Kegiatan Pemanenan Kayu di IUPHHK-HA PT. Diamond Raya Timber

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Kegiatan Pemanenan Kayu di IUPHHK-HA PT. Diamond Raya Timber

Pemanenan hasil hutan merupakan rangkaian kegiatan untuk mempersiapkan dan memindahkan kayu dari hutan ke tempat pengolahan atau penggunaannya. Sistem pemanenan yang dilakukan di PT. Diamond Raya Timber PT. DRT menggunakan sistem pemanenan secara mekanis dan sistem pemanenan secara manual. Sistem pemanenan secara mekanis yakni semua kegiatan yang dilaksanakan dengan menggunakan bantuan mesin, sedangkan sistem pemanenan secara manual yakni semua kegiatan yang dilaksanakan dengan menggunakan tenaga manusia. Kegiatan pemanenan kayu terdapat empat komponen utama, yaitu: penebangan felling, penyaradan skidding, muat bongkar loading dan unloading, dan pengangkutan hauling. Kegiatan pemanenan di PT. DRT sebelum melakukan penebangan adalah pembuatan sarana PWH yakni membuat rintisan trase jalan dan membuat jalan utama, jalan cabang, dan jalan sarad. Setelah itu, pembagian petak tebang rajang petak, dengan Pembagian petak tebangan dilakukan dengan membagi petak ukuran 1 km x 1 km 100 Ha menjadi 8 sub petak dengan luas masing-masing 12,5 Ha untuk petak manual dan 6 sub petak dengan luas 16,6 Ha untuk petak mekanis dengan mengikuti batas alam. Setelah membuat rajang petak maka kegiatan selanjutnya yaitu Kegiatan Tree Marking merupakan kegiatan inventarisasi pohon yang akan dilakukan penebang pohon dengan diameter ≥ 40 cm dengan kualitas pohon yang baik. Kegiatan ini hanya dilakukan oleh PT. Diamond Raya Timber dan tidak dilakukan oleh HPH lain dan merupakan kebijakan dari perusahaan untuk efisiensi kegiatan pemanenan. Hasil dari kegiatan Tree Marking ini adalah berupa peta Tree Marking TM dan data pohon yang kemudian akan digunakan sebagai bahan JPT Jatah Produksi Tahunan. Data bahan JPT ini akan dibandingkan dengan SK RKT per petak besar dengan luas 100 Ha, sedangkan di PT. Diamond Raya Timber menerapkan sistem sub petak. Setelah kegiatan penentuan jatah pohon tebangan, barulah dilakukan kegiatan penebangan yang berasal dari hasil peta persebaran pohon Tree Marking. Kegiatan penebangan merupakan salah satu mata rantai dalam kegiatan pemanenan hutan yang mempunyai peranan sangat penting. Kegiatan ini merupakan awal kegiatan yang menentukan kualitas dan tingkat pemanfaatan kayu. Kegiatan penebangan kayu di PT. Diamond Raya Timber dilakukan menggunakan gergaji rantai chainsaw dengan merk Stihl 054. Status pemilikan gergaji ini merupakan milik penebang. Sistem kerja yang diterapkan bersifat borongan dengan pembayaran berdasarkan kubikasi. Dalam pelaksanaan di lapangan, kegiatan penebangan pada setiap petak tebang dilakukan beregu. Dalam setiap regu tebang terdiri dari dua orang, seorang operator dan seorang helper. Untuk setiap petak tebang dikerjakan oleh satu regu tebang dengan satu regu sarad dan satu regu kupas. Pada saat penebangan penentuan pohon yang akan di tebang dan arah rebah saat penebangan pohon dilakukan oleh penebang pohon. Pohon yang ditebang yaitu pohon berdiameter ≥ 40 cm dimana sesuai hasil peta Tree Marking dan dalam keadaaan baik. Penentuan arah rebah lebih dititikberatkan dari kecondongan tajuk pohon dan akar yang melilit di pohon. Pembersihan tumbuhan bawah atau semak-semak di sekitar pohon tidak dilakukan oleh penebang karena para penebang ingin mengejar target, yang biasanya bertugas untuk membersihkan tumbuhan bawah atau semak-semak ini merupakan tugas seorang helper, dimana seorang helper bertugas juga untuk membawa gergaji pada saat perpindahan ke pohon yang akan ditebang berikutnya. Sistem pemanenan di PT. Diamond Raya Timber memakai sistem pemanenan secara manual dan mekanis. pada sistem pemanenan secara manual setelah pohon rebah, penebang tidak hanya membersihkan cabang dan ranting. Pemotongan dan pembagian di lakukan di petak