Analisis Pendapatan Usahatani Analisis Usahatani

Tabel 24 . Rata – Rata Biaya yang Diperhitungkan Peternak Responden Desa Cibeureum Bulan Juni Tahun 2011 No Jenis Biaya yang Diperhitungkan Rata – Rata Biaya yang Diperhitungkan Rp Persentase Nilai Biaya yang Diperhitungkan 1 Sewa Lahan 27.269,67 15,59 2 Penyusutan 147.643,52 84,4 Rata – Rata Biaya yang Diperhitungkan 174.913,19 100 a Sewa Lahan Dikarenakan lahan keseluruhan peternak responden merupakan milik pribadi, sehingga sewa lahan menjadi biaya yang diperhitungkan, dan rata-rata biaya sewa lahan yang berlaku di Desa Cibeureum yaitu sebesar Rp 27.269,67 pada bulan Juni Tahun 2011 dan memiliki tingkat persentase mencapai 15,59 persen, dengan rata-rata luasan lahan per kandang 0,019 ha serta memiliki total sewa lahan pada biaya yang diperhitungkan sebesar Rp 981.708,00 b Penyusutan Penyusutan menjadi biaya yang diperhitungkan, karena dihitung sebagai biaya yang harus dikeluarkan oleh peternak responden untuk melakukan perawatan terhadap peralatan dan kandang. Rata-rata biaya penyusutan yang dikeluarkan oleh peternak responden sebesar Rp 147.643,52 pada bulan Juni Tahun 2011 dengan tingkat persentase sebesar 84,4 persen. Serta total biaya penyusutan pada biaya yang diperhitungkan sebesar Rp 5.315.166,67 Biaya penyusutan ini menggunakan metode garis lurus, yaitu harga beli dibagi dengan umur pakai.

6.1.3 Analisis Pendapatan Usahatani

Menurut Heriyatno 2009 bahwa keberhasilan suatu usaha peternakan dari segi pendapatan dinilai berdasarkan tingkat efisiensinya, yaitu kemampuan usaha tersebut menghasilkan keuntungan dari setiap rupiah biaya yang dikeluarkan dan dihitung dengan membandingkan penerimaan dengan biaya. Pendapatan usahatani pada penelitian ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Hasil analisis untuk pendapatan atas biaya tunai menunjukkan nilai rata-rata pendapatan atas biaya tunai pada peternak responden sebesar Rp 3.710.769 pada bulan Juni Tahun 2011. Sedangkan nilai rata-rata pendapatan atas biaya total pada peternak responden sebesar Rp 3.885.683 pada bulan Juni Tahun 2011. Kemudian dari perhitungan analisis RC rasio didapatkan hasil nilai rata- rata RC rasio tunai adalah 2,26 yang memiliki arti bahwa setiap pengeluaran tunai sebesar Rp 1, akan menghasilkan penerimaan sebesar 2,26. Dengan tingkat rasio sebesar 2,26 maka usahaternak sapi laktasi ini dapat dikategorikan usaha yang menguntungkan. Nilai rata-rata RC total adalah 2,11, dan angka tersebut memiliki arti bahwa setiap satu rupiah biaya total yang dikeluarkan peternak akan memperoleh penerimaan sebesar 2,11, sama halnya dengan tingkat rata-rata RC rasio tunai yang menguntungkan, maka nilai RC rasio atas total pun dikategorikan menguntungkan karena nilai RC rasio lebih dari satu dikategorikan menguntungkan. Rincian mengenai rata-rata penerimaan, biaya, pendapatan dan analisis RC rasio peternak responden di Desa Cibeureum dapat dilihat pada Tabel 25 berikut ini. Tabel 25 . Rata – Rata Penerimaan, Biaya, Pendapatan dan RC Rasio Peternak Responden di Desa Cibeureum Bulan Juni Tahun 2011 No Komponen Nilai Rp 1 Penerimaan 6.786.000 2 Biaya Tunai 3.075.231 3 Biaya yang Diperhitungkan 174.913 4 Total Biaya 3.250.144 5 Pendapatan Atas Biaya Tunai 3.710.769 6 Pendapatan Atas Biaya Total 3.885.683 7 RC Rasio Tunai 2,26 8 RC Rasio Total 2,11 Selain itu diperhitungkan juga analisis per ekor, dengan tujuan untuk melihat analisis perhitungan RC rasio per satu ekor sapi di wilayah penelitian, sehingga pendapatan usahatani pada penelitian ini terbagi menjadi dua bagian dengan perhitungan untuk satu ekor sapi laktasi, yaitu pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Hasil analisis untuk pendapatan atas biaya tunai menunjukkan nilai pendapatan atas biaya tunai pada peternak responden sebesar Rp 938.206 pada bulan Juni Tahun 2011. Sedangkan nilai pendapatan atas biaya total pada peternak responden sebesar Rp 991.569 pada bulan Juni Tahun 2011. Kemudian dari perhitungan analisis RC rasio per ekor didapatkan hasil nilai RC rasio per ekor tunai adalah 2,21 yang memiliki arti bahwa setiap pengeluaran tunai sebesar Rp 1, akan menghasilkan penerimaan sebesar 2,21. Dengan tingkat rasio sebesar 2,21 maka usahaternak sapi laktasi ini dapat dikategorikan usaha yang menguntungkan. Sedangkan nilai RC per ekor total adalah 2,09, dan angka tersebut memiliki arti bahwa setiap satu rupiah biaya total yang dikeluarkan peternak akan memperoleh penerimaan sebesar 2,09, sama halnya dengan tingkat RC rasio per ekor tunai yang menguntungkan, maka nilai RC rasio per ekor atas total pun dikategorikan menguntungkan karena nilai RC rasio lebih dari satu dikategorikan menguntungkan. Rincian mengenai penerimaan, biaya, pendapatan dan analisis RC rasio peternak responden di Desa Cibeureum dapat dilihat pada Tabel 26 berikut ini. Tabel 26 . Penerimaan, Biaya, Pendapatan dan RC Rasio Per Ekor Sapi di Desa Cibeureum Bulan Juni Tahun 2011 No Komponen Nilai Rp 1 Penerimaan 2.070.305 2 Biaya Tunai 938.206 3 Biaya yang Diperhitungkan 53.363 4 Total Biaya 991.569 5 Pendapatan Atas Biaya Tunai 1.132.099 6 Pendapatan Atas Biaya Total 1.185.462 7 RC Rasio Tunai 2,21 8 RC Rasio Total 2,09

