Implikasi Pengelolaan Kesimpulan Keanekaragaman dan kelimpahan ikan kerapu (Serranidae) do daerah reservasi (Zona inti) dan Non Reservasi (Zona Pemukiman) Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu, Jakarta

gunakan oleh Departemen Kehutanan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P. 56 Menhut-II2006 Tentang Pedoman Zonasi Taman Nasional. Gell and Roberts 2002 menekankan bahwa kunci untuk mendapatkan dampak manfaat dari sebuah reservasi adalah proteksi dilakukan di tempat dan waktu dimana spesies target sangat rentan terhadap aktivitas penangkapan. Banyak ikan karang konsumsi berkumpul dalam jumlah besar pada lokasi, musim dan fase bulan yang spesifik untuk memijah Sadovy 1996, termasuk jenis-jenis kerapu Claydon 2004. Pada umumnya lokasi dan waktu agregasi selalu tetap pada jangka waktu yang lama sehingga kumpulan ikan ini menjadi target yang mudah bagi aktivitas penangkapan musiman Sadovy 1997.

6.6 Implikasi Pengelolaan

Ada 2 hal pokok dari hasil penelitian ini yang berimplikasi pada saran dan rekomendasi bagi pengelolan perikanan kerapu di lokasi penelitian, yaitu: 1 upaya untuk menekan intensitas penangkapan melalui penutupan suatu kawasan akan berdampak signifikan terhadap peningkatan kelimpahan ikan kerapu di lokasi penelitian; 2 zona inti yang sudah ada cukup efektif dalam mempertahankan keanekaragaman dan kelimpahan ikan kerapu di dalam kawasan, namun relatif belum optimal. Berdasarkan hasil tersebut penelitian ini menyarankan 2 hal sebagai bagian dari upaya pengelolaan perikanan kerapu berbasis ekologi di perairan Kepulauan Seribu, yaitu: 1 Penguatan pengelolaan zona inti yang sudah ada untuk meningkatkan efektivitas zona inti dan memberikan dampak manfaat bagi komunitas dan habitat ikan kerapu, dengan cara: a Melakukan pengawasan secara intensif dan penegakan hukum secara tegas, seperti: melakukan patroli rutin dan menindak setiap pelanggaran yang terjadi dalam kawasan zona inti. b Melakukan sosialisasi dan penyadaran masyarakat, seperti: memasang papan pengumuman yang berisikan peta lokasi dan aturan yang berlaku dalam zona inti di sentra-sentra pemukiman nelayan, serta memasang tanda batas yang jelas di lokasi zona inti. c Melibatkan masyarakat dalam sistem pengelolaan, terutama dalam hal pengawasan. Pelibatan masyarakat dapat membantu keterbatasan pengelola taman nasional dalam hal sumberdaya dan anggaran. d Melakukan monitoring dan evaluasi secara berkala dan berkelanjutan untuk perbaikan pengelolaan di masa mendatang. 2 Mengidentifikasi dan memetakan lokasi dan waktu pemijahan massal spawning aggregation spesies kerapu sebagai salah satu dasar pertimbangan bagi pengelolaan perikanan kerapu di perairan Kepulauan Seribu. 7 KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

1. Komunitas ikan kerapu di daerah reservasi memiliki keanekaragaman dan kelimpahan yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan di daerah non- reservasi, sedangkan habitat bentik, baik komposisi tutupan maupun keanekaragaman karang tidak menunjukkan adanya perbedaan signifikan antara daerah reservasi dan daerah non-reservasi. 2. Kelimpahan ikan kerapu di lokasi penelitian lebih dipengaruhi oleh status perlindungan yang merepresentasikan tekanan penangkapan, sedangkan keanekaragaman ikan kerapu dipengaruhi oleh kondisi tutupan karang hidup. 3. Penetapan zona inti cukup efektif dalam menjaga keanekaragaman dan kelimpahan ikan kerapu, namun tidak efektif dalam menjaga kondisi terumbu karang sebagai habitat ikan kerapu.

7.2 Saran