Hak Kepemilikan dan Hak Akses Sumber Daya Perikanan

menjadi tujuh kawasan, yakni kawasan Sambelia, kawasan Pringgebaya, kawasan Labuhan Haji, kawasan Sakra Timur, kawasan Teluk Jukung, kawasan Teluk Serewe, dan kawasan Teluk Ekas Gambar 5.1. 1. Kawasan Sabelia Kawasan Sambelia meliputi wilayah perairan pantai mulai dari Labuhan Pandan sampai Desa Obel-Obel yang terdiri dari tiga desa pantai yakni Sambelia, Belanting, dan Obel-Obel. 2. Kawasan Pringgabaya Kawasan Pringgabaya, meliputi wilayah perairan pantai dari Pantai Komala Sari sampai Labuhan Lombok yang terdiri dari lima desa pantai yakni Kerumut, Pohgading, Batuyang, Pringgabaya, dan Labuhan Lombok. 3. KPPL Kawasan Labuhan Haji Kawasan Labuhan Haji meliputi Desa Labuhan Haji, Peneda Gandor, Korleko, Suryawangi, dan Ijobalit. 4. KPPL Kawasan Sakra Timur Kawasan Sakra Timur meliputi Desa Surabaya dan Desa Gelanggang. 5. KPPL Kawasan Teluk Jukung Kawasan Teluk Jukung meliputi Desa Tanjung Luar dan Desa Pijot. 6. KPPL Kawasan Teluk Serewe Kawasan Teluk Serewe meliputi Desa Seriwe, dan Desa Ujung. 7. KPPL Kawasan Teluk Ekas Kawasan Teluk Ekas meliputi Desa Jerowaru, Desa Pemokong, dan Desa Batu Nampar. Pembagian ini dilakukan untuk kemudahan dalam pengelolaan. Di mana, setiap kawasan terdiri dari beberapa desa dan kecamatan yang terletak di wilayah pesisir, dan satu KPPL Kawasan. Selain batas wilayah setiap kawasan, awig-awig pengelolaan sumber daya perikanan pantai juga mengatur zonasi pemanfaatn wilayah perairan pantai dengan pembagian wilayah kegiatan penangkapan, kegiatan budidaya, dan kegiatan konservasi, serta pembagian wilayah pada kegiatan penangkapan antar jenis alat tangkap. Batas wilayah setiap kawasan dan wilayah kegiatan pemanfaatan sumber daya perikanan pantai dapat berupa batas alami dan batas yang sengaja dibuat. Batas alami berupa posisi karang danatau gili pulau kecil. Batas buatan dapat berupa pelampung, dan saat ini, batas buatan sudah tidak tampak, karena tidak ada perawatan. Gambar 5.1 Pembagian wilayah pesisir Kabupaten Lombok Timur Adhuri 2013 Keterangan: : batas wilayah kawasan 1. Kawasan Sambelia 2. Kawasan Pringgebaya 3. Kawasan Labuhan Haji 4. Kawasan Sakra Timur 5. Kawasan Teluk Jukung 6. Kawasan Teluk Serewe 7. Kawasan Teluk Ekas Awig-awig pengelolaan sumber daya perikanan pantai juga mengatur tentang penggunaan alat tangkap dan jenis sumber daya perikanan yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan untuk dimanfaatkan. Batasan penggunaan alat tangkap dengan ditetapkan larangan penggunaan bom dan potas, serta batas penggunaan alat bantu penangkapan seperti jumlah lampu yang disesuaikan dengan kondisi sumber daya perikanan yang ada di setiap kawasan. Batasan jenis sumber daya perikanan dengan ditetapkan larangan penangkapan lumba-lumba dan baby fish ikan yang belum dewasa. Tetapi, peraturan yang disepakati dalam awig-awig pengelolaan sumber daya perikanan pantai Kabupaten Lombok Timur, belum mengatur tentang batas kepemilikan, penggunaan alat tangkap, batas hari melaut, batas jumlah sampan dan mesin yang diperbolehkan melaut, mengakibatkan nelayan lokal bebas menggunakan berapapun alat tangkap yang digunakan dalam sekali kegiatan penangkapan, yang mengakibatkan kurang kehati-hatian dalam penggunaan alat tangkap seperti bagan sampan dan pancing yang merupakan alat tangkap yang dominan digunakan oleh nelayan lokal.

5.5.2.2 Kesesuaian Peraturan dengan Kondisi Lokal

Kesesuaian peraturan dengan kondisi sumber daya perikanan dan kondisi nelayan lokal ditunjukkan dengan adanya beberapa perbedaan dari peraturan yang dibuat di setiap kawasan. sebagai contoh perbedaan peraturan di kawasan Sambelia dan Pringgebaya Tabel 5.3. Kedua kawasan ini saling berdekatan, tetapi sebagaian besar wilayah kawasan Sambelia digunakan sebagai kawasan konservasi, maka pengaturan pada kegiatan penangkapan lebih diperketat, misalnya pembatasan jumlah penggunaan lampu sebagai alat bantu penangkapan maksimal hanya dua buah. Sedangkan, kawasan Pringgebaya yang banyak digunakan sebagai wilayah penangkapan ikan, penggunaan lampu diperbolehkan sampai empat buah. Demikian pula pada sanksi yang diberikanan, setiap pelanggaran yang merusak sumber daya perikanan dan lingkungan di kawasan Sambelia memiliki denda yang lebih besar dibandingkan dengan kawasan Pringgebaya.

