Nelayan bagan sampan DEA dengan nelayan pancing dan nelayan bagan sampan sebagai DMU

Ketidakefektifan peraturan yang disepakati ditandai dengan peraturan yang ada masih lemah dalam memberikan batas pengaturan seperti tidak adanya batas hari melaut, dan batas kepemilikan serta penggunaan alat tangkap. Batas pengaturan ini berkaitan dengan penggunaan teknologi dalam memanfaatkan sumber daya perikanan pantai yang ada. Ketidakefektifan kegiatan monitoring dan penegakkan awig-awig pengelolaan sumber daya perikanan pantai ini ditandai dengan adanya penurunan kualitas dan kuantitas dari kegiatan monitoring dan pengakkan, terutama saat awig-awig pengelolaan sumber daya perikanan pantai telah dibukukan pada tahun 2003. Di mana, kegiatan monitoring ini dilaksanakan patroli laut dengan menggunakan speed boat setiap sebulan sekali, tetapi saat ini, kegiatan hanya dilakukan di darat dan dibantu oleh nelayan lokal saat mereka melaut, sedangkan speed boat saat ini, hanya sebagai simbul bahwa KPPL Kawasan pernah berjaya dalam kegiatan patroli laut. Dan, nelayan lokal sendiri, beberapa melaporkan jika melihat adanya pelanggaran terhadap awig-awig, seperti penggunaan bom dan potas; tetapi beberapa nelayan lebih memilih tidak melaporkan dengan alasan demi keselamatan jiwa dan keberlanjutan kegiatan penangkapan mereka. Sehingga, ketidakefektifan kegiatan monitoring dan penegakkan awig-awig ini selain dipicu pada tingginya biaya operational kegiatan patroli laut, juga disebabkan karena tingginya resiko keselamatan jiwa. Hasil evaluasi dampak kelembagaan awig-awig terhadap sumber daya perikanan terlihat bahwa kelembagaan awig-awig pengelolaan sumber daya perikanan masih mengakibatkan sumber daya perikanan pantai tidak memberikan manfaat secara biologi dan ekonomi. Pada sisi biologi, keadaan ini terlihat bahwa dengan pengelolaan yang ada saat ini masih menunjukkan hasil produksi sumber daya perikanan pantai yang terus menurun yang diikuti peningkatan nilai upaya penagkapan; nilai produksi aktual ini telah melebihi nilai MSY; nilai laju degradasi dan laju depresiasi yang mendekati nilai ambang batas degradasi. Pada sisi ekonomi, ditandai dengan nilai upaya aktual penangkapan telah melebihi kondisi MEY dan MSY; nilai rente atau keuntungan dan nilai manfaat dari kegiatan penangkapan yang terus menurun atau dengan kata lain nelayan terus mengalami kerugian; dan penggunaan teknologi yang tidak efisien, di mana, nilai input upaya, ukuran kapal, ukuran mesin, dan tenaga kerja melebihi kemampuan input untuk mendapatkan per unit output hasil tangkapan. Hasil evaluasi implikasi kebijakan pengelolaan sumber daya perikanan pantai menunjukkan ketidakefektifan kelembagaan awig-awig pengelolaan sumber daya perikanan pantai di Kabupaten Lombok Timur ini dapat diperbaiki. Beberapa rekomendasi perbaikan pada proses pembentukan, peraturan yang disepakati, dan kegiatan monitoring dan penegakkan awig-awig dari hasil analisis pada penelitian ini seperti terlihat pada Tabel 7.2. Perbaikan proses pembentukan awig-awig pengelolaan sumber daya perikanan pantai . Sesuai kesepakatan bersama, awig-awig pengelolaan sumber daya perikanan pantai masih memungkinkan adanya perbaikan-perbaikan, baik pada segi isi peraturan yang disepakati maupun pada kepenguruan KPPL Kawasan yang merupakan lembaga informal yang bertugas dalam membuat, menerapkan, dan menegakkan awig-awig. Berdasarkan hasil analisis pada analisis kelembagaan dan evaluasi dampak kelembagaan awig-awig terhadap sumber daya perikanan perbaikan pada proses pemberntukan awig-awig ini dengan lebih melibatkan secara aktif