Keragaan Perikanan Tangkap Kerapu di Kepulauan Seribu

- Musim Barat Daya Biasanya pada musim ini angin bertiup dari arah barat daya ke arah timur laut melewati pulau-pulau dengan kecepatan yang sangat kencang badai, masyarakat lokalmenyebutnya dengan istilah angin barat daya. Musim ini biasanya terjadi sekitar awal tahun baru, yaitu bulan November-Januari. Nelayan setempat, meyebut musim ini sebagai musim paceklik karena banyak nelayan yang tidak berani melaut. - Musim Timur Musim ini biasanya terjadi mulai Juni-Agustus. Musim timur, biasanya angin bertiup kencang mulai pagi hingga malam hari dengan iringan badai dan gelombang laut yang besar. Pada musim ini, ketinggian gelombang bisa mencapai 1-2 meter. Karena gelombang tinggi, beberapa nelayan menjalankan aktifitasnya pada malam hari dengan alat pancing. - Musim Tenggara Musim ini terjadi sepanjang bulan Mei. Merupakan musim yang paling dibenci para warga Kepulauan Seribu, karena saat ini biasanya beberapa perairan dipenuhi beragam sampai dari daratan. Tak heran, masyarakat setempat menyebut musim tenggara dengan musim sampah. Mengikuti arah angin tenggara, beberapa sampah mulai sampah rumah tangga hingga limbah pabrik memenuhi pesisir dari daratan Jakarta dan Tangerang. Kondisi cuaca di perairan Kepulauan Seribu sangat khas dimana tidak terbentuk awan serta sering diselimuti kabut, hal ini menyebabkan intensitas penyinaran matahari yang lebih kuat disertai kelembaban udara yang tinggi. Keadaan curah h u j a n b u l a n a n b e r v a r i a s i s e k i t a r 1 0 0 - 4 0 0 m m p a d a m u s i m b a r a t , d a n 50-100 mm pada musim timur , suhu udara rata-rata berkisar 28˚-32˚C.

4.3 Keragaan Perikanan Tangkap Kerapu di Kepulauan Seribu

Perikanan kerapu cukup memegang peranan penting dalam aktivitas perikanan di perairan Kepulauan Seribu, mengingat jenis-jenis kerapu, terutama jenis lodi memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi. Disamping itu, keberadaan ikan kerapu di alam relatif tidak mengenal musim. Alat tangkap yang biasa digunakan oleh nelayan kepulauan seribu untuk menangkap ikan karang konsumsi termasuk kerapu adalah muro-ami mini lokal: jaring kongsi, pancing ulur kotrek, bubu dan jaring cebur. Selain itu, untuk jenis ikan karang tertentu seperti kerapu dan napoleon, metode penangkapan dengan menggunakan obat bius potassium masih sering dijumpai karena permintaan pasar untuk jenis ikan tersebut adalah dalam keadaan hidup. Namun demikian, alat tangkap utama bagi perikanan kerapu di kepulauan seribu adalah bubu dan pancing dasar. Alat tangkap bubu sendiri terdiri dari beberapa jenis, diantaranya: 1 bubu darat, yakni bubu yang terbuat dari bahan bambu dan dioperasikan di perairan yang dangkal dekat intertidal daerah pasang surut; 2 bubu tarik, yakni jenis bubu yang sering dioperasikan di dekat gobah, pengoperasiannya dengan cara dilempar ke laut dan pada saat diangkat ditarik dengan menggunakan tali yang dikaitkan ke bubu; dan 3 bubu kompresor, yakni jenis bubu yang biasanya dibuat dari bahan galvanis, dengan dimensi panjang 85 cm, lebar 65 cm dan tinggi 25 cm lihat lampiran. Perahu yang digunakan oleh nelayan yang menggunakan alat tangkap bubu kompresor adalah kapal motor berukuran kecil. Jumlah nelayan yang mengoperasikan alat tangkap ini umumnya 3-4 orang dan biasanya diantara nelayan tersebut masih memiliki hubungan kekeluargaan. Metode pengoperasian bubu ini adalah dengan menyelam dengan menggunakan bantuan kompresor, biasanya bubu diletakkan pada kedalaman 15-20 m dimana kedalaman tersebut merupakan batas kedalaman maksimum tumbuhnya terumbu karang. Di satu titik penangkapan biasanya dipasang 3 unit bubu yang berjarak 7-10 meter satu sama lainnya, dalam 1 trip penangkapan biasanya dilakukan pemasangan pada 3-4 titik. Setelah itu, bubu biasanya dibiarkan selama 2-3 hari sebelum diangkat. Bubu kompresor merupakan jenis bubu yang menjadikan kerapu sebagai target utama, terutama jenis kerapu sunulodi yang memiliki nilai ekonomi cukup tinggi. Daerah operasi bubu kompresor nelayan Pulau Panggang biasanya di sekitar P. Panggang, P. Pramuka, P. Peniki, Karang Congkak, Karang Bongkok, Karang Lebar, P. Opak, P. Tidung, P. Pamegaran dan perairan lain yang tidak terlalu jauh dari Pulau tersebut karena trip penangkapan biasanya dilakukan secara harian one day fishing. Musim penangkapan dilakukan sepanjang tahun, namun musim banyak ikan biasanya terjadi pada bulan Oktober sampai dengan bulan Januari, sedangkan musim paceklik terjadi pada bulan Juli sampai Agustus. Ikan kerapu yang tertangkap selalu diupayakan dalam keadaan hidup, karena bernilai jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi mati. Sebagian nelayan yang memiliki alat tangkap bubu telah melakukan kerjasama dengan pengumpul kerapu hidup di Kepulauan Seribu, hal ini bertujuan untuk meningkatkan nilai jual ikan kerapu dengan ukuran yang lebih besar. Harga ikan hidup yang dijual tergantung pada jenis dan ukuran ikan. Ukuran ikan dikategorikan menjadi 3 ukuran, yaitu: ukuran S berat 0,3 kgekor, ukuran M berat 0,3-1,2 kgekor dan ukuran L berat 1,2 kgekor. Ikan berukuran M dijual berdasarkan jumlah berat dikalikan harga per kilo-nya, sedangkan nilai jual ikan berukuran S dan L adalah berdasarkan jumlah ekor dikali harga jual per ekor-nya. Jenis alat tangkap lain yang umum digunakan untuk menangkap kerapu adalah pancing ulur lokal: kotrek. Jenis pancing ini biasanya dioperasikan di perairan pantai pada kedalaman 5 m atau lebih. Konstruksi pancing terdiri dari tali pancing utama yan gterbuat dari benang sintetik snar dan mata pancing yang dilengkapi dengan umpan alam seperti potongan ikan atau udang. Dalam satu tali pancing utama dilengkapi dengan satu atau dua mata pancing. Pengoperasian pancing ini biasanya dilakukan pada siang hari. Perahu yang digunakan mulai dari perahu tanpa motor sampai perahu motor yang berkekuatan rendah.

4.4 Status Pengelolaan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu