Kepulauan Seribu semakin berada dalam resiko akibat dari ketidakpastian pengelolaan.
Dalam upaya perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistem di kawasan perairan Kepulauan Seribu,
termasuk keanekaragaman jenis karang dan berbagai biota laut, Pemerintah mengubah fungsi Kepulauan Seribu dari cagar alam laut menjadi taman nasional
laut melalui Keputusan Menteri Kehutanan No. 162Kpts-II1995 tanggal 21 Maret 1995. Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu TNL-KS kemudian
dikelola melalui sistem zonasi sesuai dengan ketentuan dalam Undang-undang No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya. Terdapat empat zona pengelolaan di kawasan TNL-KS Gambar 7, salah satunya adalah zona inti yang merupakan daerah reservasi alami yang
ketat. Zona inti di TNL-KS terdiri dari 3 area: Zona Inti I diperuntukkan bagi habitat alami penyu sisik, Zona Inti II bagi tempat bertelur penyu sisik, dan Zona
Inti III diperuntukkan bagi perlindungan ekosistem terumbu karang. Status tangkap lebih, terjadinya degradasi habitat serta adanya
ketidakpastian pengelolaan pada perikanan kerapu di perairan Kepulauan Seribu menyebabkan zona inti sebagai kawasan reservasi yang ada di TNL-KS memiliki
peran strategis dalam menopang produktivitas dan mencegah terjadinya kolaps perikanan kerapu di Kepulauan Seribu, baik melalui mekanisme limpahan
individu dewasa spillover maupun ekspor larva Russ 1991. Zona inti dapat berperan sebagai “oase” bagi produktifitas spesies target, mengingat statusnya
yang tertutup bagi aktifitas penangkapan. Namun demikian, seberapa besar peran tersebut tergantung dari sejauh mana efektivitas penetapan daerah reservasi itu
sendiri. Untuk mengetahui hal tersebut, maka salah satu informasi dasar yang diperlukan adalah informasi mengenai kondisi keanekaragaman dan kelimpahan
ikan kerapu di daerah reservasi dan di daerah tempat aktivitas penangkapan dan degradasi habitat berlangsung secara intensif sebagai perbandingan.
1.2 Perumusan Masalah
Kondisi pemanfaatan ikan kerapu di perairan TNL-KS seperti telah disinggung pada sub-bab sebelumnya telah berada pada taraf tangkap lebih,
sementara itu kondisi terumbu karang sebagai habitat ikan kerapu terus mengalami degradasi terutama disebabkan oleh faktor antropogenik. Perikanan
kerapu di perairan Kepulauan Seribu semakin terancam mengalami kolaps akibat belum adanya kebijakan pengendalian terhadap upaya maupun hasil tangkapan
oleh nelayan. Zona inti sebagai kawasan reservasi memiliki peran strategis dalam menopang produktivitas dan menghambat terjadinya kolaps pada perikanan
kerapu di Kepulauan Seribu, namun hal ini tergantung dari efektivitas penetapan zona inti itu sendiri. Untuk itu, beberapa pertanyaan penelitian research question
yang sekaligus menjadi permasalahan dalam penelitian ini perlu dijawab, yaitu: 1. Bagaimana karakteristik komunitas dan habitat ikan kerapu di daerah
reservasi zona inti dan di daerah tempat berlangsungnya aktivitas penangkapan dan degradasi habitat secara intensif?
2. Faktor apakah yang mempengaruhi kelimpahan dan keanekaragaman ikan kerapu di lokasi penelitian?
3. Apakah penetapan daerah reservasi efektif ditinjau dari perspektif perikanan kerapu?
1.3 Kerangka Pikir Penelitian
Sumberdaya ikan kerapu berada dalam ekosistem terumbu karang yang kompleks, yang komponen di dalamnya saling berinteraksi membentuk
keseimbangan ekologi. Secara garis besar, komponen tersebut terdiri dari lingkungan biofisik perairan, terumbu karang dan komunitas ikan kerapu itu
sendiri. Oleh karena itu, suatu pengelolaan perikanan kerapu yang baik harus mempertimbangkan adanya keseimbangan antara ketiga komponen tersebut.
Untuk mengetahui karakteristik komunitas dan habitat ikan kerapu di daerah reservasi zona inti yang merupakan representasi dari kondisi perairan
yang masih alami dan daerah non-reservasi zona pemukiman yang merupakan respresentasi dari kondisi perairan tempat penangkapan berlebih dan degradasi
habitat terjadi, serta untuk melihat efektifitas zona inti dalam perspektif perikanan kerapu, maka penelitian difokuskan pada tiga komponen data dan informasi,
yaitu: 1 kondisi ikan kerapu, 2 kondisi habitat bentik terumbu karang, dan 3 kondisi parameter lingkungan perairan.