tebang, serta pengecekan batang yang terkena cacat, baik cacat alami maupun cacat mekanis dilakukan juga di petak tebang, sehingga batang yang disarad ke TPn merupakan batang yang siap dimanfaatkan. Pembagian dilakukan di petak tebang karena tenaga penyaradnya menggunakan tenaga manusia untuk menyarad, maka ketidakmampuan tenaga manusia untuk menyarad kayu yang terlalu besar dan panjang. Pada sistem pemanenan secara mekanis setelah pohon rebah, penebang hanya memotong batang dari tunggak sampai batas bebas cabang di petak tebang, pada saat pembagian batang dan pengecekan batang yang disebabkan cacat alami dan cacat mekanis dilakukan di TPn karena penyaradannya menggunakan tenaga mesin yakni logfisher sehingga kemampuan untuk menyarad kayu yang besar dan panjang sangat mungkin untuk dilakukan. Kegiatan penyaradan dilakukan menggunakan dua sistem yakni sistem Kegiatan penyaradan manual dilakukan menggunakan kayu gelondongan ditarik oleh tenaga kerja manusia ke atas kuda-kuda sepasang papan sejajar seperti selancar terbuat dari kayu yang sangat kuat yang telah disiapkan pada jalan sarad. Kayu yang berada di atas kuda-kuda kemudian ditarik ke tempat pengumpulan oleh sekelompok orang yang biasanya terdiri dari 6-8 orang satu regu dalam anak petak tebang, satu tim tersebut juga menggunakan alat bantu mempermudah dalam penyaradan yaitu loncak untuk menggulirkanmemindahkan kayu ke jalan sarad, satu tim itu menggunakan 7-10 buah loncak. Untuk mempermudah penarikan, di atas bantalan jalan sarad diolesi sabun batangan untuk mengurangi gesekan sehingga mudah ditarik. Penarikan berlangsung sampai ke tempat pengumpulan kayu TPn dengan posisi berjajar searah rel. Jajaran sortimen kayu tersebut dibuat agak meninggi lerengan mendekati rel untuk mempermudah pemuatan. Sistem kegiatan penyaradan mekanis dilakukan menggunakan logfisher, sebelum melakukan penyaradan regutim sudah menyiapkan semua peralatan yang dibutuhkan dan regu kerja harus memperhatikan agar kayu yang ditarik sudah memiliki nomor identitas yang sama dengan nomor ITSP. Regu penyaradan mekanis harus memperhatikan bahwa logfisher hanya diperbolehkan berjalan diatas logfisher track sepanjang minimal 400 m dari log landing, setelah itu regu kerja tarik seling akan mengaitkan pancing ke bontos kayu yang akan ditarik dan diusahakan kayu terjangkau dengan panjang kabel seling, sehingga kayu bisa disarad sampai ke log landing. Muat bongkar dengan manual dan mekanis di TPn. Alat yang digunakan dalam kegiatan muat bongkar manual menggunakan loncak, sedangkan kegiatan muat bongkar mekanis menggunakan logfisher. Pada muat bongkar di TPK menggunakan alat eskafator. Muat bongkar dilakukan jika kayu akan diangkut dari TPn ke TPK atau log pond. Pengangkutan dilakukan setelah penyaradan dan pemuatan. Pengangkutan kayu menggunakan lokomotif digerakkan oleh mesin Yanmar 30 PK dan setiap trip satu loko dapat menarik 18 gerbong kayu. Setiap gerbong memuat 2-4 batang dan volume total per gerbong sekitar 3 m 3 total sekitar 54 m 3 lokomotiftrip. Jika target produksi tahunan minimal sekitar 70.000 m 3 6000 m 3 bulan, maka dibutuhkan lokomotif sekitar 6-7 unit per bulannya. Dengan jumlah lokomotif yang ada saat ini sebanyak 8 unit, maka peralatan yang ada sekarang telah mencukupi. Transportasi melalui rel merupakan faktor produksi yang sangat menentukan dalam kegiatan pembalakan. Pengaruhnya terhadap produksi semakin penting dan mahal tergantung jarak tempuh dari tebangan sampai logpond. Dalam kondisi normal, kecepatan lokomotif bermuatan kayu dapat mencapai 4-5 kmjam. Semakin jauh lokasi kayu yang akan dimuat, maka semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk memuat kayu tersebut. Karena jaringan rel hanya satu jalur, setiap suatu loko terhenti akan sangat berpengaruh terhadap produksi. Karena itu konstruksi dan perawatan harus dilakukan dengan baik.

5.2 Bentuk Limbah Pemanenan Kayu