pamswakarsa, pengusaha perikanan, pemerhati lingkungan dan nelayan wanita, terutama dalam kepengurusan KPPL Kawasan, lembaga informal yang bertugas dan
berwenang dalam membuat, memonitoring dan menegakkan awig-awig.
Tetapi pada pelaksanaannya, sampai saat ini peran wanita nelayan belum dilibatkan secara aktif dalam kepengurusan, dikarenakan adanya anggap bahwa
kegiatan pengelolaan terutama kegiatan pengawasan perikanan terlalu berbahaya bagi wanita. Pada nelayan lokal, yang terlibat dalam kepengurusan hanya nelayan
tangkap, sedangkan nelayan budidaya, dan nelayan pengolah hasil perikanan belum dilibatkan secara aktif dalam kepengurusan di KPPL Kawasan. Saat ini,
Pamswakarsa dan pengusaha perikanan, juga tidak diketahui keberadaanya.
Keadaan ini memperlihatkan bahwa belum semua aktor yang memanfaatkan sumber daya perikanan pantai di Kabupaten Lombok Timur memiliki peran secara
aktif dalam pembuatan, monitoring dan penegakkan awig-awig pengelolaan perikanan pantai.
5.5.2.4 Kegiatan monitoring
Peraturan dalam awig-awig pengelolaan sumber daya perikanan pantai telah mencantumkan kegiatan monitoring pemanfaatan sumber daya perikanan pantai.
Kegiatan monitoring dilaksanakan melalui kegiatan pengawasan perikanan dengan semua aktor baik formal dan informal turut serta dalam kegiatan pengawasan
perikanan seperti nelayan lokal, KPPL Kawasan, dan pemerintah daerah melalui Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lombok Timur.
Kegiatan pengawasan perikanan, saat ini telah mengalami penurunan kualitas dan kuantitas yang dikarenakan dana operasional yang sangat tinggi. Sehingga,
kegiatan pengawasan dikonsentrasikan pada kegiatan pengawasan penangkapan ikan dengan menggunakan bom, potas dan kompresor. Sedangkan kegiatan penangkapan
ikan yang melampaui batas zona penangkapan yang telah disepakati, kegiatan penangkapan ikan yang dilindungi, penggunaan bagan tancap yang tidak sesuai
dengan ketentuan yang disepakati, penggunaan lampu lebih dari yang telah ditentukan, kegiatan budidaya yang tidak sesuai dengan ketentuan, pengambilan
kerang dengan cara merusak lingkungan, kegiatan penebangan dan perusakan bakau, serta pengambilan pasir laut belum banyak dilaksanakan.
Demikian pula pada kegiatan perbaikan sumber daya perikanan dan lingkungan juga belum dilakukan, karena sampai saat ini baik KPPL Kawasan
maupun nelayan lokal masih banyak yang beranggapan bahwa yang berkewajiban dalam kegiatan perbaikan sumber daya dan lingkungan adalah pemerintah.
5.5.2.5 Pemberian sanksi
Awig-awig pengelolaan sumber daya perikanan pantai juga telah mengatur jenis-jenis kegiatan yang termasuk dalam pelanggaran, pemberian denda dan
penegakkan sanksi, pelaksanaan sidang atas pelanggaran yang dilakukan, dan penyaluran denda. Jenis-jenis pelanggaran ini antara lain, penangkapan ikan dengan
bom dan potas, kegiatan penangkapan ikan yang melampaui batas zona penangkapan yang telah disepakati, kegiatan penangkapan ikan yang dilindungi, penggunaan
bagan tancap yang tidak sesuai dengan ketentuan yang disepakati, penggunaan lampu lebih dari yang telah ditentukan, kegiatan budidaya yang tidak sesuai dengan
ketentuan, pengambilan kerang dengan cara merusak lingkungan, dan kegiatan penebangan dan perusakan bakau, serta pengambilan pasir laut.
