5.2 Karakteristik Habitat Bentik Komposisi
Komposisi persen tutupan substrat bentik di lokasi pengamatan cukup beragam antar stasiun pengamatan Lampiran 2. Secara rerata, persen tutupan
karang keras dan karang mati di stasiun pengamatan yang berada di daerah reservasi zona inti masing-masing adalah sebesar 36,2 dan 52,7, sedikit
lebih tinggi dibandingkan dengan stasiun pengamatan yang berada di daerah non- reservasi zona pemukiman yakni masing-masing sebesar 27,5 dan 50,8
Tabel 7 dan Gambar 8. Sebaliknya rerata persen tutupan komponen alga, fauna lain dan abiotik di stasiun pengamatan yang berada di daerah reservasi zona inti
masing-masing sebesar 1,6, 2,0 dan 7,5 lebih rendah dibandingkan dengan stasiun pengamatan yang berada di daerah non-reservasi zona pemukiman yakni
masing-masing sebesar 4,6, 3,1 dan 14,0 Tabel 7 dan Gambar 8. Namun demikian hasil uji-t menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan
tutupan komponen substrat bentik antara stasiun pengamatan di daerah reservasi dan non-reservasi Tabel 7.
Tabel 7 Karakteristik substrat bentik di daerah reservasi dan non-reservasi serta kesimpulan hasil uji-t
Benthic features Reserve
Non-reserve t-test
P0.05, df=6 Mean±SD
Mean±SD Cover composition
Hard coral 36.19±11.60
27.54±12.08 n.s
Dead coral 52.66±10.79
50.77±5.82 n.s
Algae 1.61±0.72
4.59±3.08 n.s
Other fauna 1.99±0.94
3.10±3.03 n.s
Abiotic 7.54±3.12
14.00±6.35 n.s
Diversity indices
S-genus 22.25±3.30
20.00±6.27 n.s
S-lifeform 10.00±0.00
9.00±1.15 n.s
H-genus 1.97±0.16
1.87±0.42 n.s
H-lifeform 1.81±0.12
1.63±0.21 n.s
Keterangan: n.s =not significantly different tidak berbeda nyata, SD=standar deviasi
10 20
30 40
50 60
70
Hard coral
Dead coral
Algae Other
fauna Abiotic
co v
e r
Reserve Non-reserve
10 20
30 40
50
T-Prmk U-Prm
S-Pgg B-Pgg
T-KAB B-KAB
U-Bld S-Bld
Tu tu
p an
Stasiun
DCA RDC
DCR
Gambar 8 Rerata tutupan kelompok substrat bentik di area reservasi dan non-
reservasi error bar = standar deviasi Kelompok karang mati terlihat mendominasi tutupan substrat bentik hampir
di semua stasiun pengamatan baik di daerah reservasi maupun non-reservasi Lampiran 2. Jika ditinjau lebih jauh terlihat bahwa komponen utama penyusun
kelompok karang mati adalah berupa patahan karang DCR dan karang mati beralga DCA Gambar 9 dan Lampiran 2.
Gambar 9 Persen tutupan komponen penyusun kelompok karang mati: karang
mati beralga DCA, karang mati baru RDC, karang mati berupa patahan DCR.
Persen tutupan karang keras tertingi ditemukan di barat P. KA Bira 52,74 yang masuk dalam zona inti sedangkan terendah ditemukan di utara P.
Pramuka 18,63 yang berada di zona pemukiman Lampiran 2. Kelompok karang keras dibagi dalam dua kategori lifeform, yakni Acropora dan Non-
Acropora. Selanjutnya lifeform Acropora dibagi menjadi 4 kategori dan lifeform
2 4
6 8
10 12
14 16
T-Prmk U-Prmk S-Pgg
B-Pgg T-KAB
B-KAB U-Bld
S-Bld
Tu tu
p an
Stasiun
ACB ACD
ACS ACT
Non-Acropora dibagi menjadi 7 kategori lihat Lampiran 2. Komposisi tutupan komponen penyusun lifeform Acropora dan Non-Acropora terlihat cukup
bervariasi di lokasi pengamatan Gambar 10 dan Gambar 11. Acropora bercabang ACB dan Acropora meja ACT terlihat mendominasi dan menjadi
komponen utama penyusun lifeform Acropora di seluruh lokasi pengamatan. Kondisi yang lebih variatif terlihat pada komponen penyusun lifeform non-
Acropora dimana karang daun CF, karang massif CM, karang kerak CE, karang submassif CS dan karang jamur CMR mendominasi di stasiun
pengamatan tertentu. Kelompok “alga” dibagi menjadi lima komponen, dimana persen tutupan
tertinggi ditemukan di timur P. Pramuka 8,36 yang berada di zona pemukiman, dan terendah ditemukan di selatan P. Belanda 0,89 yang terletak
di zona inti Lampiran 2. Kelompok “fauna lain” yang di dalamnya termasuk komponen karang lunak hadir di semua stasiun pengamatan dengan persen
tutupan tidak lebih dari 8 Lampiran 2. Kelompok “abiotik” yang terdiri dari komponen batu, pasir dan lumpur merupakan kelompok terakhir penyusun habitat
bentik di lokasi penelitian dan ditemukan pada kisaran persen tutupan 4,15 di utara P. Belanda hingga 21,18 di timur P. Pramuka Lampiran 2.