Karakteristik komunitas dan habitat ikan kerapu di masing-masing zona dianalisis untuk mengetahui keterkaitan antara kondisi ikan kerapu dengan habitat
dan mengetahui efektivitas penetapan zona inti. Berdasarkan analisis keterkaitan kondisi ikan kerapu dengan habitat dapat diketahui faktor utama yang
mempengaruhi keanekaragaman dan kelimpahan ikan kerapu di lokasi penelitian. Penilaian terhadap efektivitas zona inti berdasarkan pada karakteristik komunitas
maupun habitat ikan kerapu di zona inti dan zona pemukiman. Hasil analisis keterkaitan kondisi ikan kerapu dengan habitat dan hasil penilaian efektivitas
penetapan zona
inti dijadikan
sebagai dasar
dalam merumuskan
saranrekomendasi pengelolaan berbasis ekologi bagi perikanan kerapu di lokasi penelitian dengan mempertimbangkan kondisi parameter lingkungan perairan.
Kerangka pikir yang digunakan dalam penelitian ini selengkapnya seperti disajikan dalam bagan alir pada Gambar 1 berikut.
Gambar 1 Bagan alir kerangka pikir penelitian.
Perairan TNL-KS
Komunitas habitat ikan
kerapu Kondisi ikan kerapu
keanekaragaman
kelimpahan Kondisi habitat bentik
penutupan keanekaragaman
Analisis karakteristik komunitas ikan kerapu
Saran pengelolaan - Tangkap lebih
- Degradasi habitat
Daerah non-reservasi
Daerah reservasi
Analisis karakteristik habitat bentik
Faktor luar Analisis hubungan
kondisi ikan kerapu dan kondisi habitat
Efektivitas daerah reservasi
Kondisi lingkungan perairan parameter fisika
-kimia perairan Analisis kondisi perairan
- F=0 - Degradasi habitat=0
Pendekatan penelitian yang telah dirumuskan selanjutnya diuraikan dalam sebuah alur penelitian seperti disajikan dalam Gambar 2. Penelitian dimulai
dengan melakukan studi literatur yang berkaitan dengan pengelolaan perikanan di dunia, di Indonesia dan di lokasi penelitian, khususnya informasi dan hasil-hasil
penelitian yang berhubungan dengan perikanan kerapu. Berdasarkan studi literatur tersebut, selanjutnya permasalahan dan tujuan penelitian dirumuskan sebagai
dasar dalam melaksanakan penelitian.
Gambar 2 Bagan alir alur penelitian.
Tahap berikutnya adalah dilakukannya studi lapang untuk memperoleh data dan informasi tentang kondisi riil sumberdaya ikan kerapu dan habitat bentik
serta kondisi parameter lingkungan perairan. Studi lapang dilakukan melalui teknik observasi bawah air, survei trip penangkapan serta pengukuran terhadap
parameter lingkungan perairan. Data hasil studi lapang kemudian ditabulasi dan
Mulai
Studi Literatur
Tabulasi Pengolahan
Data Studi
Lapang - Kondisi ikan kerapu
- Kondisi habitat bentik - Kondisi parameter lingkungan
Penarikan Kesimpulan
Selesai
- Observasi bawah air - Survei trip penangkapan
- Pengukuran parameter lingkungan perairan
Rekomendasi saran
pengelolaan Analisis
Data Deskripsi
Hasil - Karakteristik kerapu habitat bentik
- Hubungan kerapu vs habitat - Efektivitas ekologi daerah reservasi zona inti
diolah untuk kemudian dilakukan analisis. Analisis data yang dilakukan terdiri dari: 1 Analisis karakteristik komunitas ikan kerapu di masing-masing zona; 2
Analisis karakteristik habitat bentik di masing-masing zona; 3 Analisis hubungan kondisi ikan kerapu dan habitat, untuk mengetahui faktor yang
mempengaruhi keberadaan ikan kerapu; serta 4 Analisis efektivitas daerah reservasi zona inti. Hasil analisis tersebut kemudian dideskripsikan sebagai hasil
penelitian untuk kemudian dilakukan penarikan kesimpulan yang disajikan sebagi rekomendasi dan saran bagi pengelolaan berbasis ekologi bagi pemanfaatan ikan
kerapu secara berkelanjutan di lokasi penelitian. 1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi karakteristik komunitas dan habitat ikan kerapu di daerah
reservasi zona inti dan non-reservasi zona pemukiman TNL-KS. 2. Menganalisis faktor yang mempengaruhi kelimpahan dan keanekaragaman
ikan kerapu di lokasi penelitian. 3. Menganalisis efektivitas daerah reservasi zona inti ditinjau dari perspektif
perikanan kerapu.
1.5 Manfaat Penelitian