Analisis Penerimaan Usahatani Analisis Usahatani

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Analisis Usahatani

Analisis usahatani yang digunakan pada penelitian ini membahas dari segi penerimaan usahatani, biaya usahatani dan pendapatan usahatani. Selain itu menganalisis nilai imbangan dari usahatani yang dilakukan oleh peternak responden menggunakan analisis RC rasio.

6.1.1 Analisis Penerimaan Usahatani

Soekartawi et.al 1986 menjelaskan bahwa penerimaan usahatani farm receipt didefinisikan sebagai nilai uang yang diterima dari penjualan produk usahatani. Penelitian ini hanya membahas penerimaan dari usahaternak sapi perah laktasi dengan umur sapi antara 3 – 8 tahun atau laktasi pertama hingga laktasi kelima. Produksi susu merupakan faktor penentu besarnya penerimaan peternak maka penerimaan tiap peternak akan berbeda, hal tersebut dikarenakan kuantitas dan kualitas dari susu yang dihasilkan oleh peternak itu sendiri yang berbeda – beda, namun range harga yang berada di Koperasi Giri Tani merupakan range harga terbaik di Jawa Barat. PT. Cimory selaku konsumen utama mampu dan berani membayar lebih mahal dari koperasi susu tersebut dibandingkan koperasi susu sejenis, harga susu segar sapi perah yang diberikan koperasi kepada peternak sebesar Rp 3.600 per liter. Koperasi menikmati potongan penjualan dari tiap peternak berdasarkan persentase sesuai kontrak dengan PT. Cimory, koperasi menerima harga Rp 3.800 per liter dari Cimory sehingga koperasi mendapatkan margin keuntungan sebesar Rp 200 per liter. Pada dasarnya harga yang ditetapkan oleh konsumen melalui koperasi tergantung dari standar vet yang dihasilkan susu tersebut, semakin tinggi nilai vet yang terdapat pada susu maka semakin rendah harga yang diberikan untuk hasil per liter, hal tersebut dikarenakan apabila jumlah vet tinggi menunjukkan semakin tinggi perkembangan bakteri yang terdapat didalam susu. Harga yang diberikan oleh konsumen PT. Cimory merupakan salah satu harga pembelian susu tertinggi di Indonesia, tentunya diimbangi dengan kualitas susu yang baik. Berikut dapat dilihat pada Tabel 22 mengenai rata-rata penerimaan peternak responden di Desa Cibeurem Tahun 2011. Tabel 22 . Rata – Rata Penerimaan Peternak Responden di Desa Cibeureum Bulan Juni Tahun 2011 No Jenis Penerimaan Jumlah Harga Rp Total Rp 1 Penjualan Susu koperasi 67860 3600 244.296.000 Rata - Rata penerimaan peternak 6.786.000 Pada Tabel 22 terlihat bahwa total penerimaan peternak responden di Desa Cibeureum mencapai angka Rp 244.296.000, jumlah angka hasil analisis ini tidak terlepas dari bervariasinya jumlah liter susu yang dihasilkan, yang berasal dari populasi besar sapi yang terdistribusi kepada para peternak, dengan rata-rata penerimaan per peternak sebesar Rp 6.786.000. Tingkat rata-rata penerimaan peternak ini belum mencerminkan pendapatan peternak secara keseluruhan setelah dibagi dengan pengeluaran, karena tingkat penerimaan peternak tersebut hanya berasal dari penjualan susu sapi perah, dan untuk melihat pendapatan peternak perlu dikaji lebih dalam dengan menganalisis struktur biaya usahatani, karena tiap peternak tidak seluruhnya memiliki jumlah sapi laktasi yang sama, populasi sapi laktasi tentu saja menentukan jumlah liter yang dihasilkan dan berdampak kepada jumlah penerimaan yang didapat. Populasi sapi laktasi yang terdapat pada penelitian ini mulai dari yang sedikit yaitu berjumlah 1 ekor hingga populasi sapi laktasi terbanyak yaitu 15 ekor. Hal ini tentu memberikan dampak terhadap jumlah liter yang dihasilkan.

6.1.2 Analisis Struktur Biaya Usahatani