Kondisi Geo-Ekologis dan Oseanografi

4 KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

4.1 Letak Geografis dan Administratif

Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu TNL-KS merupakan salah satu kawasan pelestarian alam perairan di Indonesia yang terletak lebih kurang 46 km di sebelah utara kota Jakarta. Secara geografis, kawasan TNL-KS terletak pada posisi antara 5 24´ - 5 45´ LS dan 106 25´ - 106 40´ BT sedangkan secara administratif, kawasan ini berada di tiga kelurahan, yaitu Kelurahan Pulau Panggang, Pulau Kelapa dan Pulau Harapan, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta. TNL-KS ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor. 6310 Kpts-II2002 tanggal 13 Juni 2002 tentang Penetapan Kawasan Pelestarian Alam Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu Seluas 107.489 hektar yang terletak di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu. Jumlah pulau yang berada di kawasan TNL-KS berjumlah 76 buah dimana dari jumlah tersebut tercatat 20 buah yang telah dikembangkan sebagai pulau wisata, 6 buah pulau yang dihuni penduduk dan sisanya dikuasai perorangan atau badan usaha.

4.2 Kondisi Geo-Ekologis dan Oseanografi

Kawasan TNL-KS merupakan kawasan perairan laut dangkal dengan kedalaman berkisar antara 0-40 m. Beberapa jenis bentuk lahan dasar laut yang terdapat di Kepulauan Seribu pada umumnya berkomposisi sebagai berikut : 1. Tubir adalah lereng luar terumbu karang yang menghadap ke laut lepas dengan topografi kemiringan yang sangat miring hingga terjal, walaupun ada juga yang relatif landai. 2. Gudus adalah tumpukan pecahan batu karang yang berada di bingkai luar terumbu karang yang kadang-kadang membentuk bongkahan sehingga timbul pada saat air laut surut. Keberadaan gudus merupakan bentukan lahan yang labil dan sangat dipengaruhi oleh ombak dan arus yang kuat pada musim barat dan musim timur. 3. Mintakat karang, pada umumnya merupakan hamparan batu karang dan pecahan batu karang. 4. Rataan karang dan pasir, merupakan hamparan karang dan pasir yang umumnya cukup luas dengan variasi kedalaman antara 2 – 40 meter, maupun jenis substrat campuran antar pecahan batu karang dengan material pasir. 5. Rataan pasir, merupakan hamparan terluas di dalam terumbu karang dengan komposisi butiran pasir yang berasal dari hancuran batu karang yang kasar, sedang dan halus. Gradasi ukuran hancuran karang adalah sebagai berikut : pada tingkat awal masih besar berada di tepi terumbu, semakin bergeser ke tengah atau dalam terumbu menjadi butiran kecil yang disebut pasir rubel dan seterusnya menjadi rataan pasir. 6. Goba adalah cekungan atau basin yang umumnya terletak di dalam atau tengah terumbu karang dan terbentuk secara alami oleh sifat pertumbuhan karang yang lebih cepat pada bagian luar. Dalam jangka panjang goba dapat teramcam penuh dengan bahan sedimentasi berupa pasir maupun material lainnya. 7. Mikro atol adalah suatu tipe pertumbuhan karang di dalam terumbu yang membentuk sub sistem unik tersendiri. 8. Pulau cay adalah bentukan lahan darat yang paling tua di dalam pembentukan terumbu karang sehingga tumbuh vegetasi darat dan cocok untuk pemukiman maupun kawasan wisata. Pertumbuhan pulau sangat dipengaruhi oleh sistem akumulasi material pembentuk yang pada umumnya pasir yang dibawa dan diendapkan oleh arus dan ombak. Pulau-pulau yang berada di dalam kawasan TNL-KS bertopografi landai dengan ketinggian 1-2 m di atas permukaan air laut. Sedangkan kawasan perairannya merupakan daerah perairan laut dangkal dengan kedalaman sampai 40 m dengan kontur permukaan dasar laut pada umumnya landai beraturan. Wilayah Kepulauan Seribu merupakan ekosistem yang memiliki hamparan terumbu karang coral reef yang cukup luas dan relatif datar yang jarang ditemui di tempat lain di Indonesia. Karang di Kepulauan Seribu seluruhnya merupakan tipe karang tepian