Volume dan Persentase Limbah Pemanenan Kayu Berdasarkan Sumber Limbah

grading sedangkan volume total limbah yang terjadi di TPn pada petak mekanis 8,55 m 3 limbah ini terjadi karena beberapa faktor, yaitu kurang telitinya operator chainsaw dalam melakukan cek kondisi pohon yang akan ditebang, dan kurangnya pengawasan dari petugas lapangan pada saat penyaradan log menggunakan logfisher, sehingga kayu ada yang mengalami pecah dan belah.

5.4.4 Limbah Pemanenan Kayu di Jalan Angkut

Pada petak manual dan petak mekanis semua sortimen yang telah di tebang semuanya diangkut dari TPn menuju ke TPK, melalui jalan utama atau jalan angkut. Pada limbah pemanenan kayu di jalan angkut tidak terjadinya limbah dikarenakan kondisi areal dengan kemiringan 0º atau datar, sehingga ketika ada kayu yang jatuh pada saat angkut menuju ke TPK, Kayu tesebut tetap diangkut karena kayu tersebut sudah termasuk kedalam kayu yang dimanfaatkan oleh perusahaan dan sudah masuk daftar pemesanan pembeli, serta juga sudah masuk dalam barcode yang akan didata melalui SIPUHH online, sehingga kayu ini dinyatakan legal. Dan kayu yang telah diangkut menuju ke TPK sistem pengupahan pekerjanya berupa borongan atau kubikasi, jadi otomatis pekerja tidak akan meninggalkan kayu yang jatuh pada saat diangkut karena akan mengurangi pendapatan, membuang waktu serta menghabiskan tenaga. Sebab perusahaan hanya akan membayar berapa kubikasi kayu yang diangkut oleh pekerja ketika kayu tersebut dalam keadaan sehat dan baik sampai menuju ke TPK.

