53
BAB III METODOLOGI
3.1 Paradigma dan Strategi Penelitian
Mengikuti jalan pikiran Ritzer 1996, paradigma penelitian diartikan sebagai pandangan fundamental tentang apa yang menjadi pokok persoalan subject matter
disiplin tertentu. Sementara itu, menurut Guba sebagaimana dikutip Denzin dan Lincoln 2002 paradigma penelitian adalah suatu set kepercayaan yang membimbing
tindakan, berkaitan dengan prinsip utama, dan merupakan konstruksi umat manusia. Lebih lanjut Denzin dan Lincoln 2000 menjelaskan bahwa paradigma penelitian
dibangun oleh : 1 ontology, 2 epistemology, dan 3 methology, melalui ontology dapat diajukan pertanyaan mendasar tentang bentuk dan sifat realitas serta tentang hal
apa yang dapat diketahui mengenai realitas tersebut. Kemudian melalui epistemology dapat diajukan pertanyaan apa yang harus dilakukan untuk mengetahui realitas dan
bagaimana hubungan sosial antara peneliti dengan yang diteliti sebaiknya dibangun. Sementara itu, melalui metodologi dapat dipilih peralatan dan cara terbaik untuk
memperoleh pengetahuan tentang realitas. Bertolak dari pemahaman tentang paradigma penelitian tersebut, maka
penelitian ini akan dilaksanakan dengan mengacu terutama pada paradigma ―konstruktivism‖ yang mengembangkan sejumlah indikator sebagai pijakan dalam
melaksanakan penelitian dan pengembangan ilmu. Beberapa indikator tersebut antara
lain : 1 penggunaan metode kualitatif daripada menggunakan metode kuantitatif dalam proses pengumpulan data dan kegiatan analisis data; 2 mencari relevansi
indikator kualitas untuk lebih memahami data-data lapangan; 3 teori-teori yang dikembangkan harus bersifat membumi gounded theory; 4 kegiatan ilmu harus
bersifat natural apa adanya dalam pengamatan dan menghindari diri dengan kegiatan penelitian yang telah diatur; 5 pola-pola yang diteliti dan berisis kategori-
kategori jawaban menjadi unit analisis dari variabel-variabel penelitian yang kaku;
54
6 penelitian bersifat partisipasi daripada mengontrol sumber informasi Guba, 2001:62. Dalam paradigma konstruktivism menurut Guba 2001:78, yang
dipertahankan sebagai kriteria kebenaran adalah keterpercayaan trustworthiness dan keaslian authenticity. Kedua aspek tersebut mengacu pada berbagai konsep yang
mengandung unsur : kredibilitas kepercayaan yang berasal dari dalam, transferabilitas garis kebenaran yang bisa dkembangkan pada unsur kebenaran yang
lain, konfirmabilitas penegasan terhadap obyektivitas, ontological authenticities ontology-keaslian, kemampuan untuk memperluas konstruksi konsepsi yang ada.
Educative authenticities kebenaran pendidikan, kemampuan memimpin dan
mengadakan perbaikan. Catalytic authenticities kemampuan dalam merangsang dan bertindak tactical authenticity kemampuan untuk memberdayakan masyarakat
Guba, 2001:78.
3.2 Lokasi Penelitian