34
BAB II PENDEKATAN TEORI
2.1 Teori Akses dan Properti
Peluso dan Ribot 2003 mendefinisikan akses sebagai kemampuan menghasilkan keuntungan dari sesuatu, termasuk diantaranya objek material,
perorangan, institusi, dan simbol. Dengan menfokuskan pada kemampuan dibandingkan dengan kepemilikan yang ada dalam teori properti. Formulasi ini
memberikan perhatian pada wilayah yang lebih luas pada hubungan sosial yang mendesak dan memungkinkan orang untuk menguntungkan dari sumber daya tanpa
menfoukuskan diri pada hubungan properti semata.
We define access as the ability to derive benefits from things, broadening from propertys classical definition as the right to benefit
from things. Access, following this definition, is more akin to a bundle of powers than to propertys notion of a bundle of rights. This
formulation includes a wider range of sosial relationships that constrain or enable benefits from resource use than property relations alone. Lee
Peluso and Jesse C. Ribot, 2003
Peluso dan ribot 2003 melihat bahwa ada semacam susunan jaringan akses. Perhatian mereka memungkinkan seseorang memetakan proses hubungan akses
dengan sumber daya. Konsep akses disini ditempatkan pada analisa siapa yang sebenarnya diuntungkan dari sesuatu dan melalui proses apa mereka melakukannya.
Akses secara empiris menfokuskan diri pada siapa yang mendapatkan apa, dalam cara apa, dan kapan.
Memfokuskan sumber daya alam sebagai sesuatu dalam pertanyaan, telah mengeksplor kekuatan yang berefek pada kemampuan orang-orang untuk
mendapatkan keuntugan dari sumber daya. Kekuatan ini terdiri atas material,
35
kebudayaan, dan ekonomi-politik dengan ikatan dan jaringan kekuasaan yang menyususun akses sumber daya.
Beberapa orang dan institusi yang mengontrol sumber daya sementara yang lain mempertahankan akses mereka. Analisa akses juga membantu dalam memahami
mengapa beberapa orang atau institusi mendapatkan keuntungan dari sumber daya, apakah mereka mempunyai kepemilikan barang ataupun tidak. Macpherson 1978
menambahkan studi akses yang membantu memahami keanekaragaman jalan orang untuk mendapatkan keuntungan dari sumber daya termasuk diantaranya hubungan
properti. Peluso dan Ribot 2003 membedakan teori akses dan teori properti. Akses
lebih kepada kemampuan sedangkan kepemilikan ada pada properti. Banyak dimensi akses termasuk diantaranya mengitari definisi yang digunakan dalam studi properti.
Properti berhubungan dengan literatur dalam penggunaan sehari-hari terhadap kepemilikan sendiri yang dibatasi oleh hukum adat atau konvensi. Walaupun dengan
konsep hubungan properti bisa dilihat dalam hubungan kepemilikan sumber daya dan sanksi pengendalian dalam institusi. Oleh karena itu, analisa akses membutuhkan
perhatian pada properti sebagaimana tindakan terlarang, hubungan produksi, hubungan pemberian dan sejarah dari semua itu.
Peluso melihat akses seperti halnya properti selalu berubah, tergantung pada posisi individu dan kelompok serta kekuasaan dengan variasi hubungan sosial. Peluso
mengutip pendapat para ahli mengenai properti, seperti Ghani 1995:2 yang berpendapat bahwa properti seharusnya direpresentasikan sebagai ikatan kekuasaan.
Pendapat tersebut merupakan sebuah fakta yang merepresentasikan konsep baru yang bisa menggabungkan semua ide ke dalam akses. Analisa ekonomi-politik akan
membantu untuk memahami identifikasi awal beberapa orang yang bisa mengambil keuntungan dari sebagian suumber daya sementara yang lain tidak. Aspek ekonomi-
politik dalam konsep menjadi nyata ketika memisahkan tindakan sosial ke dalam pengendalian akses dan mempertahankan akses. Pengendalian akses adalah
kemampuan untuk memediasi akses lainnya. Pengendalian mengarah pada pemeriksaan dan pengawasan tindakan, fungsi atau kekuatan yang mengawasi dan
36
mengatur tindakan bebas. Mempertahankan akses memerlukan kuasa untuk menjaga sebagian sumber daya akses yang terbuka. Baik pengendalian dan pengontrolan
merupakan dua hal yang saling melengkapi. Keduanya membentuk hubungan diantara aktor dalam hubungan terhadap sumber daya, manajemen, dan penggunaan.
