Pengakuan dari peraturan formal

dasar laut dan sumber daya ikan kakap dan kerapu melakukan fase bertelur pada wilayah perairan yang berkarang Hallacher 2003; WWF-Indonesia 2009; Mazurek 2011; Sudrajat 2011 Lampiran 5. Pemanfaat sumber daya perikanan pantai dan teknologi pada penelitian ini dibatasi pada nelayan lokal yang menggunakan sampan dan mesin tempel dengan alat tangkap pancing rawai dan bagan sampan yang melakukan kegiatan penangkapan di wilayah perairan pantai perairan laut yang lebarnya sampai dengan 4 mil dihitung dari garis pasang surut terendah di Kabupaten Lombok Timur. Nelayan ini dipilih karena mendominasi nelayan lokal Kabupaten Lombok Timur.

6.5.1.1 Estimasi Produksi Aktual Sumber Daya Ikan Demersal

Tahap awal analisis bioekonomi surplus produsen GS pada penelitian ini dengan melakukan dekomposisi estimasi produksi aktual sumber daya ikan demersal. Estimasi produksi aktual dilakukan dengan menghitung sharing produksi ikan cucut, kakap, dan kerapu dari alat tangkap pancing rawai dan bagan sampan Tabel 6.1; Gambar 6.1; dan Lampiran 6. Total sharing ikan demersal pada Tabel 6.1 menunjukkan telah terjadi penurunan nilai produksi dari alat tangkap pancing rawai dan bagan sampan. Sharing produksi tertinggi terjadi pada tahun 2004 dengan nilai 916,40 ton, sedangkan sharing produksi terendah pada tahun 2011 dengan nilai 160,11 ton. Secara keseluruhan, penurunan sharing produksi ini telah terjadi semenjak tahun 2005, dengan rata-rata nilai penurunan sharing produksi sebesar 85. Gambaran secara grafik akan pergerakan penurunan produksi aktual yang terjadi selama tahun 2002 –2011 dapat dilihat pada Gambar 6.1. Pergerakan produksi aktual dari alat tangkap bagan sampan tidak terlalu menunjukkan adanya perubahan yang terlalu besar. Penurunan pergerakan produksi dari alat tangkap pancing rawai terlihat lebih jelas terutama pada tahun 2004 menuju 2005. Tabel 6.1 Hasil estimasi produksi aktual sumber daya ikan demersal Tahun Produksi Aktual ton Sharing Sharing Bagan Total Sharing Pancing Rawai ton Sampan ton ton 2002 726,71 22,33 749,04 2003 878,36 33,00 911,36 2004 884,10 32,30 916,40 2005 392,28 10,05 402,33 2006 496,52 12,86 509,38 2007 424,98 12,02 437,00 2008 288,15 10,18 298,33 2009 248,75 7,44 256,19 2010 210,83 7,30 218,13 2011 155,56 4,55 160,11 Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lombok Timur 2002-2011, Data Diolah Keadaan ini juga dirasakan oleh nelayan lokal Kabupaten Lombok Timur. Beberapa tahun yang lalu, untuk menangkap ikan demersalan dengan pancing rawai sederhana dalam 1 hari bisa mendapatkan ikan sebanyak 8-10 kg dan kegiatan penangkapan hanya dilakukan di wilayah yang tidak jauh dari darat, yakni tidak lebih dari 2 mil. Tetapi saat ini, dalam 1 hari melaut hanya mendapatkan ikan sebanyak 3- 4 kg saja, dan saat musim paceklik, 1 hari melaut bisa tidak mendapatkan ikan sama sekali, walau harus berkeliling sepanjang perairan pantai dan jika kondisi kapal dan cuaca memungkinkan penangkapan dilakukan lebih ke tengah yakni antara 3-4 mil. Kesulitan dalam melakukan kegiatan penangkapan ini, diyakini karena makin maraknya kegiatan penangkapan ikan menggunakan bom dan potas. Sedangkan, keadaan alam yang tidak menentu seperti gelombang tinggi, angin kencang, dan hujan sudah dianggap bukan lagi halangan untuk melakukan kegiatan penangkapan.

6.5.1.2 Standardisasi Upaya Penangkapan

Tahap kedua analisis bioekonomi GS pada penelitian ini adalah melakukan standardisasi upaya penangkapan Tabel 6.2 dan Lampiran 7. Standardisasi upaya penangkapan ini dilakukan dengan mengestimasi jumlah hari melaut per tahun dari alat tangkap pancing rawai dan bagan sampan, dikarenakan nelayan lokal melakukan one day trip dalam kegiatan penangkapan. Selain itu, para ahli perikanan mengganggap bahwa jumlah hari melaut lebih tepat sebagai alat ukur fishing effort upaya penangkapan Anna 2003. Tabel 6.2 Hasil estimasi standardisari upaya penangkapan Tahun Upaya Penangkapan Pancing Bagan Indeks Bagan Standarisasi Upaya Total Upaya Rawai Sampan Sampan Bagan Sampan Penangkapan hari melaut hari melaut hari melaut hari melaut 2002 233.688 8.112 0,89 7.179,37 240.867,37 2003 260.652 9.048 1,08 9.792,82 270.444,82 2004 236.434 7.744 1,12 8.637,50 245.071,50 2005 297.792 8.640 0,88 7.626,31 305.418,31 2006 297.792 9.216 0,84 7.713,37 305.505,37 2007 358.488 10.094 1,00 10.142,01 368.630,01 2008 358.488 9.984 1,27 12.660,60 371.148,60 2009 329.160 9.360 1,05 9.841,72 339.001,72 2010 354.480 10.080 1,22 12.274,90 366.754,90 2011 354.480 10.752 0,97 10.378,73 364.858,73 Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lombok Timur 2002-2011, Data Diolah Gambar 6.1 Total share produksi ikan demersal berdasarkan alat tangkap 0,00 500,00 1000,00 2000 2002 2004 2006 2008 2010 2012 to n tahun Produksi Pancing Rawai ton Produksi Bagan Sampan ton