6.2 Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Produksi Susu Sapi Perah

Peternak Desa Cibeureum Pada penelitian ini faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi susu pada tingkat peternak responden di Desa Cibeureum dianalisis dengan menggunakan model fungsi Cobb-Douglas yang berfungsi untuk menunjukkan hubungan matematis antara produksi susu dengan faktor-faktor produksi yang digunakan. Untuk menduga parameter dalam persamaan fungsi Cobb-Douglas maka terlebih dahulu harus diubah ke dalam bentuk double logaritma natural ln, secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 6. Menurut Soekartawi, 1990 diacu dalam Alpian, 2010 menyatakan bahwa model fungsi Cobb-Douglas digunakan karena parameternya merupakan elastisitas produktivitas, tidak ada nilai pengamatan yang bernilai nol dan tidak ada perbedaan teknologi dalam setiap pengamatan. Faktor-faktor yang produksi yang diduga memiliki pengaruh dalam usahaternak sapi perah penghasil susu ini yaitu konsentrat, hijauan, obat, air, tenaga kerja. Hasil pendugaan model dengan menggunakan model fungsi Cobb- Douglas yang dilakukan menunjukkan nilai koefisien determinasi R 2 sebesar 53,6 persen dengan nilai determinasi terkorelasi sebesar 45,8 persen. Nilai koefisien determinasi R 2 sebesar 53,6 persen tersebut menunjukkan bahwa dari variasi produksi dapat dijelaskan secara bersamaan oleh faktor konsentrat, faktor hijauan, faktor obat, faktor air dan faktor tenaga kerja. Sedangkan nilai 46,4 persen lainnya dapat dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang berada di luar model, faktor-faktor yang berada di luar model tersebut yang diduga memiliki pengaruh terhadap produksi susu sapi perah yaitu vaselin, iklim dan cuaca, penyakit, lingkungan peternakan dan tatalaksana ternak.