-1.0 -0.5
0.0 0.5
1.0
Size abundance 20-25 cm Total abundance
Size abundance 15-20 cm Diversity H
Number of species Size abundance 5-10 cm
Size abundance 10-15 cm Size abundance 25-30 cm
dd index
-1.0 -0.5
0.0 0.5
1.0
Size abundance 20-25 cm Total abundance
Size abundance 15-20 cm Diversity H
Number of species Size abundance 5-10 cm
Size abundance 10-15 cm Size abundance 25-30 cm
dd index
-1 -0.5
0.5 1
By catch indtrip CPUE indtrip
CPUE kgtrip Length cm
Number of spesies
dd index
-1 -0.5
0.5 1
By catch indtrip CPUE indtrip
CPUE kgtrip Length cm
Number of spesies
dd index
Kelompok 1 Sensus visual Penangkapan
Kelompok 2 Sensus visual Penangkapan
Gambar 25 Hasil analisis kelompok berdasarkan variabel komunitas ikan kerapu dari hasil sensus visual dan penangkapan menggunakan bubu.
Histogram menunjukkan nilai index dd untuk masing-masing variabel
5.5 Hubungan Ikan Kerapu dengan Kondisi Habitat
Koefisien korelasi digunakan untuk melihat derajat keterkaitan antara variabel ekologi komunitas ikan kerapu dan habitat. Variabel komunitas kerapu
yang dilibatkan adalah: kelimpahan N, jumlah spesies S dan indeks keanekaragaman
H’ yang merupakan nilai rerata pengamatan bulan Mei dan Juni, sedangkan untuk habitat adalah persen tutupan karang hidup, indeks
keanekaragaman genus, indeks keanekaragaman lifeform karang dan status perlindungan habitat. Hasil analisis korelasi selengkapnya disajikan dalam Tabel
12. Dari besaran nilai koefisien korelasi terlihat bahwa terdapat hubungan yang
sangat erat rs=0,88 dan sangat signifikan P0,01 antara status perlindungan habitat dengan densitas ikan kerapu indha. Selain itu, juga terlihat adanya
hubungan yang cukup erat dan cukup signifikan antara persen tutupan karang hidup dengan jumlah spesies ikan kerapu rs=0,69; P=0,06, dan indeks
keanekaragaman ikan kerapu rs=0,64; P=0,09. Tabel 12 Korelasi antara variabel komunitas kerapu dan variabel habitat
menggunakan Spearman Rank Correlation Coefficient rs
Habitat variables Grouper variables
Density D
Number of species S
Shannon index H
rs P
rs P
rs P
live coral cover 0.57
0.14 0.69
0.06 0.64
0.09
H-coral genus 0.22
0.61 0.12
0.78 0.02
0.96 H-coral lifeform
0.42 0.30
-0.05 0.91
-0.10 0.82
Protection status
0.88 0.004
0.61 0.11
0.44 0.28
6 PEMBAHASAN
6.1 Variasi Parameter Fisika-kimia Perairan
Kondisi parameter-fisika kimia perairan sangat berperan dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan, sekaligus menjadi faktor pembatas kehidupan
biota karang dan ikan karang. Biota karang sebagai habitat ikan kerapu dapat mentolerir suhu tahunan maksimum sebesar 36-40
C dan suhu minimum 18 C;
sedangkan salinitas perairan dimana karang dapat hidup adalah pada kisaran 27- 40 ‰ dengan kisaran optimum untuk pertumbuhan karang adalah 34-36‰
Nybakken 1988; Thamrin 2006. Sementara, parameter lingkungan yang cocok untuk pertumbuhan ikan kerapu yaitu, suhu berkisar antara 24-31
C dan salinitas berkisar antara 30-
33‰ Lembaga Penelitian Undana 2006. Kedua nilai parameter ini berdasarkan hasil penelitian, baik di daerah reservasi maupun non-
reservasi masih berada dalam kisaran yang sesuai bagi pertumbuhan dan perkembangan biota karang dan ikan kerapu.
Peranan sirkulasi air arus dalam suatu perairan sangat penting bagi organisme yang hidup di dalamnya, termasuk bagi biota karang dan ikan karang.
