Produktivitas Susu Pemasaran Susu

antara kelahiran pertama dan jarak kelahiran berikutnya harus diupayakan tidak lebih dari satu tahun. Hal ini dapat diatur atau dijadwalkan dengan mempertimbangkan data-data teknis sebagai berikut: 1 Lama birahi kira-kira 18 jam. 2 Siklus birahi selalu terulang kembali pada setiap 21 hari sekali. 3 Masa laktasi 10 bulan = 305 hari. 4 Masa kering delapan minggu dua bulan. 5 Lama kebuntingan lebih kurang sembilan bulan = 280 hari. Masa kering adalah masa-masa dimana sapi yang sedang berproduksi dihentikan pemerahannya untuk mengakhiri masa laktasi. Masa kering bertujuan untuk mempersiapkan induk yang akan melahirkan kembali dalam kondisi tubuh yang kuat, sehat, dan produksi susu yang lebih tinggi. Masa kering sebagai masa istirahat dan persiapan untuk melahirkan kembali, minimal memerlukan waktu selama 6-8 minggu. Selama masa kering dimaksudkan agar tubuh induk dapat mengisi kembali vitamin-vitamin dan mineral untuk kebutuhan induk sendiri sehingga akan memberikan jaminan kelangsungan produksi susu tetap baik dan bahkan dapat meningkat. Masa laktasi adalah masa sapi sedang berproduksi. Sapi mulai berproduksi setelah melahirkan anak. Kira-kira setengah jam setelah melahirkan, produksi susu sudah keluar. Saat itulah disebut masa laktasi dimulai. Namun sampai dengan 4-5 hari yang pertama produksi susu tersebut masih berupa kolostrum yang tidak boleh dikonsumsi manusia. Tetapi kolostrum tersebut khusus untuk pedet, karena kandungan zat-zatnya sangat sesuai untuk pertumbuhan dan kehidupan awal. Masa laktasi dimulai sejak sapi itu berproduksi sampai masa kering tiba. Masa laktasi tersebut berlangsung selama 10 bulan atau kurang lebih 305 hari, setelah dikurangi hari-hari untuk memproduksi kolostrum. Dengan demikian semasa yang berlangsung 309 hari ini diawali dengan produksi kolostrum 4-5 hari, sehingga produksi susu biasa berlangsung 305 hari.

5.3.6 Produktivitas Susu

Produktivitas susu dapat dikaitkan dengan tingkat produksi peternak, di Desa Cibeureum itu sendiri produktivitas susu yang dihasilkan hanya berada pada angka 14 liter per hari, sedangkan tingkat produksi masih sanggup untuk ditingkatkan hingga mencapai minimal angka 17 liter per hari. Menurut Sudono 1999, perbedaan produktivitas pada ternak tersebut dipengaruhi oleh bangsa atau rumpun sapi, lama masa bunting, masa laktasi, besar sapi, estrus atau birahi, selang beranak calving interval, tatalaksana pemberian pakan dan proses pemerahan serta penanganannya. Produktivitas susu di Indonesia tergolong rendah, karena faktor cuaca, dan produktivitasnya berkisar antara 3-10 liter per hari. Gambar 8. Kurva Puncak Produksi Susu pada Sapi Laktasi Sumber : Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dan JICA 2007

5.3.7 Pemasaran Susu

Para peternak di Desa Cibeureum mengandalkan Koperasi Giri Tani sebagai satu – satunya tempat untuk menampung susu yang mereka hasilkan dalam bentuk susu segar, untuk kemudian dikirimkan ke PT. Cisarua Mountain Dairy atau yang lebih dikenal dengan Cimory. Kebutuhan yang besar dari cimory per tahunnya, menjadikan produksi peternak dipacu untuk terus ditingkatkan, dan produktivitas pun dengan sendirinya terus ditingkatkan.

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Analisis Usahatani

Analisis usahatani yang digunakan pada penelitian ini membahas dari segi penerimaan usahatani, biaya usahatani dan pendapatan usahatani. Selain itu menganalisis nilai imbangan dari usahatani yang dilakukan oleh peternak responden menggunakan analisis RC rasio.

6.1.1 Analisis Penerimaan Usahatani

Soekartawi et.al 1986 menjelaskan bahwa penerimaan usahatani farm receipt didefinisikan sebagai nilai uang yang diterima dari penjualan produk usahatani. Penelitian ini hanya membahas penerimaan dari usahaternak sapi perah laktasi dengan umur sapi antara 3 – 8 tahun atau laktasi pertama hingga laktasi kelima. Produksi susu merupakan faktor penentu besarnya penerimaan peternak maka penerimaan tiap peternak akan berbeda, hal tersebut dikarenakan kuantitas dan kualitas dari susu yang dihasilkan oleh peternak itu sendiri yang berbeda – beda, namun range harga yang berada di Koperasi Giri Tani merupakan range harga terbaik di Jawa Barat. PT. Cimory selaku konsumen utama mampu dan berani membayar lebih mahal dari koperasi susu tersebut dibandingkan koperasi susu sejenis, harga susu segar sapi perah yang diberikan koperasi kepada peternak sebesar Rp 3.600 per liter. Koperasi menikmati potongan penjualan dari tiap peternak berdasarkan persentase sesuai kontrak dengan PT. Cimory, koperasi menerima harga Rp 3.800 per liter dari Cimory sehingga koperasi mendapatkan margin keuntungan sebesar Rp 200 per liter. Pada dasarnya harga yang ditetapkan oleh konsumen melalui koperasi tergantung dari standar vet yang dihasilkan susu tersebut, semakin tinggi nilai vet yang terdapat pada susu maka semakin rendah harga yang diberikan untuk hasil per liter, hal tersebut dikarenakan apabila jumlah vet tinggi menunjukkan semakin tinggi perkembangan bakteri yang terdapat didalam susu. Harga yang diberikan oleh konsumen PT. Cimory merupakan salah satu harga pembelian susu tertinggi di Indonesia, tentunya diimbangi dengan kualitas susu yang baik. Berikut