Gambar 10 Persen tutupan komponen penyusun lifeform Acropora: Acropora bercabang ACB, Acropora tabung ACD, Acropora submassif
ACS, Acropora meja ACT.
2 4
6 8
10 12
14 16
18 20
T-Prmk U-Prmk S-Pgg
B-Pgg T-KAB
B-KAB U-Bld
S-Bld
Tu tu
p an
Stasiun
CB CE
CF CM
CMR CS
CML
5 10
15 20
25 30
S-genus S-lifeform
H-genus H-lifeform
Reserve Non-reserve
Gambar 11 Persen tutupan komponen penyusun lifeform non-Acropora: karang bercabang CB, karang kerak CE, karang daun CF, karang
massif CM, karang jamur CMR, karang submassif, karang api CML.
Keanekaragaman Karang
Keanekaragaman karang di lokasi penelitian dilihat pada tingkat genus maupun lifeform dimana indikator yang digunakan adalah jumlah genus dan
lifeform S, serta indeks keanekaragaman Shannon H’.
Rerata nilai indikator keanekaragaman karang S dan H’ baik pada tingkat genus maupun lifeform pada stasiun pengamatan yang terletak di daerah reservasi
zona inti memiliki besaran yang sedikit lebih tinggi dibandingkan stasiun pengamatan yang berada di daerah non-reservasi zona pemukiman Tabel 7 dan
Gambar 12. Namun demikian, hasil uji-t terhadap indikator keanekaragaman karang H’ dan S menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan
keanekaragaman karang antara daerah reservasi dan non-reservasi Tabel 7.
Gambar 12 Rerata nilai indikator keanekaragaman karang di daerah reservasi
dan non-reservasi error bar = standar deviasi
5 10
15 20
25 30
T-Prmk U-Prmk S-Pgg B-Pgg
T-KAB B-KAB
U-Bld S-Bld
Ju m
lah
Stasiun
S genus S lifeform
Berdasarkan hasil pengamatan ditemukan 37 genera karang keras ordo Scleractinia dan 11 lifeform karang keras. Jumlah genus karang tertinggi
ditemukan di utara P. Pramuka 28 genus dan terendah di selatan P. Panggang dan barat P. Panggang 15 genus yang semuanya terletak di zona pemukiman.
Sementara, jumlah lifeform tertinggi 10 jenis ditemukan di 6 stasiun pengamatan sekaligus, yakni utara P. Pramuka, barat P. Panggang yang berada di zona
pemukiman, serta timur P. KA Bira, barat P. KA Bira, utara P. Belanda dan selatan P. Belanda yang terletak di zona inti, sedangkan jumlah terendah 8 jenis
ditemukan di 2 stasiun pengamatan yakni timur P. Pramuka dan selatan P. Panggang yang berada di zona pemukiman Gambar 13 dan Lampiran 2.
Gambar 13 Jumlah genus dan lifeform karang di stasiun pengamatan
Dari hasil penghitungan didapat nilai indeks keanekaragaman genus tertinggi 2,39 ditemukan di utara P. Pramuka dan terendah 1,47 di barat P.
Panggang yang keduanya berada di zona pemukiman, sedangkan nilai indeks keanekaragaman lifeform tertinggi 1,96 ditemukan di selatan P. Belanda yang
terletak di zona inti dan terendah 1,35 di selatan P. Panggang yang masuk dalam zona pemukiman Gambar 14 dan Lampiran 2.
Besar kecilnya nilai indeks keanekaragaman karang tidak ditentukan oleh besar kecilnya persen tutupan karang, tetapi lebih ditentukan oleh jumlah jenis
genus maupun lifeform karang serta merata tidaknya persen tutupan dari tiap genuslifeform karang yang ada. Hal ini dapat dilihat pada stasiun utara P.
Pramuka yang memiliki nilai tutupan karang terendah, akan tetapi memiliki nilai
0.00 0.50
1.00 1.50
2.00 2.50
3.00
T-Prmk U-Prmk S-Pgg B-Pgg
T-KAB B-KAB
U-Bld S-Bld
Stasiun
H genus H lifeform
indeks keanekaragaman genus karang yang lebih tinggi dibandingkan stasiun barat P. KA Bira yang memiliki persen tutupan karang tertinggi.
Gambar 14 Indeks keanekaragaman genus dan lifeform karang di stasiun
pengamatan.
5.3 Karakteristik Komunitas Ikan Kerapu 5.3.1 Hasil Sensus Visual