fringing reef. Kawasan ini memiliki keanekaragaman hayati karang yang tinggi, meliputi 67 genera dan subgenera yang mencakup paling sedikit 123 spesies karang. Kerusakan karang di sekitar pulau pemukiman lebih banyak diakibatkan oleh eksploitasi batu karang dan pasir, penggunaan potassium, sedimentasi dasar laut dan kontaminasi disposal limbah sedangkan kerusakan terumbu karang akibat pengeboman ikan terkonsentrasi di gosong-gosong dan perairan pulau-pulau peristirahatan. Beberapa pulau yang tutupan karangnya relatif masih baik antara lain Pulau Peteloran Barat dan Pulau Peteloran Timur, Pulau Kayu Angin Bira dan Gosong Rengat yang perairannya terklasifikasi sebagai Zona Inti Taman Nasional. Pulau-pulau di kawasan TNL-KS termasuk dalam tipe iklim tropis yang dipengaruhi oleh 2 dua musim yaitu Musim Barat dan Musim Timur. Pada kedua musim ini terjadi arus dan gelombang disertai tiupan angin yang kuat hal ini berpengaruh terhadap bentuk pulau- pulau di Kepulauan Seribu membujur dari barat ke timur. Musim barat berlangsung dari bulan Desember sampai dengan . bulan Maret. Pada musim ini, angin berhembus kencang dan arus kuat bergerak dari barat daya sampai barat laut disertai hujan yang cukup deras. Kecepatan ,angin mencapai 0,7-20 knotjam. Akibat arus yang kuat kejernihan air laut menjadi berkurang. Kecepatan arus dapat mencapai 4-5 knotjam dengan tinggi gelombang dapat mencapai 2 meter. Musim timur berlangsung dari bulan Jun i sampai dengan September. Angin bertiup dari arah timur laut sampai dengan tenggara dengan kecepatan 0,7-15 knotjam. Musim peralihan terjadi antara bulan April sampai dengan bulan Mei, dan dari bulan Oktober sampai dengan bulan Nopember. Keadaan laut pada musim peralihan ini berubah-ubah tetapi relatif cukup tenang. Selain itu, di kalangan nelayan juga dikenal beberapa musim angin yang menentukan bagus atau tidaknya untuk pergi melaut http:www.pulauseribu.net, yaitu: - Musim Daya Laut Merupakan musim yang baik untuk melaut. Karena pada musim daya laut yang terjadi sekitar Oktober-November, kondisi alam cukup bersahabat. Pada musim ini, biasanya sejumlah ikan seperti ikan manyung, kembung, selar, teri, dan tongkol sangat mudah ditemui. - Musim Barat Daya Biasanya pada musim ini angin bertiup dari arah barat daya ke arah timur laut melewati pulau-pulau dengan kecepatan yang sangat kencang badai, masyarakat lokalmenyebutnya dengan istilah angin barat daya. Musim ini biasanya terjadi sekitar awal tahun baru, yaitu bulan November-Januari. Nelayan setempat, meyebut musim ini sebagai musim paceklik karena banyak nelayan yang tidak berani melaut. - Musim Timur Musim ini biasanya terjadi mulai Juni-Agustus. Musim timur, biasanya angin bertiup kencang mulai pagi hingga malam hari dengan iringan badai dan gelombang laut yang besar. Pada musim ini, ketinggian gelombang bisa mencapai 1-2 meter. Karena gelombang tinggi, beberapa nelayan menjalankan aktifitasnya pada malam hari dengan alat pancing. - Musim Tenggara Musim ini terjadi sepanjang bulan Mei. Merupakan musim yang paling dibenci para warga Kepulauan Seribu, karena saat ini biasanya beberapa perairan dipenuhi beragam sampai dari daratan. Tak heran, masyarakat setempat menyebut musim tenggara dengan musim sampah. Mengikuti arah angin tenggara, beberapa sampah mulai sampah rumah tangga hingga limbah pabrik memenuhi pesisir dari daratan Jakarta dan Tangerang. Kondisi cuaca di perairan Kepulauan Seribu sangat khas dimana tidak terbentuk awan serta sering diselimuti kabut, hal ini menyebabkan intensitas penyinaran matahari yang lebih kuat disertai kelembaban udara yang tinggi. Keadaan curah h u j a n b u l a n a n b e r v a r i a s i s e k i t a r 1 0 0 - 4 0 0 m m p a d a m u s i m b a r a t , d a n 50-100 mm pada musim timur , suhu udara rata-rata berkisar 28˚-32˚C.

4.3 Keragaan Perikanan Tangkap Kerapu di Kepulauan Seribu