Limbah Pemanenan Kayu di Petak Tebang

Besarnya persentase limbah di petak mekanis yang terjadi akibat kegiatan pemanenan sebesar 31,78 dari keseluruhan volume kayu yang ditebang menunjukan bahwa tingkat pemanfaatan terhadap potensi kayu yang ada cukup rendah. Sedangkan persentase limbah di petak manual yang terjadi akibat kegiatan pemanenan sebesar 17 dari keseluruhan volume kayu yang ditebang menunjukan bahwa tingkat pemanfaatan terhadap potensi kayu yang ada cukup besar. Persentase limbah ini juga dapat digunakan dalam penentuan faktor ekploitasi. Limbah yang terjadi dalam penelitian ini baik yang secara manual maupun secara mekanis lebih kecil jika dibandingkan dengan limbah yang terjadi di IUPHHK PT. Sumalindo Lestari Jaya yang dilakukan oleh Sasmita 2003 menyebutkan bahwa besarnya volume limbah yang terjadi akibat kegiatan pemanenan mencapai 36 dari keseluruhan volume kayu yang ditebang, limbah ini terdiri dari limbah yang terjadi di petak tebang, yaitu: 33,15, limbah yang terjadi di TPn 2,68, dan limbah yang terjadi di TPK sebesar 0,98. Perbedaan persentase limbah ini dikarenakan faktor penyebab terjadinya limbah di IUPHHK PT Sumalindo Lestari Jaya yaitu banyak pohon yang cacat ditebang oleh operator, bukan merupakan penyebab yang dominan terhadap terjadinya limbah dalam penelitian ini. Namun hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian Purnamasari 2012 yang menyebutkan persentase limbah bebas cabang berdasarkan total potensi kayu yang ditebang sebesar 25,16, yang terdiri dari 24,06 terdapat di petak tebang, 1,10 terdapat di TPn, dan 0 di TPK. Kriteria yang berbeda dalam mendefenisikan dan mengklasifikasikan limbah pemanenan kayu dengan kondisi lokasi penelitian yang berbeda akan menghasilkan limbah yang berbeda pula.