Disaat yang sama, makna dan nilai sumber daya menyangga antara siapa yang mengontrol dan siapa yang mempertahankan akses. Seperti akses pengendalian dan
mempertahankan mempunyai kesamaan dengan ide Marx mengenai hubungan buruh dan pemilik modal. Hubungan antara aktor yang mempunyai modal dan yang
berperan sebagai buruh secara paralel berhubungan dengan aktor yang mengontrol akses dan aktor yang mempertahankan akses mereka. Penempatan akses pada bingkai
kerja ekonomi-politik telah melengkapi model teori perubahan sosial. Hubungan sosial timbul dari kerjasama dan konflik yang mengelilingi keuntungan dengan
sebagian momen ekonomi-politik. Maka dari itu, pendekatan proses menjadi pendekatan yang baik dalam menangkap perubahan tersebut. Analisa proses juga
merupakan identifikasi dalam pemetaan mekanisme akses yaitu penambahan, mempertahankan, dan pengendalian. Analisa akses melibatkan 1 Identifikasi dan
pemetaan aliran kepentingan sebagai keuntungan, 2 Identifikasi mekanisme oleh perbedaan aktor yang melatarbelakangi penambahan, pengendalian dan
mempertahankan aliran keuntungan dan distribusinya. Dan 3 analisa hubungan kekuaaan yang menegaskan mekanisme akses yang melibatkan darimana keuntungan
didapatkan Peluso dan Ribot, 2003. Akses legal Merupakan kemampuan mendapatkan keuntungan dari sesuatu
yang berasal dari kepemilikan atribut oleh hukum, adat istiadat, atau konvensi. Arti kepemilikan berdasarkan akses menyatakan secara tidak langsung keterlibatan
masyarakat, negara, atau pemerintah yang mengklaim suatu.hukum, adat istiadat atau konvensi menyebabkan suatu legitimasi atas kepemilikan sesuatu. Namun disisi lain
ada sebuah ambigunitas yang terjadi antara hukum, adat istiadat dan konvensi. Ambigunitas ini terjadi manakala ketiga perangkat legal tersebut sama-sama
melegitimasi suatu barang yang sama sehingga yang terjadi adalah saling mengklaim. Akses illegal secara langsung merupakan bentuk langsung akses yang diberikan
37
berdasarkan sanksi hukum, adat istiadat, dan konvensi. Label kejahatan bisa dikenakan pada aktor tergantung pada hubungan aktor sebagai lawan atau bentuk
lainnya. Bisa dikatakan akses illegal mengarah pada kesenangan keuntungan dari sesuatu dengan cara tidak mendapatkan sanksi sosial oleh negara atau masyarakat.
Akses illegal beroperasi melalui koersif dan secara diam-diam, Pembentukan hubungan antara mereka berusaha untuk mendapatkan penambahan, pengendalian,
dan mempertahankan akses Peluso dan Ribot, 2003. Blaikie menjelaskan bahwa modal dan identitas sosial mempengaruhi
kepemilikan prioritas akses sumber daya. Akses teknologi merupakan suatu cara dalam memediasikan akses sumber daya dengan sejumlah cara. Penggunaan
teknologi atau peralatan digunakan untuk mendapatkan sumber daya dengan cara mengeskstrak-nya. Akses modal merupakan suatu faktor yang bisa digunakan untuk
mendapatkan keuntungan dari sumber daya dengan pengendalian dan mempertahankan akses mereka. Modal digunakan untuk mengakses pengendalian
sumber daya melalui pembelian kepemilikan. Itu juga bisa digunakan untuk mempertahankan dengan cara membayar sewa, biaya formal akses, atau membeli
pengaruh orang yamg mengendalikan sumber daya. Akses pasar merupakan kemampuan untuk mengkomersilkan keuntungan dari sumber daya. Akses pasar
adalah pengendalian melalui proses dan sejumlah besar struktur. Hal ini berarti akses modal, struktur monopsoni, praktik tertutup, dan bentuk persekongkolan antara aktor
pasar atau pedukung kebijakan negara. Akses buruh dan kesempatan buruh juga mengambil peranan penting dalam keuntungan dari dumber daya. Selain itu, bagi
yang mengendalikan kesempatan buruh bisa mengalokasikan mereka ke dalam bagian hubungan patron-klien. Begitu juga dengan akses pengetahuan yang berguna dalam
pengendalian ideologi dan kepercayaan.
2.2 Negara dan Penguasaan Sumberdaya Hutan