Karakteristik Ikan Kerapu sebagai Ikan Karang

karang Luckhurst dan Luckhurst 1978; McManus et al. 1982. Risk 1972, Luckhurst dan Luckhurst 1978 juga mendapati tidak terdapat adanya korelasi yang signifikan antara komunitias ikan karang dan keanekeragaman habitat dan spesies karang. Luckhurst dan Luckhurst 1978 juga menunjukkan tidak terdapat korelasi antara kondisi karang hidup dan kelimpahan ikan yang hidup dan bersembunyi di kawasan terumbu karang. Chabanet et al. 1997 juga menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kelimpahan individu ikan karnivora dan ikan pemakan plankton dengan kompleksitas habitat. Beberapa faktor yang menyebabkan hasil yang berbeda untuk hubungan antara populasi ikan karang dan habitatnya adalah penggunaan kumpulan taksonomi dan kumpulan ikan yang berbeda serta keragaman metode yang digunakan. Selain itu, hubungan antara populasi ikan dan substrat juga berbeda diantara habitat dan kawasan karang serta kawasan biogeografi yang berlainan Chabanet et al. 1997; Gratwicke dan Speight 2005.

2.4 Karakteristik Ikan Kerapu sebagai Ikan Karang

Ikan kerapu merupakan jenis ikan karang yang hidup di perairan terumbu karang. Dalam perdagangan internasional jenis-jenis ikan kerapu dikenal dengan nama grouper. Terdapat sekitar 150 spesies ikan kerapu di seluruh dunia yang tersebar di berbagai tipe habitat. Dari seluruh spesies yang ada, ikan kerapu dikelompokkan dalam 7 genus dimana 3 diantaranya sudah berhasil dibudidayakan dan termasuk jenis komersial, yaitu genus Cromileptes, Plectropomus dan Epinephelus Ahmad 2002. Pada umunya ikan kerapu muda hidup di perairan karang pantai dengan kedalaman 0,5-3 m, selanjutnya menginjak dewasa beruaya ke perairan yang lebih dalam antara 7-40 m. Telur dan larva ikan kerapu macan bersifat pelagis, sedangkan yang individu muda dan dewasa bersifat demersal. Habitat favorit larva dan ikan kerapu muda adalah perairan pantai dengan dasar pasir berkarang yang banyak ditumbuhi padang lamun. Parameter lingkungan yang cocok untuk pertumbuhan ikan kerapu yaitu pada temperature 24-31 C, salinitas 30-33 ppt, kandungan oksigen terlarut 3,5 ppm dan pH 7,8-8. Perairan dengan kondisi seperti ini pada umumnya terdapat di perairan terumbu karang Lembaga Penelitian Undana 2006. Aktivitas mencari makan merupakan kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh semua jenis ikan baik dengan menggunakan indera penglihatan, perabaan maupun penciuman. Berdasarkan kebiasaan makan, secara garis besar ikan dapat diklasifikasikan sebagai ikan herbivora, omnivora dan karnivora Nybakken 1988. Ikan kerapu adalah termasuk jenis ikan karnivora dan cara makannya “menggerus”. Jenis ikan yang sering dimakan adalah ikan tembang, teri dan belanak. Pada umumnya ikan karnivora mempunyai gigi untuk menyergap, menahan dan merobek mangsa. Jari-jari tapis insangnya menyesuaikan untuk penahan, memegang, memarut dan menggilas mangsa. Ikan karnivora mempunyai lambung benar, palsu dan usus pendek, tebal dan elastic Effendie 2002. Kebanyakan jenis ikan komersial penting, termasuk jenis-jenis kerapu dan napoleon melakukan aktivitas reproduksi dalam suatu pemijahan massal spawning aggregation yang melibatkan puluhan hingga puluhan ribu individu Sadovy 1996. Pemijahan massal spawning aggregation adalah kelompok spesies ikan yang sama yang berkumpul untuk tujuan pemijahan, dimana denstitas dan jumlah ikan secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan densitas dan jumlah ikan di lokasi agregasi tersebut pada saat tidak dalam masa reproduksi Domeier Colin 1997. Banyak ikan karang konsumsi berkumpul dalam jumlah besar pada lokasi, musim dan fase bulan yang spesifik untuk memijah Sadovy 1996. Pada umumnya lokasi dan waktu agregasi selalu tetap pada jangka waktu yang lama sehingga kumpulan ikan ini menjadi target yang mudah bagi aktivitas penangkapan musiman Sadovy 1997. Jenis ikan kerapu umumnya merupakan hermaprodit protogyni Shapiro 1987 dalam Levin and Grimes 1991. Juvenil kerapu biasanya memiliki jenis kelamin betina, dan individu jantan terbentuk pada saat betina dewasa berubah kelamin Levin and Grimes 1991. Selanjutnya Levin and Grimes 1991 menjelaskan bahwa eksploitasi terhadap lokasi pemijahan massal akan berimplikasi secara nyata terhadap ekologi reproduksi ikan kerapu. Jika individu yang lebih tua dan berukuran besar lebih rentan terhadap penangkapan, maka proporsi jantan dalam populasi akan menurun. Hilangnya individu dewasa menyisakan individu muda yang belum memiliki pengalaman untuk melakukan pemijahan di lokasi pemijahan massal tradisional seperti dilakukan pendahulunya, sehingga lokasi pemijahan massal tersebut dapat menghilang pada akhirnya. Kalau pun lokasi pemijahan tersebut masih berfungsi, penurunan jumlah individu jantan menyebabkan keterbatasan sperma yang dapat mengganggu keberhasilan pemijahan Shapiro et al. 1994 dalam Levin and Grimes 1991. Reproduksi dan rekruitmen merupakan dua momen penting dan kritis dalam siklus hidup spesies ikan. Sering, dalam proses ini melibatkan perpindahan antara wilayah, dan beberapa spesies, melakukan migrasi ke daerah pemijahan utama SEAFDEC 2006. Kebanyakan populasi ikan kemudian menjadi rentan terhadap dampak aktivitas penangkapan yang beroperasi di daerah pemijahan spawning ground dan di daerah pengasuhan nursery ground dimana masing-masing terdapat stok induk dan juvenil yang melimpah.

2.5 Dampak Penangkapan terhadap Stok Ikan