masyarakat lokal terutama yang terlibat secara langsung pada kegiatan pemanfaatan sumber daya perikanan pantai seperti melibatkan nelayan budidaya, nelayan pengolah hasil perikanan, dan wanita nelayan. Tabel 7.2 Perbaikan kelembagaan awig-awig pengelolaan sumber daya perikanan pantai di Kabupaten Lombok Timur Perbaikan Awig-awig Pengelolaan Sumber Daya Perikanan Pantai Pelaksanaan Proses pembentukan awig-awig Meningkatkan peran nelayan lokal dalam kelembagaan awig- awig Nelayan tangkap membantu dalam mencarikan pakan alami untuk nelayan pembudidaya; danatau Nelayan tangkap bersama-sama nelayan pembudidaya mengembangkan usaha di bidang parawisata dengan melakukan kegiatan 1 hari keliling pantai one day trip Meningkatkan peran wanita nelayan dalam kelembagaan awig- awig Melibatkan secara aktif wanita nelayan dalam kepengurusan KPPL Kawasan Isi peraturan yang disepakati Pembatasan hari melaut Menanbahakan dalam peraturan awig-awig pengelolaan sumber daya perikanan pantai tentang pembatasan jumlah hari mereka melaut Pembatasan jumlah alat tangkap Menambahkan dalam peraturan awig-awig pengelolaan sumber daya parikanan pantai tentang pembatasan kepemilikan alat tangkap saat melakukan 1 satu kali kegiatan penangkapan Meningkatkan pemahaman akan sumber daya perikanan dan lingkungan Setiap warga yang melaksanakan pernikahan dan selamatan kelahiran, khitanan, dan kematian diwajibkan untuk menanam pohon mangrove, melakukan penebaran benih ikan, danatau turut dalam rehabilitasi terumbu karang yang ada; dan, setiap 1 minggu sekali atau setidaknya satu bulan sekali, dilaksankanan kegiatan bersih-bersih pantai, yakni dengan bersama-sama membersihkan pantai dari sampah-sampah terutama sampah plastik. Monitoring dan penegakkan awig-awig Meningkatkan peran kelembagaan formal Peningkatan peran kelembagaan formal seperti Pemerintah Daerah Lombok Timur, Pemerintah Propinsi, dan Pemerintah Pusat, serta dari lembaga pendidikan seperti Universitas Mataram dapat dilakukan dengan cara mendukung kelembagaan awig-awig baik dari segi pemberian informasi dan finansial melalui kegiatan pelatihan dan penyuluhan, serta bantuan berupa biaya operasional untuk kegiatan pengawasan, walaupun tidak berupa pemberian uang, tetapi dapat dilakukan dengan bekerja sama dan melibatkan pengurus KPPL Kawasan saat melakukan kegiatan pengawasan. Ketiga aktor ini juga memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam memanfaatkan sumber daya perikanan pantai di Kabupaten Lombok Timur. Seperti pada nelayan budidaya, terutama nelayan yang melakukan kegiatan budidaya laut banyak ditemukan di kawasan Teluk Ekas dan Teluk Serewe. Nelayan pengolah hasil perikanan ini banyak ditemukan di kawasan Pringgebaya. Sedangkan wanita nelayan ini banyak yang bekerja sebagai pengolah hasil perikanan dan pedagang ikan. Wanita nelayan ini sering membantu dalam memasarkan hasil tangkapan dari suami mereka. Pengutan isi peraturan yang disepakati , dengan memambahkan batasan hari melaut, batasan penggunaan alat tangkap, dan peningkatan pemahaman kondisi sumber daya perikanan dan lingkungan. Pembatasan hari melaut, dilakukan untuk mengurangi kelebihan input terutama pada kegiatan penangkapan yang dilakukan oleh nelayan pancing dan bagan sampan. Pembatasan jumlah hari ini, dapat dilakukan dengan menambahkan peraturan dalam awig-awig pengelolaan sumber daya perikanan pantai bahwa setiap nelayan diperbolehkan melaut dalam sebulan hanya beberapa hari saja dan di hari-hari tertentu, dilarang melakukan kegiatan penangkapan. Sampai saat ini, sebenarnya nelayan lokal hanya melaut selama 20-23 hari