Hak Kepemilikikan Peraturan yang Disepakati

Data sekunder berupa peraturan-peraturan yang terkait pengelolaan sumber daya perikanan di Kabupaten Lombok Timur, data perikanan, dan data-data pendukung lainnya seperti kondisi topografi dan demografi kondisi umum lokasi penelitian diperoleh dari instansi-instansi yang terkait dengan penelitian ini, antara lain, Badan Pusat Statistik BPS, Badan Pusat Statistik BPS Kabupaten Lombok Timur, Kementerian Kelautan dan Perikanan KKP, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lombok Timur, dan hasil-hasil penelitian sebelumnya baik yang berupa tesis, desertasi, dan jurnal-jurnal nasional dan international.

3.2 Metode Analisis Data

Metode analisis data pada penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif yang merupakan adopsi dari kerangka analisis kelembagaan Institutional Analysis Develompent IAD yang dikembangkan oleh Ostrom et al. 1994 Gambar 2.1 dengan menyesuaikan kondisi di lapangan. Pada kerangka analisis kelembagaan IAD yang dikembangkan oleh Ostrom et al. 1994 terdapat tiga bagian analisis yakni: 1. Kondisi fisik sumber daya, kondisi masyarakat, dan peraturan yang disepakati Pada bagian pertama dalam penerapan kerangka analisis IAD ini dengan menganalisis kondisi fisik sumber daya, kondisi masyarakat, dan peraturan yang disepakati. Kondisi fisik sumber daya , menganalisis bagaimana karakteristik sumber daya alam dan lingkungan yang dimanfaatkan. Kondisi masyarakat, menganalisis karakteristik masyarakat teutama pemanfaat sumber daya alam dan lingkungan, yang biasanya merupakan masyarakat yang tinggal di sekitar sumber daya alam dan lingkungan berada. Peraturan yang disepakati, analisis peraturan, larangan dan sanksi yang disepakati bersama dalam mengakses, memanfaatkan dan mengelola sumber daya alam dan lingkungan. Pengaturan ini dapat berupa peraturan secara formal maupun informal Ostrom et al. 1994; Polsik dan Ostrom1999; Mokhahlane 2009. 2. Arena aksi Arena aksi pada kerangka analisis IAD ini merupakan inti dari analisis kelembagaan, prediksi-predeksi, dan penjelasan tentang perilaku dari pada aktor yang terlibat dalam kelembagaan. Arena aksi ini meliputi analisis situasi aksi dan aktor . Situasi aksi menganalisis kondisi sosial di mana para aktor saling berinteraksi, melakukan pertukaran barang dan jasa, penyelesaian permasalahan, dan perselisihan, dan beberapa kegiatan lain yang terjadi saat para aktor ini memanfaatkan sumber daya alam dan lingkungan. Aktor menganalisis bagaimana preferensi dan tindakan- tindakan yang dilakukan para aktor yang terlibat dalam siatuasi aksi Ostrom et al. 1994. 3. Hasil Bagian terakhir dari kerangka analisis IAD adalah hasil outcome. Bagian hasil menganalisis interaksi antara karakteristik sumber daya alam dan lingkungan, karakteristik masyarakat pemanfaat sumber daya alam dan lingkunga, peraturan yang disepakati, dan kondisi yang terjadi pada arena aksi. Biasanya lebih berbicara pada bagaimana akibat dari pelaksanaan kebijakan yang ada, apakah telah berjalan secara efisien efficiency baik secara ekonomi dan fiskal, berkeadilan equity, dapat dipertanggungjawabkan accountabity, dan berkelanjutan sustainability Ostrom et al. 1994; Polski dan Ostrom 1996. Kerangka analisis IAD Ostrom et al. 1994 ini, kemudian disesuaikan dengan kondisi pengelolaan sumber daya perikanan pantai di Kabupaten Lombok Timur seperti terlihat pada Gambar 3.2 dan Tabel 3.1. Kerangka analisis data pada penelitian ini terbagi menjadi tiga bagian, yakni analisis kelembagaan awig-awig, evaluasi dampak kelembagaan awig-awig, dan evaluasi implikasi kebijakan pengelolaan. Pada kerangka analisis ini, yang merupakan arena aksi adalah kelembagaan awig-awig pengelolaan sumber daya perikanan pantai. 1. Analisis kelembagaan awig-awig pengelolaan sumber daya perikanan pantai Analisis kelembagaan awig-awig ini merupakan adopsi dari bagian pertama dan kedua pada kerangka analisis IAD. Analisis kelembagaan awig-awig pengelolaan sumber daya perikanan pantai, berdasarkan pendekatan IAD dilakukan dengan menganalisis peraturan yang disepakati, situasi aksi, dan analisis aktor. a. Awig-awig pengelolaan sumber daya perikanan pantai Kabupaten Lombok Timur Bagian ini membahas tentang hasil analisis situasi aksi dan analisis aktor. Pada penelitian ini, dibatasi pada analisis aktor yang turut serta dalam kelembagaan awig- awig di Kabupaten Lombok Timur dan bagaimana tugas dan kewenangan dari para aktor, bagaimana para aktor ini melaksanakan tugas dan kewenangan yang ada. b. Peraturan yang disepakati Bagian ini membahas tentang hasil analisis peraturan yang disepakati, yang dilakukan dengan identifikasi dan analisis pada peraturan, larangan, dan sanksi dari awig-awig pengelolaan sumber daya perikanan pantai Lombok Timur apakah awig- awig pengelolaan sumber daya perikanan pantai Kabupaten Lombok Timur telah memenuhi kriteria pada “design principle” Ostrom 1990. Gambar 3.2 Kerangka penelitian dan analisis data Analisis kelembagaan awig-awig a. Situasi aksi dan Aktor b. Peraturan yang berlaku Parameter a. Peraturan, larangan dan sanksi yang disepakati b. Siapa saja yang berperan serta dalam kelembagaan c. Tugas dan wewenang setiap actors Evaluasi dampak kelembagaan awig-awig terhadap sumber daya perikanan pantai a. Kondisi sumber daya perikanan pantai b. Kondisi pemanfaat sumber daya c. Kondisi teknologi Parameter a. Produksi lestari b. Maximum sustainable yield MSY c. Produksi Aktual d. Rente lestari e. Rente aktual f. Degradasi dan depresiasi g. Efisiensi Sumber daya perikanan pantai Kabupaten Lombok Timur Kelembagaan awig-awig pengelolaan sumber daya perikanan pantai Evaluasi implikasi kebijakan pengelolaan sumber daya perikanan pantai a. Evaluasi hasil analisis kelembagaan awig-awig dan evaluasi dampak kelembagaan b. Rekomendasi perbaikan kelembagaan awig-awig Parameter Hasil analisis kelembagaan awig-awig dan evaluasi dampak kelembagaan awig-awig terhadap sumber daya perikanan