Denda yang diberikan disesuaikan dengan pelanggaran yang dilakukan oleh nelayan. Dari hanya yang berupa pengarahan bahwa kegiatan yang dilakukan telah
melanggar awig-awig yang ada, penyitaan alat tangkap dan sampan, sampai pada denda berupa uang. Jumlah denda berupa uang yang diberikan atas pelanggaran juga
disesuaikan dengan kondisi sumber daya perikanan dan kondisi nelayan lokal. Sebagai contoh, pada kawasan Sambelia dan kawasan Pringgebaya yang memiliki
perberdaan dalam pemanfaatan kawasan, pada pelanggaran yang sama yakni penebangan dan pengerusakan mangrove, jika dilakukan di kawasan Sambalia akan
dikenakan denda minimal Rp.200.000,00pohon dan diwajibkan melakukan penanaman mangrove sebanyak yang ditebang atau dirusak. Sedangkan, jika
pelanggaran dilakukan di sskawasan Pringgabaya denda hanya dikenakan minimal Rp.100.000,00pohon dan diwajibkan melakukan penanaman mangrove sebanyak
yang ditebang atau dirusak.
Penegakkan sanksi dilakukan melalui pelaksanaan sidang. Sidang ini dilakukan dengan pembetukan devisi pemutus dan devisi juri di setiap KPPL
Kawasan. Sidang dapat dilakukan dengan dua cara, yakni Sidang biasa dan Sidang luar biasa. Sidang biasa dilaksanakan jika pelanggaran dilakukan oleh nelayan lokal
pada kawasan di mana nelayan ini berasal. Sedangkan, sidang luar biasa dilaksanakan jika nelayan lokal melakukan pelanggaran di kawasan lain. Dengan
demikian, sidang biasa ini dilakukan oleh pengurus KPPL Kawasan di mana terjadi pelanggaran, sedangkan sidang luar biasa melibatkan dua atau lebih KPPL Kawasan.
Sampai saat ini, penegakkan sanksi banyak dilakukan melalui sidang biasa terutama pada pelanggaran atas penangkapan ikan dengan menggunakan bom dan
potas. Sedangkan, sidang luar biasa, masih menemui beberapa kendala, karena banyak pihak yang tidak terlibat dalam penegakkan sanksi turut serta danatau bukti
yang dikumpulkan kurang cukup membuktikan seorang nelayan telah melakukan pelanggaran. Sidang dapat dilaksanakan minimal telah ada dua alat bukti
pelanggaran, dan syarat ini yang sering memberatkan dalam pelaksanaan sidang, sehingga banyak pelanggaran yang tidak dapat diproses lebih lanjut dan pelanggar
hanya diberi pengarahan bahwa kegiatan yang dilakukan telah menyalahi peraturan awig-awig yang telah disepakati.
Denda yang terkumpul dari hasil sidang, berdasarkan awig-awig pengelolaan sumber daya perikanan pantai dimanfaatkan untuk kegiatan operasional KPPL
Kawasan, kegiatan sosial, dan perbaikan lingkungan. Tetapi sampai saat ini, penyaluran denda banyak dimanfaatkan untuk kegiatan sosial seperti pembangunan
masjid, sedangkan untuk kegiatan operasional KPPL Kawasan, dan untuk perbaikan lingkungan masih kurang mendapatkan perhatian.
5.5.2.6 Mekanisme Penyelesaian Konflik
Mekanisme penyelesaian konflik pada penelitian ini, dibatasi pada parameter jenis konflik dan penyelesaian konflik. Awig-awig pengelolaan sumber daya
perikanan pantai masih menitikberatkan kepada konflik dan penyelesaian konflik dalam pemanfaatan sumber daya perikanan, yakni dengan adanya pengaturan pada
zonasi penangkapan, zonasi untuk wilayah bagan tancap, dan budidaya, dan penyelesaian konflik dengan pelaksanaan sidang.