kematian akibat penangkapan sering terjadi secara efektif pada individu berukuran besar dan lebih tua pada suatu populasi sebagian besar karena banyak alat tangkap
dirancang untuk secara selektif menangkap ikan ukuran tersebut, sehingga dengan demikian penangkapan berdampak pada struktur ukuran dan umur populasi.
6.4 Keterkaitan Karakteristik Habitat dan Komunitas Kerapu
Hasil analisis kelompok terhadap variabel komunitas kerapu menunjukkan bahwa stasiun pengamatan menunjukkan kemiripan berdasarkan status
perlindungan, berbeda dengan hasil analisis kelompok terhadap variabel habitat bentik yang menunjukkan pengelompokan stasiun pengamatan berdasarkan
kemiripan kualitas habitat bentik. Hal ini mengindikasikan bahwa status perlindungan berperan penting dalam menentukan kondisi komunitas ikan kerapu
di lokasi penelitian. Hasil analisis korelasi selanjutnya menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang kuat dan signifikan antara kelimpahan ikan kerapu dengan
status perlindungan. Selain itu terdapat juga korelasi yang cukup kuat dan cukup signifikan antara tutupan karang hidup dengan jumlah spesies dan indeks
keanekaragaman ikan kerapu. Hasil ini mengantarkan pada kesimpulan bahwa kelimpahan ikan kerapu di lokasi penelitian lebih dipengaruhi oleh status
perlindungan yang merepresentasikan perbedaan tekanan penangkapan, sedangkan keanekaragaman ikan kerapu dipengaruhi oleh kondisi tutupan karang hidup.
Beberapa penelitian sebelumnya menyimpulkan hasil yang sama dengan penelitian ini Tuya et al. 2000; May 2003; Starr et al. 2004; Unsworth et al. 2007;
dan Chabanet et al. 1997. Tuya et al. 2000 menemukan bahwa lokasi studi menunjukkan kemiripan yang lebih besar berdasarkan status perlindungan
dibandingkan dengan variabel lain, dan menyimpulkan bahwa tekanan penangkapan merupakan penyebab utama menurunnya populasi spesies target di
San Juan Islands, Washington. May 2003 juga menemukan bahwa aktivitas penangkapan menjadi penyebab utama penurunan jumlah ikan piscivore dan ikan
komersial di sekitar lokasi studi di Pulau Kaledupa, Wakatobi. Sementara itu, Starr et al. 2004 menyimpulkan bahwa karakteristik habitat hanya menjelaskan 4 dari
keragaman densitas ikan di daerah reservasi Central California, USA. Senada dengan hal ini, Unsworth et al. 2007 di Taman Nasional Laut Wakatobi
menemukan bahwa tidak terdapat hubungan antara kelimpahan kerapu dengan karakteristik habitat bentik. Walaupun spesies kerapu dipengaruhi oleh kualitas dan
kompleksitas habitat, namun terdapat variabel lain yang berpengaruh lebih kuat, yakni tekanan penangkapan. Sementara, Chabanet et al. 1997 menemukan bahwa
variabel substrat bentik karang di Reunion Island , Laut Hindia berkorelasi erat dengan kekayaan spesies dan keanekaragaman ikan karang.
Berbeda dengan hasil penelitian ini, Edgar and Barret 1997 menyimpulkan bahwa lokasi studi di reservasi laut Tasmania menunjukkan
kemiripan yang lebih besar berdasarkan parameter abiotik dibandingkan dengan status perlindungan. Sejalan dengan itu, Friedlander et al. 2003 mencatat bahwa
ekspos gelombang, tutupan karang hidup dan kompleksitas habitat menjadi parameter lingkungan yang penting secara ekologi bagi kelompok ikan karang di
Hawaii dan parameter ini harus dipertimbangkan dalam mendesain reservasi laut di masa mendatang. Sementara, Kamukuru et al. 2004 menemukan bahwa terdapat
peningkatan signifikan kelimpahan dan biomassa ikan dengan meningkatnya kompleksitas dan tutupan karang keras di Mafia Island Marine Park, Tanzania.
Beberapa faktor yang menyebabkan hasil yang berbeda untuk hubungan antara populasi ikan karang dan habitatnya adalah penggunaan kumpulan
taksonomi dan kumpulan ikan yang berbeda serta keragaman metode yang digunakan. Selain itu, hubungan antara populasi ikan dan substrat juga berbeda
diantara habitat dan kawasan karang serta kawasan biogeografi yang berlainan
Chabanet et al. 1997; Gratwicke dan Speight 2005.
6.5 Efektivitas Ekologi Zona Inti