dalam sebulan, sehingga kebiasaan ini dapat ditambahkan dalam peraturan awig- awig, dan jika nelayan melanggar aturan ini, maka dikenakan denda dalam jumlah yang disesuaikan berdasarkan kesepakatan bersama. Selain itu, pembatasan hari melaut terutama untuk kegiatan penangkapan ini dapat dialihkan kepada kegiatan pariwisata, misalnya dengan menyewakan perahu untuk kegiatan sehari berkeliling perairan. Kegiatan ini telah dilakukan oleh nelayan lokal di kawasan Sambelia, di mana, saat mereka tidak melakukan kegiatan penangkapan, mereka menyewakan perahu mereka untuk kegiatan pariwisata, seperti berkeliling wilayah perairan pantai, mengunjungi beberapa pulau kecil, danatau mengantarkan para wisatawan untuk bersnorkling dan diving di kawasan Sambelia. Pembatasan jumlah alat tangkap, dilakukan untuk mengurangi kelebihan input terutama pada kegiatan penangkapan yang dilakukan oleh nelayan pancing dan bagan sampan. Pentingnya pembatasan kepemilikan alat tangkap ini karena sampai saat ini pengkontrolan akan kepemilikan alat tangkap ini belum dilakukan, sehingga tidak ada pengkontrolan akan alat tangkap yang diperbolehkan untuk digunakan oleh nelayan lokal dalam melakukan satu kali kegiatan penangkapan, yang menyebabkan nelayan dapat menggunakan lebih dari satu alat tangkap dalam melakukan satu kali penangkapan. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan pendataan dan monitoring pada nelayan lokal dan kepemilikan alat tangkap, dan saat ada pelanggaran akan batas kepemilikan alat tangkap ini, maka nelayan tersebut dikenakan denda sesuai dengan kesepatan dalam peraturan yang disepakati. Peningkatan pemahaman kondisi sumber daya perikanan dan lingkungan ini dapat dilakukan dengan menambahkan dalam peraturan dalam awig-awig pengelolaan sumber daya perikanan pantai tentang kewajiban terutama bagi masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir, saat mereka menyelenggarakan pernikahan danatau selamatan untuk melakukan penanaman mangrove, penebaran bibit ikan, danatau turut dalam program rehabilitasi terumbu karang. Dengan kewajiban ini, maka secara tidak langsung akan meningkatkan pemahaman masyarakat setempat akan pentingnya perawatan dan pelestarian sumber daya perikanan dan lingkungan. Selain itu, kegiatan bersih-bersih pantai yang dilakukan seminggu sekali atau bahkan sebulan sekali ini juga dapat membantu peningkatan pemahaman terhadap sumber daya perikanan dan lingkungan. Perbaikan k egiatan monitoring dan penegakkan awig-awig pengelolaan sumber daya perikanan pantai , dilakukan dengan meningkatkan peran serta dari lembaga formal terutama pemerintah daerah. Peningkatan peran lembaga formal ini seperti pemerintah daerah Kabupaten Lombok Timur, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lombok Timur, dan lebih melibatkan pula dari pihak keamanan seperti polisi air dan udara Kabupaten Lombok Timur danatau pihak kepolisian setempat. Hal ini, dikarenakan kelembagaan awig-awig yang ada saat ini masih menunjukkan ketergantungan yang tinggi terhadap lembaga formal, sehingga masih diperlukannya peran lembaga formal untuk memicu insentif dari kegiatan monitoring, pelaksanaan, dan penegakkan awig-awig pengelolaan sumber daya perikanan pantai, terutama dalam membantu penyediaan biaya operasional. Selain itu, sampai saat ini, nelayan lokal terutama yang tergabung dalam KPPL Kawasan masih menganggap bahwa dengan kertelibatan secara langsung pihak pemerintah, pelaksanaan dan penegakkan awig-awig pengelolaan sumber daya perikanan pantai lebih kuat secara hukum dan lebih dihormati oleh nelayan yang lain.

7.6 Simpulan