5.5 Volume dan Persentase Limbah Pemanenan Kayu Berdasarkan Sumber Limbah

Limbah pemanenan kayu yang berdasarkan sumber dan bagiannya pada penelitian ini terdiri dari limbah tunggak, batas bebas cabang, dan batang atas dan dahan. Keempat bagian pohon ini berasal dari petak tebang, TPn, dan TPK. Besarnya limbah yang terjadi di petak manual dan mekanis di tampilkan pada Tabel 7 dan Tabel 8. Tabel 7 Volume limbah berdasarkan sumbernya di petak manual Jenis limbah Volume Persen limbah Total m 3 Rata-rata m 3 ha Rata-rata m 3 pohon Tunggak 4,25 0,27 0,09 18,15 Batang bebas cabang 12,96 0,87 0,28 55,36 Batang atas 5,02 0,34 0,11 21,43 Dahan 1,18 0,08 0,03 5,06 Total 23,41 1,56 0,51 100,00 Tabel 8 Volume limbah berdasarkan sumbernya di petak mekanis Jenis limbah Volume Persen limbah Total m 3 Rata-rata m 3 ha Rata-rata m 3 pohon Tunggak 4,73 0,29 0,09 7,98 Batang bebas cabang 39,24 2,19 0,77 66,21 Batang atas 10,25 0,62 0,20 17,29 Dahan 5,06 0,29 0,09 8,53 Total 59,27 3,39 1,15 100,00 Berdasarkan hasil dari Tabel 7 dan 8 di petak manual dan mekanis menjelaskan bahwa limbah batang bebas cabang pada kedua petak merupakan bagian limbah yang paling banyak menghasilkan limbah, pada petak manual sebesar 0,87 m 3 ha atau 55,36 dan pada petak mekanis juga hampir sama, bagian batang bebas cabang juga yang paling banyak sebesar 2,19 m 3 ha atau 66,21 dari total limbah yang terjadi pada tiap pohon yang ditebang. Bagian kedua juga hampir sama antara petak manual dan mekanis, yaitu limbah batang atas sebesar 0,34 m 3 ha atau 21,43 pada petak manual sedangkan pada petak mekanis sebesar 0,62 m 3 ha atau 17,29. Bagian ketiga itu antara petak manual dan petak mekanis sangat berbeda, pada petak manual bagian ketiga yang paling banyak yaitu tunggak sebesar 0,27 m 3 ha atau 18,15 sedangkan pada petak mekanis bagian ketiga yang paling banyak yaitu dahan sebesar 0,29 m 3 ha atau 8,53 dan yang keempat pada petak manual yaitu dahan sebesar 0,08 m 3 ha atau 5,06 sedangkan pada petak mekanis yaitu tunggak sebesar 0,29 m 3 ha atau 7,98. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sukanda 1995 di IUPHHK Narkata Rimba Kalimantan Timur yang menyebutkan bahwa limbah batang bebas cabang merupakan bagian yang paling banyak menghasilkan limbah sebesar 12,67 m 3 ha 14,65, kemudian limbah dari batang bagian atas dan dahan sebesar 11,09 m 3 ha 12,83, dan kemudian limbah tunggak sebesar 4,26 m 3 ha 4,93. Perbedaan besarnya limbah penelitian ini dengan Sukanda 1995 dikarenakan kecilnya diameter pohon yang ditebang dan intensitas penebangan yang berbeda. Diameter pohon yang ditebang pada penelitian ini lebih kecil dari penelitian Sukanda 1995, dikarenakan di tempat penelitian ini berbentuk hutan alam rawa gambut yang diameternya hanya sedikit yang besar, kebanyakan diameter sedang diatas ≥ 30 cm. Limbah total yang terjadi pada kedua petak ini berdasarkan bagian pohon pada penelitian ini masing-masing sebesar 23,41 m 3 ha untuk yang petak manual dan pada petak mekanis sebesar 59,27 m 3 ha. Limbah batang bebas cabang banyak ditemukan dalam bentuk sisa potongan akibat kegiatan trimming pangkal, trimming ujung dan potongan lainnya. Panjang sisa potongan pangkal batang dihitung dari batang potongan pangkal sampai batas potongan pendek. Panjang sisa potongan ujung batang dihitung dari batas potongan sampai ke batang cabang pertama. Sisa potongan batang terjadi saat penebangan membuang cacat-cacat pada batang pohon, baik cacat alami maupun cacat yang timbul ketika pohon ditebang, untuk mendapatkan kayu gelondongan berkualitas tinggi. Kegiatan membagi batang di petak manual dilakukan langsung di lokasi penebangan oleh penebang tersebut. Penebang melakukan pengukuran batang hanya dengan menggunakan tongkat yang ukurannya berdasarkan perkiraan saja. Meskipun penebang mengetahui ukuran yang sesuai untuk panjang bahan baku industri, namun dengan perkiraan menggunakan tongkat menyebabkan kurang optimalnya batang yang dimanfaatkan. Sedangkan kegiatan membagi batang di petak mekanis dilakukan di TPn oleh penebang dan pengukuran langsung oleh karyawan perusahaan yang bertugas untuk mengukur scaller dengan menggunakan meteran, makanya pada petak mekanis limbah yang berada pada TPn sedikit karena pengukurannya telah ditetapkan perusahaan, tapi limbah di petak mekanis ini banyak terjadi di petak tebang, ini disebabkan pada saat kayu selesai ditebang sortimen dari atas cabang pertama dan dahan yang tidak masuk ke dalam bahan baku industri, itu tidak dibawa sampai ke TPn tapi hanya ditinggalkan di dalam hutan. Pembagian batang yang dilakukan di petak manual seharusnya tidak dilakukan oleh penebang melainkan oleh scaller, untuk itu perlu dilakukan pelatihan dan pengawasan dalam kegiatan membagi batang ini. Sastrodimejo dan Simarmata 1981 menyatakan bahwa cara kerja atau penguasaan teknik kerja yang baik akan mempengaruhi volume limbah yang terjadi. Pada penelitian ini, selain keterampilan penebang, kondisi pohon karena cacat alami yaitu busuk hati, busuk batang, gerowong, bengkok, dan bonggol menyebabkan log kayu yang dimanfaatkan menjadi berkurang. Sehingga limbah yang terjadi pada batang bebas cabang semakin besar.

5.6 Volume dan Persentase Limbah Pemanenan Kayu Berdasarkan Kondisi Limbah