Pengumpulan Data Habitat Bentik

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Pengumpulan Data Parameter Perairan Data parameter fisika-kima perairan diukur secara in-situ maupun melalui uji laboratorium. Data yang diukur secara in-situ meliputi: suhu dengan menggunakan thermometer, kecepatan dan arah arus masing-masing menggunakan floating drag dan kompas, serta kecerahan menggunakan secchi disk. Sementara data salinitas, kekeruhan, pH, ammonium, nitrat dan nitrit diukur melalui pengujian di laboratorium.

3.4.2 Pengumpulan Data Habitat Bentik

Data kondisi terumbu karang meliputi data keragaman dan persentase tutupan relatif genus dan bentuk pertumbuhan lifeform karang diambil dengan menggunakan metode yang merupakan kombinasi dan modifikasi transek garis Line Intercept TransectLIT English et al. 1997 dan transek kuadrat Rogers et al. 1994 dengan bantuan fotografi. Pada setiap stasiun pengamatan diletakkan transek garis dengan panjang transek 50 meter sejajar garis pantai dan dilakukan sebanyak dua kali ulangan pada dua kedalaman yang berbeda, yakni 2-3 meter yang mewakili kondisi perairan dangkal dan 7-10 meter yang mewakili kondisi perairan yang lebih dalam. Transek kuadrat berukuran 1 x 1 m diletakkan secara selang-seling setiap kelipatan 5 meter sepanjang garis transek, sehingga area yang dicakup untuk setiap titik pengamatan adalah sebesar 20 m 2 Gambar 4 dan untuk setiap stasiun pengamatan adalah 40 m 2 . Transek kuadrat dibuat dari PVC dengan ukuran 1 m x 1 m yang dibagi lagi menjadi 100 bagian yang lebih kecil menggunakan benang, sehingga satu bagian yang berukuran 10 cm 2 setara dengan 1 penutupan karang. Pengamatan didukung dengan pengambilan photo bawah air menggunakan transek kuadrat yang telah dirangkai dengan bingkai tetrapod Gambar 5. Data fotografi yang didapat menggunakan metode ini kemudian dianalisis menggunakan program CPCe coral point count with excel extensions versi 3.6 Kohler and Gill 2006, diidentifikasi pada level genus maupun lifeform bentuk pertumbuhan untuk mendapatkan persentase tutupan relatif karang. Komunitas dicirikan dengan menggunakan kategori “bentuk pertumbuhan” lifeform yang memberikan gambaran deskriptif morfologi komunitas karang. Penggolongan komponen dasar penyusun komunitas karang berdasarkan lifeform karang seperti disajikan dalam Tabel 4. Gambar 4 Posisi transek untuk pengamatan terumbu karang. Gambar 5 Bingkai tetrapod untuk fotografi tutupan karang modifikasi dari English et al. 1997. Tabel 4 Daftar penggolongan komponen dasar penyusun komunitas karang berdasarkan lifeform karang Kategori Kode Keterangan Dead Coral Recently dead coral RDC Baru saja mati, warna putih atau putih kotor Dead coral with alga DCA Karang ini masih berdiri, struktur skeletal masih terlihat Dead coral rubble DCR Karang mati berupa patahan karang Acropora Branching ACB Paling tidak 2 o percabangan. Memiliki axial dan radial oralit. Encrusting ACE Biasanya merupakan dasar dari bentuk acropora belum dewasa Submassive ACS Tegak dengan bentuk seperti baji Digitate ACD Bercabang tidak lebih dari 2 o Tabulate ACT Bentuk seperti meja datar Non- Acropora Branching CB Paling tidak 2 o percabangan. Memiliki radial oralit. Encrusting CE Sebagian besar terikat pada substrat mengerak Paling tidak 2 o percabangan Foliose CF Karang terikat pada satu atau lebih titik, seperti daun, atau berupa piring. Massive CM Seperti batu besar atau gundukan Submassive CS Berbentuk tiang kecil, kenop atau baji. Mushroom CMR Soliter, karang hidup bebas dari genera Heliopora CHL Karang biru Millepora CML Karang api Tubipora CTU Bentuk seperti pipa-pipa kecil Other Fauna Sofa Coral SC Karang bertubuh lunak Sponge SP Zoanthids ZO Others OT Ascidians, anemon, gorgonian, dan lain-lain Alga Alga assemblage AA Coralline alga CA Halimeda HA Macroalga MA Turf alga TA Abiotic Sand S Pasir Silt SI Pasir berlumpur Water W Air Rock RCK Batu Sumber: modifikasi dari English et al. 1997

3.4.3 Pengumpulan Data Komunitas Kerapu