Upaya untuk Meminimalkan Besarnya Limbah Pemanenan Hutan

yang ditebang, limbah ini terdiri atas limbah yang terjadi di petak tebang adalah 33,15, limbah yang terjadi di TPn 2,68 dan limbah yang terjadi di TPK sebesar 0,98. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sukanda 1995 di IUPHHK Narkata Rimba Kalimantan Timur menyebutkan bahwa limbah dapat berasal dari pohon yang ditebang dan dari pohon yang rusak akibat kegiatan pemanenan. Limbah yang berasal dari pohon yang ditebang sebesar 28,02 m 3 ha 32,41, terdiri atas limbah yang berasal dari tunggak 4,26 m 3 ha 4,93, limbah batang bebas cabang 12,67 m 3 ha 14,65, limbah dari batang bagian atas dan limbah dahan sebesar 11,09 m 3 ha 12,83. Penelitian Lim 1992 menyebutkan bahwa limbah dapat ditentukan berdasarkan volume total kayu yang dipanen dan berdasarkan volume total limbah pemanenan kayu. Limbah berdasarkan total kayu yang dipanen sebesar 41,31, sedangkan limbah berdasarkan total limbah yang terjadi yaitu limbah berupa tunggak sebesar 6,74, limbah berupa batang bebas cabang sebesar 68,7, limbah berupa batang bagian atas sebesar 15,52, dan limbah dahan sebesar 16,34.

2.3.5 Potensi Limbah Pemanenan Kayu di Hutan Tanaman

Menurut Dulsalam et al. 2000, pemanenan kayu di hutan tanaman yang menerapkan teknik pemanenan yang baik dan benar menunjukkan efisiensi cukup tinggi yaitu sebesar 90. Dengan demikian limbah yang terjadi adalah 10 berupa kayu afkir berdiameter lebih dari 10 cm, selain itu sebenarnya masih terdapat limbah tambahan dari kayu yang berdiameter kurang dari 10 cm.

2.3.6 Upaya untuk Meminimalkan Besarnya Limbah Pemanenan Hutan

Beberapa upaya diperlukan untuk menekan danatau memanfaatkan limbah kayu tersebut antara lain penyempurnaan peraturan yang ada serta penerapannya, peningkatan mutu sumber daya manusia, peningkatan penguasaan teknologi pemanenan hutan dan diversifikasi industri pengolahan kayu dengan mendorong industri yang mampu menggunakan kayu berdiameter sedang, kayu berdiameter kecil danatau sortimen yang pendek Tinambunan 2001. Menurut Budiaman 2000 volume limbah kayu bulat dapat dikurangi apabila dilakukan perbaikan dalam teknik penebangan dan pembagian batang. Peningkatan keterampilan pekerja melalui latihan kerja yang diberikan dapat memperkecil jumlah limbah yang terjadi pada kegiatan penebangan Sinaga et al. 1984. Soewito 1980 mengemukakan bahwa usaha-usaha untuk mengurangi limbah pemanenan kayu adalah : a. Mendirikan industri pengolahan hasil hutan yang memanfaatkan log berkualitas rendah. b. Penyusunan pedoman pemanenan kayu. c. Peningkatan kemampuan manajemen dan keterampilan pelaksana melalui pendidikan dan latihan. Untuk mengurangi limbah pemanenan kayu dapat di tempuh melalui dua pendekatan, yaitu berhubungan dengan : 1. Kegiatan sebelum pemanenan kayu Dengan meningkatkan keterampilan pekerja, penggunaan teknis dan peralatan pemanenan yang sesuai, dilaksanakannya peraturan TPTI dengan sungguh-sungguh dapat mengurangi timbulnya limbah. 2. Kegiatan setelah pemanenan kayu Limbah yang terjadi, baik pada kegiatan penebangan maupun industri akan dapat dikurangi dengan adanya peningkatan pemanfaatannya Sastrodimedjo dan Simarmata 1981. Klassen 2006 menyebutkan contoh spesifik dari limbah kayu yang dapat dihindarkan sebagai berikut : 1. Tunggak yang terlalu tinggi Kelebihan tunggak adalah bentuk nyata limbah kayu yang dapat dan mudah dihindari melalui pengawasan tempat kegiatan penebangan. Penelitian menunjukkan, limbah ini mewakili 1-2 dari seluruh limbah kayu yang dapat dihindari. 2. Pemotongan banir dan ujung puncak pohon yang tidak tepat Cara memotong kayu log dari pohon yang ditebang akan mempengaruhi tingkat pemanfaatan limbah. Sering kali penebang memotong pohon jauh di atas banir dimana diameter pohonnya mulai mengecil. Lubang kecil pada banir tersebut yang mengakibatkan berkurangnya volume kayu berkualitas karena dipotong, padahal sebenarnya seluruh log bisa ditarik ke TPn. Limbah kayu yang berada pada kategori ini, mewakili 35-55 dari seluruh volume limbah kayu yang dapat dihindari. 3. Meninggalkan pohon yang sudah di tebang dalam hutan Umumnya, kategori limbah kayu seperti ini merupakan 25-30 dari seluruh volume limbah kayu yang dapat dihindari. 4. Mengenali pohon yang tidak ditebang Menebang pohon yang mempunyai lubang sangat besar menjadi sangat tidak ekonomis untuk ditebang, dan seharusnya dapat dihindari karena menyebabkan kerusakan yang tidak perlu pada pohon sekitarnya. Pohon berlubang juga memiliki nilai sebagai pohon bibitbenih dan pada banyak kasus mempunyai fungsi ekologis dalam hutan. Penebang biasanya dapat menduga apakah suatu pohon berlubang dengan cara memukulkan parangnya pada pohon. Bila pohon dicurigai berlubang besar, penebang harus melakukan potongan secara vertikal untuk menentukan besarnya lubang. Bila ukuran lubang pada pohon tersebut melebihi batas toleransi yang ditentukan oleh standar pemanfaatan dari perusahaan, pohon tersebut tidak perlu ditebang. Menurut Thaib 1991 upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk menekan terjadinya limbah pemanenan kayu yaitu: 1. Melakukan inventarisasi tegakan sebelum tebangan dengan teliti. 2. Membuat rencana operasional dilengkapi petunjuk teknis pelaksanaan pemanenan dengan memperhatikan kondisi areal setempat. 3. Peningkatan daya guna peralatan yang ada. 4. Melaksanakan penyempurnaan sistem pengupahan pada kegiatan pemanenan yang merangsang upaya penekanan kayu limbah pemanenan. 5. Meningkatkan pengendalian dan pengawasan pada kegiatan pemanenan. 6. Meningkatkan keterampilan penebang berupa pelatihan menebang dan pembagian batang.

2.3.7 Pemanfaatan Limbah