Faktor Eksploitasi HASIL DAN PEMBAHASAN

bidang dasar dan keterampilan penebangan. Partiani 2010 salah satu faktor yang mempengaruhi besarnya limbah adalah intensitas tebang yang dilakukan pada petak tebang, semakin tinggi intensitas tebang akan semakin besar limbah yang terjadi. Faktor lain yang juga diduga berpengaruh terhadap besarnya limbah yang terjadi yaitu bidang dasar tegakan. Bidang dasar ini terkait dengan kerapatan tegakan. Simarmata 1985 menyebutkan bahwa salah satu faktor alam yang mempengaruhi terjadinya limbah adalah kerapatan tegakan, semakin rapat suatu tegakan maka limbah yang dihasilkan akan semakin besar.

5.8 Faktor Eksploitasi

Faktor eksploitasi dalam penelitian ini adalah angka yang menunjukkan persentase pemanfaatan kayu dari suatu batang bebas cabang yang ditebang terhadap volume potensial batang bebas cabang tersebut. Penentuan faktor eksploitasi dengan menggunakan dua pendekatan, yaitu dengan pendekatan persentase limbah dan perhitungan indeks tebang, indeks sarad, serta indeks angkut. Nilai faktor eksploitasi tiap petak contoh manual terdapat pada Tabel 13 dan nilai faktor eksploitasi tiap petak contoh mekanis terdapat pada Tabel 14. Tabel 13 Nilai faktor eksploitasi pada petak manual No petak Persen limbah Volume yg dimanfaatka n m 3 Indeks tebang it Indeks sarad is Indeks angkut ia Faktor eksploitasi Limbah itxisxia 456-1 10,37 38,99 0,90 1,00 1,00 89,6 0,90 456-2 19,49 35,94 0,81 1,00 1,00 80,5 0,81 456-3 20,57 39,36 0,79 1,00 1,00 79,4 0,79 Rata-rata 16,81 38,10 0,83 1,00 1,00 83,2 0,83 Tabel 14 Nilai faktor eksploitasi pada petak mekanis No petak Persen limbah Volume yg dimanfaatkan m 3 Indeks tebang it Indeks sarad is Indeks angkut ia Faktor eksploitasi Limbah itxisxia 490-1 27,85 49,08 0,72 1,00 1,00 72,1 0,72 490-2 35,90 54,59 0,64 1,00 1,00 64,1 0,64 490-3 23,28 32,19 0,77 1,00 1,00 76,7 0,77 Rata-rata 29,01 45,28 0,71 1,00 1,00 70,9 0,71 Nilai faktor eksploitasi sangat bergantung dari besarnya limbah yang terjadi pada pohon yang ditebang. Apabila dalam suatu penebangan dari suatu pohon terjadi limbah yang besar maka faktor eksploitasi dari pohon tersebut kecil, dan sebaliknya. Volume seharusnya dapat dimanfaatkan dari satu pohon yang ditebang adalah 100, tetapi pada saat penebangan dilakukan terjadi limbah kayu baik karena faktor alam, keadaan pohon, atau karena kesalahan teknis penebangan. Pada petak manual nilai faktor eksploitasinya sebesar 0,83 atau 83,2 dibandingkan dengan petak mekanis sebesar 0,71 atau 70,9. Jadi pada petak mekanis besarnya limbah yang terjadi pada pohon yang ditebang sangat besar jika dibandingkan dengan petak manual, maka pada petak manual limbahnya sangat kecil dibandingkan pada petak mekanis sehingga faktor eksploitasi besar sedangkan petak mekanis faktor eksplotasi kecil. Menurut Dulsalam 1995 pada hakekatnya faktor eksploitasi sangat erat kaitannya dengan limbah pemanenan kayu. Semakin besar limbah pemanenan kayu yang terjadi maka akan semakin kecil tingkat pemanenan kayu yang didapat dan semakin kecil limbah pemanenan kayu yang terjadi akan semakin besar faktor eksploitasi pemanenan hutan. Hasil perhitungan indeks tebang diperoleh dari perbandingan antara volume siap sarad dengan volume batang bebas cabang dari pohon yang ditebang. Hasil dari penebangan dan pembagian batang dari suatu pohon adalah bagian- bagian batas bebas cabang atau sortimen yang siap sarad. Nilai indeks tebang yang diperoleh di petak manual sebesar 0,83 sedangkan di petak mekanis sebesar 0,71. Sortimen yang berada di TPn pada petak manual dan mekanis semuanya terangkut karena tidak mengalami kerusakan sama sekali. Sortimen yang memenuhi syarat kualitas adalah sortimen yang siap angkut. Perbandingan antara sortimen siap angkut dengan siap sarad adalah indeks sarad. Nilai indeks sarad yang diperoleh sebesar 1,00 karena tidak adanya kerusakan sortimen sama sekali dan tidak adanya limbah yang terjadi pada saat di sarad. Pengangkutan merupakan proses yang membawa sortimen siap angkut ke TPK. Perbandingan antara sortimen kayu yang ada di TPK dengan siap angkut adalah indeks angkut. Nilai indeks angkut yang diperoleh sebesar 1,00 karena tidak adanya kerusakan sortimen sama sekali saat diangkut dan tidak adanya limbah yang terjadi pada saat proses pengangkutan maupun di TPK. Nilai faktor eksploitasi dari kedua pendekatan tersebut tidak jauh berbeda dengan angka yang ditetapkan oleh Departemen Kehutanan 1989 yaitu 0,70. Pada penelitian yang dilakukan di petak mekanis hampir sama nilai faktor eksploitasinya sebesar 0,71 sedangkan hasil penelitian Dulsalam 1988 yang menyatakan nilai faktor eksploitasi yang diperoleh adalah 0,84 yang hampir sama juga dengan penelitian yang dilakukan di petak manual sebesar 0,83. Besarnya faktor eksploitasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, Lempang et al. 1955 menyatakan bahwa tinggi rendahnya faktor eksploitasi dipengaruhi: 1. Faktor non teknis, terdiri atas keadaan lapangan, sifat kayu, cacat kayu, kerapatan tegakan, dan situasi pemasaran. 2. Faktor teknis yang dibagi meliputi: a. Pengorganisasian dan koordinasi antara penebang, penyarad, dan juru ukur, perencanaan hutan, peralatan, pengangkutan log, kemampuan memproses, dan memanfaatkan kayu di industri, keterampilan penebangan dan penyarad, pengawasan aparat dan petugas perusahaan, penetapan kualitas, serta kondisi jalan angkutan. b. Kebijakan perusahaan dan tujuan pemasaran. c. Kebijakan pemerintah dan aturan-aturan ke industri dan pemukiman masyarakat setempat.

5.9 Analisis Solusi Pengurangan Limbah Pemanenan