besarnya kerusakan tanah, dan memelihara integritas serta kualitas sistem perairan di hutan dengan mengurangi perlintasan sungai, menon-aktifkan jalan sarad serta
kegiatan pembalakan dan kegiatan lain yang dapat mengurangi erosi Klassen 2005.
Tujuan RIL hanya akan dapat dicapai jika didahului oleh perencanaan yang baik. Perencanaan penebangan meliputi rencana pohon yang ditebang,
rencana jalan sarad, rencana lokasi Tempat Penimbunan Kayu TPn. Perencanaan ini nantinya akan dijadikan dasar dalam mengevaluasi kegiatan penebangan yang
dilaksanakan. Nugroho 1995, menyatakan bahwa berdasarkan alat yang dipergunakan,
penyaradan dapat dibedakan menjadi: 1.
Sistem manual, yang terdiri dari kuda-kuda, dipikul, dan disarad dengan hewan.
2. Sistem mekanis, yang terdiri dari traktor dan kabel.
2.3 Limbah Pemanenan Kayu
2.3.1 Pengertian Limbah Pemanenan Kayu
Limbah adalah suatu zat yang dihasilkan dari suatu kegiatan yang tidak bernilai ekonomis. Limbah pemanenan adalah bagian pohon yang seharusnya
dapat dimanfaatkan akan tetapi karena terpaksa ditinggalkan di hutan Sastrodimedjo dan Simarmata 1981. Limbah pemanenan kayu adalah pohon
atau bagian pohon yang tertinggal dan belum dimanfaatkan di areal tebangan yang berasal dari pohon yang ditebang dan pohon-pohon lain yang rusak akibat
penebangan dan penyaradan Simarmata dan Haryono 1986. Matangaran et al. 2000 menyatakan bahwa limbah pemanenan merupakan limbah mekanis yang
terjadi akibat kegiatan pemanenan kayu, selain itu terdapat pula limbah alami defect yang terjadi secara alami tidak memenuhi persyaratan yang diinginkan.
Soemitro 1980 yang melihat dari segi ekonomi berpendapat bahwa limbah pemanenan kayu adalah hasil marginal danatau hasil ikutan yang tidak dapat
kesempatan untuk dimanfaatkan pada keadaan dan waktu kini. Limbah kayu terdiri atas kayu-kayu dari berbagai bentuk dan ukuran yang tidak mempunyai
nilai ekonomis, oleh karenanya ditinggalkan di hutan serta kayu-kayu dari
berbagai bentuk dan ukuran yang dihasilkan oleh proses pengolahan yang tidak laku dijual Sarajar 1989.
2.3.2 Batasan Limbah
Berdasarkan Surat Keputusan Dirjen Pengusahaan Hutan No.212KptsIV- PHH1990 tentang Pedoman Teknis Penekanan dan Pemanfaatan Kayu Limbah
Pemanenan batasan limbah pemanenan kayu adalah: a. Kayu yang tidak termasuk dalam daftar jenis kayu indah atau kayu dekoratif
dengan kegunaan khusus. b. Kayu glondongan den
gan diameter ≤ 30 cm tanpa batasan panjang. c. Kayu glondongan dengan panjang ≤ 2 meter, tanpa batasan diameter
Sinaga et al. 1984 menyebutkan bahwa limbah pemanenan kayu meliputi: a. Limbah tunggak di bagian atas batas yang diperkenankan.
b. Bagian-bagian dari kayu bulat yang pecah atau tercabut seratnya sampai batas cabang.
Budiaman 2000 menyebutkan bahwa limbah pemanenan kayu adalah kayu bulat berupa bagian batang komersial, potongan pendek, tunggak, cabang, dan
ranting. Batasan jenis sortimen kayu bulat yang dimaksud adalah sebagai berikut: 1. Batang komersial adalah batang dari atas banir sampai cabang pertama atau
batang batang yang selama ini dikeluarkan oleh perusahaan pada pengusahaan hutan alam.
2. Batang atas adalah bagian batang dari cabang pertama sampai tajuk yang merupakan perpanjangan dari batang utama.
3. Cabang dan ranting adalah komponen tajuk dari pohon yang ditebang yang berada di atas cabang pertama.
4. Tunggak adalah bagian bawah pohon yang berada di bawah takik rebah dan takik balas. Tinggi tunggak sangat bervariasi tergantung dari ketinggian takik
balas. 5. Potongan kecil adalah bagian batang utama yang mengandung cacat dan perlu
dipotong. Potongan kecil juga meliputi banir, batang dengan cacat nampak, pecah, busuk dan jenis fisik lainnya yang mengurangi nilai ekonomis kayu.
2.3.3 Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Limbah