Potensi Limbah Pemanenan Kayu di Hutan Alam Potensi Limbah Pemanenan Kayu di Hutan Tanaman

terkait dengan kegiatan penebangan dan penyaradan khususnya kontraktor, dan kayu terlalu lama berada di TPn. Lim 1992 menyatakan di IUPHHK PT Kayu Pasaguan menunjukkan hubungan yang sangat nyata antara luas bidang dasar pohon yang ditebang dengan volume limbah yang terjadi, yang terdiri atas limbah tunggak, limbah batang bebas cabang, limbah batang bagian atas, limbah cabang, limbah kerusakan tegakan tinggal. Semakin besar luas bidang dasar pohon yang ditebang, maka semakin besar volume limbah yang dihasilkan. Limbah pemanenan dianggap dapat dihindari bila bagian dari batang kayu, yang memenuhi standar penggunaan perusahaan, tetapi ditinggalkan di hutan karena praktek penebangan dan penyaradan yang tidak tepat Klassen 2006. Penyebab-penyebab terjadinya limbah dapat dibedakan menjadi dua kelompok besar: a. Secara alami, yaitu kayu ditinggalkan karena ada cacat alami sehingga tidak dapat dipasarkan pada saat ini, seperti kayu berlubang, busuk, dan gerowong. b. Secara mekanis, yaitu kayu ditinggalkan karena ada kerusakan pada kayu akibat kegiatan pemanenan, seperti pecah, patah, dan lain-lain Sianturi et al. 1984 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lempang et al. 1995 peubah yang berpengaruh nyata terhadap besarnya limbah pemanenan kayu yaitu panjang kayu di tempat penebangan, rata-rata diameter tebangan, volume kayu di tempat tebangan, dan panjang kayu di TPn. Menurut Kartika 2004 kegiatan penebangan meninggalkan banyak limbah yang meliputi limbah tunggak, limbah cabang dan ranting, limbah batang atas, dan limbah potongan pendek. Jika ditinjau dari asal limbah, maka limbah hasil penebangan merupakan limbah yang paling besar.

2.3.4 Potensi Limbah Pemanenan Kayu di Hutan Alam

Potensi limbah pemanenan kayu di Indonesia setiap tahun berkisar antara 2,5 juta- 7,5 juta m 3 Suryaningrat et al. 1989. Berdasarkan penelitian Sasmita 2003 di IUPHHK PT Sumalindo Lestari Jaya besarnya limbah pemanenan kayu yang terjadi di hutan alam yaitu 26,28 m 3 ha. Besarnya volume limbah yang terjadi akibat kegiatan pemanenan mencapai 36 dari keseluruhan volume kayu yang ditebang, limbah ini terdiri atas limbah yang terjadi di petak tebang adalah 33,15, limbah yang terjadi di TPn 2,68 dan limbah yang terjadi di TPK sebesar 0,98. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sukanda 1995 di IUPHHK Narkata Rimba Kalimantan Timur menyebutkan bahwa limbah dapat berasal dari pohon yang ditebang dan dari pohon yang rusak akibat kegiatan pemanenan. Limbah yang berasal dari pohon yang ditebang sebesar 28,02 m 3 ha 32,41, terdiri atas limbah yang berasal dari tunggak 4,26 m 3 ha 4,93, limbah batang bebas cabang 12,67 m 3 ha 14,65, limbah dari batang bagian atas dan limbah dahan sebesar 11,09 m 3 ha 12,83. Penelitian Lim 1992 menyebutkan bahwa limbah dapat ditentukan berdasarkan volume total kayu yang dipanen dan berdasarkan volume total limbah pemanenan kayu. Limbah berdasarkan total kayu yang dipanen sebesar 41,31, sedangkan limbah berdasarkan total limbah yang terjadi yaitu limbah berupa tunggak sebesar 6,74, limbah berupa batang bebas cabang sebesar 68,7, limbah berupa batang bagian atas sebesar 15,52, dan limbah dahan sebesar 16,34.

2.3.5 Potensi Limbah Pemanenan Kayu di Hutan Tanaman

Menurut Dulsalam et al. 2000, pemanenan kayu di hutan tanaman yang menerapkan teknik pemanenan yang baik dan benar menunjukkan efisiensi cukup tinggi yaitu sebesar 90. Dengan demikian limbah yang terjadi adalah 10 berupa kayu afkir berdiameter lebih dari 10 cm, selain itu sebenarnya masih terdapat limbah tambahan dari kayu yang berdiameter kurang dari 10 cm.

2.3.6 Upaya untuk Meminimalkan Besarnya Limbah Pemanenan Hutan