Peranan utama arus bagi organisme perairan adalah berhubungan dengan penyediaan oksigen dan makanan Thamrin 2006. Bagi biota karang, penyuplai
nutrient terbesar berasal dari zooxanthellae, namun arus diperlukan karang dalam memperoleh makanan dalam bentuk zooplankton dan oksigen serta dalam
membersihkan permukaan karang dari sedimen Thamrin 2006. Bagi biota ikan, pergerakan air merupakan salah satu faktor fisika yang berperan dalam proses
rekruitmen yakni pada tahap penyebaran larva pelagik di perairan laut Cowen 1991. Hasil pengukuran di lokasi penelitian menunjukkan terdapatnya pergerakan
arus yang cukup dan cenderung mengarah ke barat. Hal ini berkaitan erat dengan angin musim tenggara dan angin musim timur yang berlangsung pada saat
dilakukannya pengambilan data. Cahaya matahari diperlukan karang dalam proses fotosintesis alga
simbiotik zooxhantella yang merupakan penyuplai utama kebutuhan hidup karang Thamrin 2006 . Kedalaman penetrasi sinar matahari mempengaruhi kedalaman
pertumbuhan karang hermatipik sehingga diduga hal ini juga mempengaruhi
penyebarannya Sukarno 1977. Penetrasi sinar matahari sangat dipengaruhi oleh kondisi kecerahan dan kekeruhan. Intensitas cahaya yang masuk ke dalam
perairan akan semakin besar dan semakin dalam bila perairan memiliki tingkat kecerahan yang tinggi Thamrin 2006, sebaliknya akan semakin kecil dan
semakin dangkal bila perairan memiliki tingkat kekeruhan yang tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kecerahan dan kekeruhan masih berada
dalam kisaran yang layak bagi pertumbuhan biota karang sesuai dengan baku mutu air laut yang ditetapkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup Kepmen. LH
No. 512004 tentang Baku Mutu Air Laut yakni masing-masing sebesar 5m dan 5 NTU, sehingga dapat disimpulkan bahwa cukup tersedia cahaya matahari
untuk berlangsungnya fotosintesis bagi kelangsungan hidup hewan karang. Nilai kecerahan di daerah reservasi terlihat lebih tinggi dibandingkan dengan di daerah
non-reservasi. Hal ini diduga berkaitan erat dengan letak daerah reservasi yang lebih jauh dari daratan utama teluk Jakarta dan lokasi pemukiman sebagai
sumber sedimentasi dan padatan tersuspensi yang sangat mempengaruhi kecerahan suatu perairan.
Derajat keasaman pH air adalah faktor lain yang ikut mempengaruhi pertumbuhan biota perairan. Menurut baku mutu yang ditetapkan oleh
Kementerian Lingkungan Hidup, kisaran pH air laut bagi biota adalah 7-8,5. Sementara, Lembaga Penelitian Undana 2006 menyimpulkan bahwa kisaran pH
yang cocok bagi pertumbuhan ikan kerapu adalah 7,8-8, tidak berbeda jauh dengan hasil pengukuran di lokasi penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan kecenderungan lebih tingginya kandungan ammonium di zona pemukiman non-reservasi dibandingkan dengan di zona inti
reservasi. Hal ini dimungkinkan karena tingginya buangan limbah organik di perairan kedua pulau yang terletak di zona pemukiman. Sumber buangan limbah
organik tersebut diduga terutama berasal dari sisa pakan ikan bandeng di karamba yang ada di Gosong Pramuka dan sisa pakan dari karamba jaring apung yang
banyak terdapat di Pulau Panggang, serta buangan limbah rumah tangga dari kedua pulau yang memiliki jumlah penduduk cukup padat.
Secara umum, hasil pengukuran terhadap parameter fisika-kimia perairan menunjukkan variasi yang relatif kecil dan homogen antar stasiun pengamatan
serta masih berada dalam kisaran yang layak bagi pertumbuhan biota karang dan ikan karang.
6.2 Variasi Karakteristik Habitat Bentik