5.4.1 Limbah Pemanenan Kayu di Petak Tebang

Limbah yang terjadi di petak tebang dalam penelitian ini adalah limbah yang berasal dari pohon yang ditebang terdiri dari limbah di bawah cabang pertama yaitu tunggak dan batang bebas cabang, serta limbah di atas cabang pertama yaitu limbah batang bagian atas dan dahan. Pada umumnya limbah yang akan terjadi berupa kerusakan kayu yang diakibatkan oleh kegiatan penebangan. Volume limbah pada petak contoh di petak manual disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Volume limbah rata-rata pada tiap petak contoh di petak manual Petak contoh Limbah di bawah cabang pertama Limbah di atas cabang pertama Limbah total m 3 pohon m 3 ha m 3 pohon m 3 ha m 3 pohon m 3 ha 456-1 0,20 3,56 0,05 0,95 0,25 4,51 456-2 0,46 6,93 0,12 1,77 0,58 8,70 456-3 0,48 6,72 0,25 3,47 0,73 10,20 Rata-rata 0,38 5,74 0,14 2,06 0,52 7,80 Tabel 6 Volume limbah rata-rata pada tiap petak contoh di petak mekanis Petak contoh Limbah di bawah cabang pertama Limbah di atas cabang pertama Limbah total m 3 pohon m 3 ha m 3 pohon m 3 ha m 3 pohon m 3 ha 490-1 0,71 10,68 0,55 8,24 1,26 18,92 490-2 1,24 24,82 0,29 5,76 1,53 30,58 490-3 0,53 8,46 0,08 1,31 0,61 9,77 Rata-rata 0,83 14,65 0,31 5,10 1,10 19,76 Volume limbah penebangan di petak manual dihitung berdasarkan volume per hektar dan volume per pohon. Volume limbah per hektar adalah volume total limbah dari pohon yang ditebang dibagi dengan luasan plot contoh, sedangkan volume limbah per pohon adalah jumlah limbah yang terjadi pada setiap pohon yang ditebang. Berdasarkan Tabel 5, volume limbah yang terjadi di petak tebang manual adalah 7,8 m 3 ha terdiri dari limbah di bawah cabang pertama sebesar 5,74 m 3 ha dan limbah di atas cabang pertama sebesar 2,06 m 3 ha. Volume limbah yang terjadi pada tiap pohon yang ditebang adalah 0,52 m 3 ha terdiri dari limbah di bawah cabang pertama 0,38 m 3 ha dan limbah di atas cabang pertama 0,14 m 3 ha. Volume limbah penebangan di petak mekanis dihitung juga berdasarkan volume per hektar dan volume per pohon. Berdasarkan Tabel 6, volume limbah yang terjadi di petak tebang mekanis adalah 19,76 m 3 ha terdiri dari limbah di bawah cabang pertama sebesar 14,65 m 3 ha dan limbah di atas cabang pertama sebesar 5,1 m 3 ha. Volume limbah yang terjadi pada tiap pohon yang ditebang adalah 1,1 m 3 pohon terdiri dari limbah di bawah cabang pertama 0,83 m 3 pohon dan limbah di atas cabang pertama 0,31 m 3 ha. Pada kedua petak penelitian yang saya amati ini pada petak manual, yakni petak 456 dan petak mekanis yakni petak 490. Limbah rata-rata yang terjadi di petak mekanis pada petak 490 lebih besar dibandingkan di petak mekanis pada petak 456. Hal tersebut terjadi karena pada petak mekanis, penebang banyak meninggalkan limbah pada saat trimming pangkal dan ujung karena terdapat cacat pada log yang ditebang, baik cacat alami maupun cacat mekanis, namun ada juga log dalam keadaan baik. Selain itu, intensitas tebang yang dilakukan pada petak tersebut lebih tinggi bila di bandingkan dengan petak manual sehingga menghasilkan limbah yang lebih besar. Sistem penebangan yang dilakukan kedua yang dilakukan adalah tumbang stok, yakni sistem penebangan dimana pohon yang ada di petak tersebut ditumbang seluruhnya terlebih dahulu kemudian dibuka jalan sarad dan batang ditarik menggunakan loncak dengan bantuan tenaga manusia. Pada petak mekanis sistem penebangan yang dilakukan adalah tumbang tarik, yakni sistem penebangan dimana pohon yang sudah ditebang langsung ditarik ke TPn menggunakan bantuan tenaga mesin yaitu logfisher. Secara umum limbah yang terjadi di petak tebang disebabkan oleh keterampilan penebangan dalam menebang setiap pohonnya dan kondisi pohon. Kesalahan dalam melaksanakan teknik penebangan pembuatan takik rebah dan takik balas dapat menyebabkan bagian pangkal pohon tercabut, retak atau yang disebut dengan barber chair, yaitu berupa serabut pada pangkal batang. Sehingga akan mengurangi panjang batang bebas cabang yang seharusnya dapat dimanfaatkan. Pemotongan batang di petak tebang dilakukan oleh penebang tanpa bantuan scaller, sehingga menimbulkan limbah. Selain itu, adanya gerowong pada pohon yang ditebang, akan mengurangi panjang batang yang dapat dimanfaatkan. Penebang pertama menebang petak manual 456. Sedangkan penebang kedua menebang petak mekanis 490. Penebang pertama dan kedua menebang pohon dengan keterampilan yang berbeda-beda. Penebang pertama lebih terampil dari penebang kedua sehingga limbah yang dihasilkan oleh penebang pertama lebih sedikit jika dibandingkan dengan penebang kedua. Peningkatan keterampilan pekerja melalui latihan kerja yang diberikan dapat memperkecil jumlah limbah yang terjadi pada kegiatan penebangan Sinaga et al. 1984.

5.4.2 Limbah Pemanenan Kayu di Jalan Sarad