Besarnya faktor eksploitasi rata-rata jenis Meranti di Jambi, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Timur adalah 0,8. Faktor eksploitasi ini dipengaruhi oleh
diameter batang, makin besar diameter batang makin besar faktor eksploitasi. Pada penelitian Lempang et al. 1995 besarnya faktor eksploitasi pada hutan
alam di Sulawesi Selatan yaitu sebesar 0,8. Penentuan faktor eksploitasi Fe di hutan alam dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut Abidin 1994: Fe = indeks tebang x indeks sarad x indeks angkut
Indeks tebang = Volume batang siap sarad Volume pohon yang ditebang
Indeks sarad = Volume batang siap angkut Volume batang siap sarad
Indeks angkut = Volume batang di TPK Volume batang siap angkut
2.5 Hutan Rawa Gambut
2.5.1 Pengertian Hutan Rawa Gambut
Soil Survey Staff 1994 diacu dalam Nur 1999 menyatakan bahwa tanah gambut adalah tanah yang secara dominan dari sisa-sisa jaringan tumbuhan, oleh
karena itu dalam sistem klasifikasi tanah taksonomi tanah disebut Histosol histis, tissue: jaringan. Dalam klasifikasi sebelumnya disebut Organosol.
2.5.2 Luas dan penyebaran hutan rawa gambut
Hutan rawa gambut di indonesia sebagian besar terdapat di lahan pasang surut di kawasan pantai dan sebagian lagi terdapat di rawa-rawa dan danau baik
yang di pegunungan maupun di dataran rendah. Gambut di rawa-rawa merupakan gambut yang topogen. Sedangkan gambut yang pasang surut yang tergolongan
ombrogen banyak terdapat di pantai timur Sumatera Riau, jambi, Sumatera Selatan dan Lampung. Pulau lain yang kemungkinan besar terdapat dalam
kawasan yang cukup luas adalah pantai bagian selatan Irian Jaya Istomo 1992.
2.5.3 Klasifikasi hutan rawa gambut
Menurut Soepardi 1983, gambut berdasarkan tingkat kematangan atau pelapukannya atau tingkat dekomposisinya dibedakan menjadi:
a. Gambut Fibrik, yaitu gambut yang tingkat pelapukannya terendah, 23
volumenya terisi serat, kerapatan lindak rendah 0,1, memiliki kapasitas menahan air yang tinggi, berwarna coklat dan kuning dan dibentuk di
daerah iklim dingin dan kedaan lingkungan yang tidak merangsang dekomposisi.
b. Gambut Hemik, yaitu gambut dengan kematangan sedang, kandungan
seranya 13-23 dari volumenya, mengalami dekomposisi, kerapatan lindak sedang dan kapasitas menahan air sedang.
c. Gambut Saprik, yaitu gambut yang paling lapuk, seratnya kurang dari 13
dari total volumenya, mengalaim dekomposisi, kerapatan lindak tinggi, kapasitas menahan air rendah, berwarna kelabu tua hingga hitam dan
mempunyai sifat fisik yang mantap.
2.5.4 Karakteristik dan sifat hutan rawa gambut
Tanah gambut mempunyai karakteristik tanah tergantung komposisi botani tumbuhan asal yang menjadi bahan induk tanah gambut. Tanah gambut bersifat
kurang stabil dibandingkan tanah mineral maka kerusakan tanah gambut akan sulit diperbaiki dibandingkan kerusakan tanah mineral. Sifat bahan organik yang
merupakan penyusutan tanah gambut adalah sifat irreversible atau tidak akan balik menjadi kendala utama Abdullah 1997.
Susunan kimia dan kesuburan tanah gambut ditentukan oleh ketebalan lapisan gambut dan tingkat kematangan lapisan-lapisannya, keadaan tanah
mineral dibawanya, kualitas air sungai dan masukan air hujan yang mempengaruhi lahan gambut dalam proses pembentukannya dan pematangannya.
Sifat kimia gambut dicirikan dengan ph dan ketersediaan unsur hara N, P, K yang rendah, kejenuhan K dan Mg rendah diikuti denggan pertukaran Al, Fe dan
Mn yang tinggi Hakim et al. 1986.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian Limbah Pemanenan Kayu dan Faktor Eksploitasi ini dilaksanakan di areal IUPHHK-HA PT Diamond Raya Timber, Provinsi Riau pada bulan