5.5.2.3 Pengaturan secara kolektif

Peraturan dalam awig-awig pengelolaan sumber daya perikanan pantai telah melibatkan semua aktor yang memanfaatkan sumber daya perikanan pantai di Kabupaten Lombok Timur, yakni nelayan lokal, tokoh agama, tokoh masyarakat, Tabel 5.3 Contoh perbedaan peraturan dalam awig-awig pengelolaan sumber daya perikanan pantai Kawasan Sambelia Kawasan Pringgebaya Jumlah lampu yang diperbolehkan untuk penjala maksimal 2 buah Jumlah lampu yang diperbolehkan untuk penjala maksimal 4 buah Menangkap ikan dengan menggunakan kompresor dikenai denda minimal Rp. 1.000.000,00 Menangkap ikan dengan menggunakan kompresor dikenai denda minimal Rp. 300.000,00 Melakukan penebangan, pengerusakan bakau, dan pengambilan pasir laut dikenakan denda minimalRp. 200.000,00 Melakukan penebangan, pengerusakan bakau, dan pengambilan pasir laut dikenakan denda minimal Rp. 100.000,00 Sumber: Data primer dan Awig-awig pengelolaan sumber daya perikanan pantai 2003, Diolah pamswakarsa, pengusaha perikanan, pemerhati lingkungan dan nelayan wanita, terutama dalam kepengurusan KPPL Kawasan, lembaga informal yang bertugas dan berwenang dalam membuat, memonitoring dan menegakkan awig-awig. Tetapi pada pelaksanaannya, sampai saat ini peran wanita nelayan belum dilibatkan secara aktif dalam kepengurusan, dikarenakan adanya anggap bahwa kegiatan pengelolaan terutama kegiatan pengawasan perikanan terlalu berbahaya bagi wanita. Pada nelayan lokal, yang terlibat dalam kepengurusan hanya nelayan tangkap, sedangkan nelayan budidaya, dan nelayan pengolah hasil perikanan belum dilibatkan secara aktif dalam kepengurusan di KPPL Kawasan. Saat ini, Pamswakarsa dan pengusaha perikanan, juga tidak diketahui keberadaanya. Keadaan ini memperlihatkan bahwa belum semua aktor yang memanfaatkan sumber daya perikanan pantai di Kabupaten Lombok Timur memiliki peran secara aktif dalam pembuatan, monitoring dan penegakkan awig-awig pengelolaan perikanan pantai.

5.5.2.4 Kegiatan monitoring

Peraturan dalam awig-awig pengelolaan sumber daya perikanan pantai telah mencantumkan kegiatan monitoring pemanfaatan sumber daya perikanan pantai. Kegiatan monitoring dilaksanakan melalui kegiatan pengawasan perikanan dengan semua aktor baik formal dan informal turut serta dalam kegiatan pengawasan perikanan seperti nelayan lokal, KPPL Kawasan, dan pemerintah daerah melalui Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lombok Timur. Kegiatan pengawasan perikanan, saat ini telah mengalami penurunan kualitas dan kuantitas yang dikarenakan dana operasional yang sangat tinggi. Sehingga, kegiatan pengawasan dikonsentrasikan pada kegiatan pengawasan penangkapan ikan dengan menggunakan bom, potas dan kompresor. Sedangkan kegiatan penangkapan ikan yang melampaui batas zona penangkapan yang telah disepakati, kegiatan penangkapan ikan yang dilindungi, penggunaan bagan tancap yang tidak sesuai dengan ketentuan yang disepakati, penggunaan lampu lebih dari yang telah ditentukan, kegiatan budidaya yang tidak sesuai dengan ketentuan, pengambilan kerang dengan cara merusak lingkungan, kegiatan penebangan dan perusakan bakau, serta pengambilan pasir laut belum banyak dilaksanakan. Demikian pula pada kegiatan perbaikan sumber daya perikanan dan lingkungan juga belum dilakukan, karena sampai saat ini baik KPPL Kawasan maupun nelayan lokal masih banyak yang beranggapan bahwa yang berkewajiban dalam kegiatan perbaikan sumber daya dan lingkungan adalah pemerintah.

5.5.2.5 Pemberian sanksi

Awig-awig pengelolaan sumber daya perikanan pantai juga telah mengatur jenis-jenis kegiatan yang termasuk dalam pelanggaran, pemberian denda dan penegakkan sanksi, pelaksanaan sidang atas pelanggaran yang dilakukan, dan penyaluran denda. Jenis-jenis pelanggaran ini antara lain, penangkapan ikan dengan bom dan potas, kegiatan penangkapan ikan yang melampaui batas zona penangkapan yang telah disepakati, kegiatan penangkapan ikan yang dilindungi, penggunaan bagan tancap yang tidak sesuai dengan ketentuan yang disepakati, penggunaan lampu lebih dari yang telah ditentukan, kegiatan budidaya yang tidak sesuai dengan