Mekanisme Penyelesaian Konflik Peraturan yang disepakati

Dengan: ∅ � = Laju Degradasi ℎ � = Produksi sustainable ℎ � = Produksi aktual Untuk laju depresiasi pada dasarnya sama dengan laju degradasi, hanya menggunakan parameter-parameter ekonomi, sebagai berikut: ∅ � = 1 1+ � �� �� 12 Dengan: ∅ � = Laju Depresiasi � � = Rente sustainable � � = Rente aktual

6.4.3 Efisiensi DEA

Analisis efisiensi dari teknologi yang digunakan oleh nelayan lokal Kabupaten Lombok Timur, pada penelitian ini, melalui pendekatan Data Envelopment Analysis DEA. Pendekatan ini berorientasi pada input dan output yang dikembangkan pertama kali oleh Charnes, Cooper, dan Rhode 1978 Fare et al. 2000. Anna 2003 dan Fauzi dan Anna 2005 menyatakan bahwa di dalam DEA, efisiensi diartikan sebagai target untuk mencapai efisiensi yang maksimum, dengan kendala relatif efisien seluruh unit tidak boleh melebihi 100. Secara matematis, efisiensi dalam DEA merupakan solusi dari persamaan : max � � = ∑ � � � �� � � ∑ � � � �� � � 13 Dengan kendala: ∑ � � � �� � � ∑ � � � �� � � ≤ 1 untuk setiap unit ke-j Dengan: � � = pembobotan untuk output � �� � = jumlah output � � = pembobotan untuk input � �� � = jumlah input Pemecahan masalah pemrograman matematis di atas akan menghasilkan nilai � � yang maksimal, sekaligus nilai bobot w dan v yang mengarah ke efisiensi. Jika, nilai = 1, unit ke-m tersebut dikatakan efisien relatif terhadap unit yang lain. Sebaliknya, jika nilai relatif lebih kecil dari 1, unit lain dikatakan lebih efisien relatif terhadap unit m, meskipun pembobotan dipilih untuk memaksimisasi unit m. 6.5 Hasil dan Pembahasan 6.5.1 Bioekonomi Surplus Produksi Sumber daya perikanan yang digunakan untuk analisis bioekonomi pada penelitian ini adalah jenis-jenis ikan demersal, yang dikenal dengan sebutan “demersalan” oleh nelayan lokal. Berdasarkan hasil observasi di lapangan, menunjukkan, ikan demersal yang banyak ditangkap adalah ikan cucut, kakap dan kerapu. Sumber daya ikan ini sesuai dengan kondisi wilayah perairan Kabupaten Lombok Timur yang berkarang dan landai. Sumber daya ikan ini memiliki daya gerak yang terbatas, yakni menghabiskan hampir setiap fase hidupnya di atau dekat dasar laut dan sumber daya ikan kakap dan kerapu melakukan fase bertelur pada wilayah perairan yang berkarang Hallacher 2003; WWF-Indonesia 2009; Mazurek 2011; Sudrajat 2011 Lampiran 5. Pemanfaat sumber daya perikanan pantai dan teknologi pada penelitian ini dibatasi pada nelayan lokal yang menggunakan sampan dan mesin tempel dengan alat tangkap pancing rawai dan bagan sampan yang melakukan kegiatan penangkapan di wilayah perairan pantai perairan laut yang lebarnya sampai dengan 4 mil dihitung dari garis pasang surut terendah di Kabupaten Lombok Timur. Nelayan ini dipilih karena mendominasi nelayan lokal Kabupaten Lombok Timur.

6.5.1.1 Estimasi Produksi Aktual Sumber Daya Ikan Demersal

Tahap awal analisis bioekonomi surplus produsen GS pada penelitian ini dengan melakukan dekomposisi estimasi produksi aktual sumber daya ikan demersal. Estimasi produksi aktual dilakukan dengan menghitung sharing produksi ikan cucut, kakap, dan kerapu dari alat tangkap pancing rawai dan bagan sampan Tabel 6.1; Gambar 6.1; dan Lampiran 6. Total sharing ikan demersal pada Tabel 6.1 menunjukkan telah terjadi penurunan nilai produksi dari alat tangkap pancing rawai dan bagan sampan. Sharing produksi tertinggi terjadi pada tahun 2004 dengan nilai 916,40 ton, sedangkan sharing produksi terendah pada tahun 2011 dengan nilai 160,11 ton. Secara keseluruhan, penurunan sharing produksi ini telah terjadi semenjak tahun 2005, dengan rata-rata nilai penurunan sharing produksi sebesar 85. Gambaran secara grafik akan pergerakan penurunan produksi aktual yang terjadi selama tahun 2002 –2011 dapat dilihat pada Gambar 6.1. Pergerakan produksi aktual dari alat tangkap bagan sampan tidak terlalu menunjukkan adanya perubahan yang terlalu besar. Penurunan pergerakan produksi dari alat tangkap pancing rawai terlihat lebih jelas terutama pada tahun 2004 menuju 2005. Tabel 6.1 Hasil estimasi produksi aktual sumber daya ikan demersal Tahun Produksi Aktual ton Sharing Sharing Bagan Total Sharing Pancing Rawai ton Sampan ton ton 2002 726,71 22,33 749,04 2003 878,36 33,00 911,36 2004 884,10 32,30 916,40 2005 392,28 10,05 402,33 2006 496,52 12,86 509,38 2007 424,98 12,02 437,00 2008 288,15 10,18 298,33 2009 248,75 7,44 256,19 2010 210,83 7,30 218,13 2011 155,56 4,55 160,11 Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lombok Timur 2002-2011, Data Diolah