Evaluasi Implikasi Efektivitas Kelembagaan Awig-Awig Pengelolaan Sumber Daya Perikanan Pantai di Kabupeten Lombok Timur

seperti di Kecamatan Jerowaru kondisi perairan lebih kepada teluk yang terlindungi, karena wilayah perairan berbatasan langsung dengan Samudera Hindia. Sedangkan pada wilayah perairan di Kecamatan Pringgabaya, Kecamatan Keruak, Kecamatan Sakra Timur, dan Kecamatan Labuhan Haji lebih diutamakan sebagai wilayah penangkapan dan penyeberangan dari pada wilayah budidaya. Potensi wilayah budidaya ikan air tawar di Kabupaten Lombok Timur hampir menyebar di seluruh Kecamatan. Budidaya ikan air tawar ini meliputi budidaya kolam, minapadi, dan karamba Tabel 4.7. Tabel 4.7 memperlihatkan pemanfaatan wilayah budidaya air tawar masih 23,83 dari total luas wilayah potensi yang ada, dengan pemanfaatan wilayah untuk kolam 16,38; minapadi 7,45; dan karamba 0,002 dari luas potensi wilayah yang ada. Jenis ikan yang dibudidayakan di kolam antara lain ikan mas 3,10 ton; ikan nilai 52,91 ton; ikan patin 0,50 ton; ikan gurami 2,40 ton; ikan bawal 0,40 ton; dan ikan lele 61,50 ton. Budidaya minapadi meliputi ikan mas 2,50 ton; dan ikan nilai 4,16 ton. Budidaya karamba meliputi ikan mas 3,10 ton; dan ikan nila 52,91 ton BKPM 2013. Potensi sumber daya perikanan lainnya yang dapat dikembangkan di Kabupaten Lombok Timur adalah ekosistem bakau mangrove, terumbu karang coral reef, dan lamun seagress. Luas ekosistem mangrove mencapai 1.589,82 ha yang tersebar di beberapa lokasi di Kabupaten Lombok Timur, seperti Kecamatan Jerowaru 364,81 ha; Kecamatan Keruak 40,00 ha; dan Kecamatan Sambelia 1.185,00 ha DKP Kabupaten Lombok Timur 2010. Potensi terumbu karang merata hampir di seluruh perairan laut di Kabupaten Lombok Timur yang berada pada kedalaman 8,0 –34,0 meter dengan perkiraan luas mencapai 321,04 km 2 . Kondisi ekosistem terumbu karang pada beberapa lokasi cukup memperihatinkan seperti pada perairan Labuhan Lombok, Sambelia, Labuhan Haji, dan Pemokong yang disebabkan oleh kegiatan pemanfaatan sumber daya perikanan yang tidak ramah lingkungan seperti penggalian terumbu karang untuk bahan kapur, dan penangkapan ikan dengan menggunakan bom dan potas. Walupun demikian, di beberapa lokasi seperti di Gili Sulat, Gili Lawang, Pantai Surga, Tanjung Ringgit, Sarewe, dan Teluk Sunut kondisi terumbu karang relatif masih baik DKP Kabupaten Lombok Timur 2010. Ekosistem lamun di wilayah perairan Kabupaten Lombok Timur termasuk kaya akan jenis, yakni hampir 11 jenis dari 12 jenis lamun yang ada di perairan Indonesia, dengan wilayah penyebaran di perairan Serewe, Teluk Ekas, Pijot, Gili Petagan, Gili Sulut, dan Gili Lawang DKP Kabupaten Lombok Timur 2010. Tabel 4.7 Potensi budidaya ikan air tawar Budidaya Ikan Luas Potensi Pemanfaatan Air Tawar Wilayah ha ha Kolam 1.771,35 805,57 16,38 Minapadi 3.138,00 366,25 7,45 Karamba 8,85 0,08 0,002 Jumlah 4.918,20 1.171,90 23,83 Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan, 2010

5. ANALISIS KELEMBAGAAN AWIG-AWIG PENGELOLAAN SUMBER DAYA PERIKANAN PANTAI DI KABUPATEN

LOMBOK TIMUR ABSTRAK Kelembagaan awig-awig merupakan norma, hukum adat, peraturan, larangan, dan sanksi yang tidak tertulis mengenai hubungan antar masyarakat yang berkembang di wilayah Bali dan Lombok. Di Kabupaten Lombok Timur, kelembagaan awig-awig diadopsi untuk mengelola sumber daya perikanan pantai melalui awig-awig pengelolaan sumber daya perikanan pantai. Pada bagian ini, penulis menfokuskan pembahasan hasil analisis kelembagaan awig-awig pengelolaan sumber daya perikanan pantai melalui pendekatan kerangka analisis Institutional Analyisis Development IAD dengan menganalisis situasi aksi, aktor, dan peraturan yang disepakati. Hasil analisis menunjukkan kelembagaan awig-awig sampai saat ini belum berjalan secara efektif yang ditandai dengan belum semua aktor yang memanfaatkan sumber daya perikanan pantai terlibat secara aktif dalam kelembagaan awig-awig pengelolaan sumber daya perikanan, peraturan yang disepakati masih lemah dalam memberikan batas pengaturan, dan resiko keselamatan jiwa yang tinggi pada kegiatan monitoring dan penegakkan awig-awig. Keadaan ini mengakibatkan masih ditemukan beberapa lokasi kegiatan penangkapan ikan dengan bom dan potas, serta hilangnya salah satu pulau kecil di wilayah perairan pantai Kabupaten Lombok Timur. Kata kunci: awig-awig, analisis kelembagaan IAD

5.1 Pendahuluan

Kelembagaan awig-awig merupakan kebijakan lokal berupa norma, hukum adat, peraturan, larangan, dan sanksi yang tidak tertulis mengenai hubungan antar masyarakat seperti perkawinan, pencurian dan lain sebagainya. Di Kabupaten Lombok Timur, awig-awig diadopsi untuk mengelola sumber daya perikanan pantai. Awig-awig pengelolaan sumber daya perikanan pantai yang berkembang di Kabupaten Lombok Timur ini diyakini merupakan perkembangan dari awig-awig yang diinisiasi oleh kelompok nelayan Nautilus yang berasal dari Desa Tanjung Luar Indrawasih 2008; dan Syaifullah 2009. Awig-awig yang diinisiasi oleh kelompok nelayan Nautilus ini dibuat untuk mengatasi permasalahan konflik wilayah, konflik alat tangkap, dan penurunan hasil tangkapan terutama pada cumi-cumi yang marak terjadi di wilayah perairan Kabupaten Lombok Timur terutama di wilayah perairan Desa Tanjung Luar. Awig- awig ini berupa anjuran dan pengarahan untuk tidak menggunakan alat tangkap yang merusak lingkungan seperti bom dan potas melalui kotbah di mesjid yang mengacu kepada kutipan-kutipan Al-Quran. Hal ini dilakukan, karena nelayan di Desa Tanjung Luar banyak yang beragama Islam. Selain kegiatan pengarahan, kelompok ini juga mengajak warga setempat untuk melakukan kegiatan penghijauan di sekitar