakan kondisi areal dengan kemiringan 0º atau datar, sehingga
ketika ada kayu yang jatuh pada saat angkut menuju ke TPK, Kayu tesebut tetap diangkut karena kayu tersebut sudah termasuk kedalam kayu yang dimanfaatkan
oleh perusahaan dan sudah masuk daftar pemesanan pembeli, serta juga sudah masuk dalam barcode yang akan didata melalui SIPUHH online, sehingga kayu
ini dinyatakan legal. Dan kayu yang telah diangkut menuju ke TPK sistem pengupahan pekerjanya berupa borongan atau kubikasi, jadi otomatis pekerja
tidak akan meninggalkan kayu yang jatuh pada saat diangkut karena akan mengurangi pendapatan, membuang waktu serta menghabiskan tenaga. Sebab
perusahaan hanya akan membayar berapa kubikasi kayu yang diangkut oleh pekerja ketika kayu tersebut dalam keadaan sehat dan baik sampai menuju ke
TPK.
5.5 Volume dan Persentase Limbah Pemanenan Kayu Berdasarkan Sumber Limbah