Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Limbah

2.3.3 Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Limbah

Faktor penyebab terjadinya limbah antara lain kelemahan-kelemahan dalam peraturan dan disiplin penerapannya, sumberdaya manusia, penguasaan teknologi pemanenan hutan dan tidak adanya diversifikasi industri pengolahan kayu Tinambunan 2001. Menurut Direktorat Pengolahan Hasil Hutan 1989 limbah pemanenan kayu terjadi karena kesalahan teknis, yaitu: a. Menebang terlalu tinggi sehingga menghasilkan limbah tunggak yang besar. b. Pembagian batang pada umumnya disesuaikan dengan jenis dan kapasitas alat angkut, bukan pada sortimen yang dibutuhkan industri. c. Pohon-pohon yang rusak sebagai akibat penebangan dan penyaradan. Limbah dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain topografi, kerapatan tegakan, keterampilan penebangan dan operator traktor serta kebutuhan kayu. Faktor alam tersebut sukar diatasi, walaupun dapat diatasi sudah tidak efisien lagi dengan biaya yang dikeluarkan Simarmata dan Haryono 1986. Faktor yang mempengaruhi terjadinya limbah menurut Lembaga Penelitian Hasil-Hutan 1980 adalah: a. Teknik dan peralatan pemanenan yang kurang tepat. b. Manajemen pengusahaan hutan yang masih lemah. c. Kesadaran dan keterampilan pelaksana yang masih perlu ditingkatkan dalam proses yang berhubungan dengan kegiatan pengusahaan hutan. d. Pengawasan yang masih perlu ditingkatkan. Timbulnya limbah juga dipengaruhi oleh syarat-syarat pasaran, jenis, dan nilai kayunya, tempat serta fasilitas pasarnya pada saat itu. Dengan demikian ukuran serta kualitas yang tidak memenuhi syarat pada saat itu akan menjadi limbah. Faktor penyebab limbah yang tidak dapat dikuasai adalah faktor alam, yaitu kayu tidak dapat dimanfaatkan karena letaknya tidak memungkinkan pemanenan secara ekonomis antara lain di dalam jurang, atau pada lereng-lereng yang curam, juga apabila pohon yang ditebang ternyata busuk, berlubang atau cacat Soemitro 1980. Sastrodimejo dan Simarmata 1981 menyatakan bahwa limbah pemanenan kayu dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: a. Topografi berkaitan dengan kemungkinan dapat atau tidaknya kayu untuk ditebang dan dimanfaatkan, kesulitan dalam mengeluarkan kayu sehingga ditinggal dan tidak dimanfaatkan. b. Musim berpengaruh terhadap keretakan batang-batang yang baru ditebang. Pada musim kemarau kayu akan lebih mudah pecah karena udara kering. c. Peralatan, pemilihan jenis dan kapasitas alat yang keliru dapat menyebabkan kayu tidak dapat dimanfaatkan seluruhnya. d. Cara kerja, penguasaan teknik kerja yang baik akan mempengaruhi volume limbah yang terjadi. e. Sistem upah yang menarik akan memberikan rangsang yang baik terhadap para pekerja sehingga yang bersangkutan bersedia melaksanakan sesuai yang diharapkan. f. Kurangnya sinkronisasi antara kegiatan yang satu dengan kegiatan lainnya dapat menyebabkan tidak lancarnya kegiatan. g. Permintaan pasar. Simarmata 1985 secara umum menunjukkan bahwa besarnya limbah pemanenan kayu dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya: a. Faktor alam 1. Jenis kayu 2. Keadaan tanah dan topografi 3. Kerapatan pohontegakan 4. Keadaan cuaca. b. Faktor manajemen dan pemasaran 1. Teknik, alat dan pemasaran 2. Harga kayu 3. Bentuk, ukuran, dan kondisi kayu yang laku di pasar 4. Jenis industri yang ada. Rishadi 2004 menyatakan bahwa secara umum faktor yang menyebabkan terjadinya limbah pemanenan hutan adalah kurangnya pengawasan di setiap tahapan kegiatan pemanenan hutan, kesalahan dalam melakukan kegiatan penebangan, tidak dilakukannya pengukuran terhadap sortimen kayu, kurangnya kerjasama diantara regu penebang dan regu penyarad termasuk pihak-pihak yang terkait dengan kegiatan penebangan dan penyaradan khususnya kontraktor, dan kayu terlalu lama berada di TPn. Lim 1992 menyatakan di IUPHHK PT Kayu Pasaguan menunjukkan hubungan yang sangat nyata antara luas bidang dasar pohon yang ditebang dengan volume limbah yang terjadi, yang terdiri atas limbah tunggak, limbah batang bebas cabang, limbah batang bagian atas, limbah cabang, limbah kerusakan tegakan tinggal. Semakin besar luas bidang dasar pohon yang ditebang, maka semakin besar volume limbah yang dihasilkan. Limbah pemanenan dianggap dapat dihindari bila bagian dari batang kayu, yang memenuhi standar penggunaan perusahaan, tetapi ditinggalkan di hutan karena praktek penebangan dan penyaradan yang tidak tepat Klassen 2006. Penyebab-penyebab terjadinya limbah dapat dibedakan menjadi dua kelompok besar: a. Secara alami, yaitu kayu ditinggalkan karena ada cacat alami sehingga tidak dapat dipasarkan pada saat ini, seperti kayu berlubang, busuk, dan gerowong. b. Secara mekanis, yaitu kayu ditinggalkan karena ada kerusakan pada kayu akibat kegiatan pemanenan, seperti pecah, patah, dan lain-lain Sianturi et al. 1984 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lempang et al. 1995 peubah yang berpengaruh nyata terhadap besarnya limbah pemanenan kayu yaitu panjang kayu di tempat penebangan, rata-rata diameter tebangan, volume kayu di tempat tebangan, dan panjang kayu di TPn. Menurut Kartika 2004 kegiatan penebangan meninggalkan banyak limbah yang meliputi limbah tunggak, limbah cabang dan ranting, limbah batang atas, dan limbah potongan pendek. Jika ditinjau dari asal limbah, maka limbah hasil penebangan merupakan limbah yang paling besar.

2.3.4 Potensi Limbah Pemanenan Kayu di Hutan Alam