Pengumpulan Data Komunitas Kerapu

Tabel 4 Daftar penggolongan komponen dasar penyusun komunitas karang berdasarkan lifeform karang Kategori Kode Keterangan Dead Coral Recently dead coral RDC Baru saja mati, warna putih atau putih kotor Dead coral with alga DCA Karang ini masih berdiri, struktur skeletal masih terlihat Dead coral rubble DCR Karang mati berupa patahan karang Acropora Branching ACB Paling tidak 2 o percabangan. Memiliki axial dan radial oralit. Encrusting ACE Biasanya merupakan dasar dari bentuk acropora belum dewasa Submassive ACS Tegak dengan bentuk seperti baji Digitate ACD Bercabang tidak lebih dari 2 o Tabulate ACT Bentuk seperti meja datar Non- Acropora Branching CB Paling tidak 2 o percabangan. Memiliki radial oralit. Encrusting CE Sebagian besar terikat pada substrat mengerak Paling tidak 2 o percabangan Foliose CF Karang terikat pada satu atau lebih titik, seperti daun, atau berupa piring. Massive CM Seperti batu besar atau gundukan Submassive CS Berbentuk tiang kecil, kenop atau baji. Mushroom CMR Soliter, karang hidup bebas dari genera Heliopora CHL Karang biru Millepora CML Karang api Tubipora CTU Bentuk seperti pipa-pipa kecil Other Fauna Sofa Coral SC Karang bertubuh lunak Sponge SP Zoanthids ZO Others OT Ascidians, anemon, gorgonian, dan lain-lain Alga Alga assemblage AA Coralline alga CA Halimeda HA Macroalga MA Turf alga TA Abiotic Sand S Pasir Silt SI Pasir berlumpur Water W Air Rock RCK Batu Sumber: modifikasi dari English et al. 1997

3.4.3 Pengumpulan Data Komunitas Kerapu

Data komunitas kerapu meliputi jenis, kelimpahan dan distribusi ukuran ikan kerapu dikumpulkan dengan menggunakan metode sensus visual bawah air underwater visual censusUVC, selain itu juga dikumpulkan data jenis, jumlah dan ukuran ikan kerapu hasil tangkapan, termasuk jumlah ikan hasil tangkapan sampingan by catch melalui trip penangkapan alat tangkap bubu. Metode UVC menggunakan bantuan transek garis sepanjang 50 m English et al. 1997. Prosedur yang digunakan dalam metode ini adalah: - Menyiapkan daftar spesies ikan kerapu yang umum dijumpai di lokasi studi berdasarkan hasil survei pendahuluan dan referensi terdahulu. - Roll meter 50 m dibentangkan sejajar garis pantai, menunggu beberapa saat untuk memberi kesempatan pada ikan untuk terbiasa dengan kehadiran penyelam. - Penyelam berenang lambat setengah meter di atas substrat sepanjang transek 50 m sambil mencatat spesies, kelimpahan dan ukuran ikan kerapu yang dijumpai dengan jangkauan pengamatan sebelah kiri dan kanan masing-masing sejauh 2.5 m Gambar 6, sehingga area yang dicakup dalam satu titik pengamatan ikan kerapu adalah seluas 250 m 2 . - Di setiap stasiun dilakukan sebanyak dua kali ulangan pengamatan pada dua kedalaman yang berbeda, yakni 2-3 meter yang mewakili kondisi perairan dangkal dan 7-10 meter yang mewakili kondisi perairan yang lebih dalam. Dengan demikian area yang dicakup dalam satu stasiun pengamatan adalah seluas 500 m 2 . - Pengamatan dilakukan pada rentang waktu pukul 9 pagi hingga pukul 3 sore untuk menghindari terjadinya bias akibat perubahan perilaku ikan kerapu. Gambar 6 Metode sensus visual bawah air ikan karang underwater visual census English et al. 1997. Data aktivitas penangkapan ikan kerapu didapat dengan mengikuti trip penangkapan kerapu menggunakan alat tangkap bubu kompresor Lampiran 8. Trip penangkapan dilakukan sebanyak 3 kali untuk setiap titik penangkapan sepanjang bulan Juni dan Agustus 2009. Pemasangan bubu dilakukan pada kedalaman 15-20 m. Pada setiap dititik terdapat 3 unit bubu dengan jarak antar bubu sekitar 7-10 meter. 3.5 Analisis Data 3.5.1 Komunitas Ikan Kerapu