hijauan sesuai kehendak masing-masing peternak. Rata-rata hijauan yang digunakan oleh peternak responden sebesar 508,333 kilogram bulan Juni Tahun
2011, dengan total keseluruhan konsumsi pakan hijuan mencapai 18.300,000 kilogram pada bulan Juni. Pembelian persediaan pakan hijauan ini berasal dari
daerah citeko, cisarua, ciawi, sukabumi, koperasi Giri Tani dan kegiatan peternak untuk mengambil hijauan sendiri di daerah Desa Cibeureum ngarit. Pemberian
pakan dilakukan sebanyak dua kali dalam satu hari yaitu pagi dan sore hari. Pemberian hijauan dilakukan oleh peternak responden sebelum dan setelah proses
pemerahan dengan tujuan untuk memberikan ketenangan pada pada sapi saat akan diperah dan sesudah diperah. Takaran pemberian yang dilakukan oleh para
peternak responden dalam satu hari yaitu 40 : 60, artinya 40 persen hijauan diberikan pada pagi hari hingga menjelang sore sebelum di perah, kemudian
setelah diperah diberikan lagi pakan hijuan sebesar 60 persen dari total pemberian per hari oleh peternak.
6.2.3 Faktor Obat X3
Pemberian obat yang dimaksud pada analisis ini terdiri dari obat dan vitamin, dengan tujuan untuk meningkatkan tingkat kesehatan ternak, melindungi
dari penyakit serta memberikan dorongan untuk meningkatkan hasil produksi melalui penggunaan vitamin. Faktor produksi obat mempunyai nilai koefisien
regresi bernilai positif sebesar 0,25105 dan berpengaruh nyata terhadap taraf nyata lima persen. Nilai koefisien regresi ini mengandung arti bahwa setiap
penambahan obat sebesar satu persen maka produksi susu akan meningkat sebesar 0,25105 persen dengan menganggap faktor produksi lain tetap ceteris paribus.
Elastisitas produksi yang lebih kecil dari pada 0 0 Ep 1 menunjukkan bahwa penggunaan obat berada di daerah rasional. Nilai koefisien regresi tersebut
memiliki arti bahwa apabila terjadi penambahan input obat obat dan vitamin akan meningkatkan produksi susu sebesar 0,25105. Hal tersebut menunjukkan
bahwa faktor input obat memiliki pengaruh nyata terhadap peningkatan produksi, namun penambahan input tidak secara frontal diberikan langsung kepada sapi
laktasi, namun di imbangi dengan takaran atau dosis yang diatur sepenuhnya oleh
petugas medis ternak dari koperasi Giri Tani, hal ini untuk mencegah terjadinya kesalahan pemberian dosis yang dapat mengakibatkan kematian.
Obat obat dan Vitamin diperlukan oleh peternak responden untuk menjaga objek utama yaitu sapi perah dari penyakit dan sekaligus untuk memacu
tingkat produksi susu. Rata-rata penggunaan obat oleh peternak responden sebesar 0,254 liter pada bulan Juni Tahun 2011, dan total keseluruhan pemakaian obat
obat dan vitamin pada peternak responden sebesar 9,139 liter pada bulan Juni Tahun 2011 dengan tingkat pemberian obat dan vitamin yang berbeda-beda tiap
peternak, hal tersebut disesuaikan dengan kondisi sapi yang membutuhkan obat dan vitamin.
6.2.4 Faktor Air X4
Air menjadi suatu input penting dan sangat diperlukan dalam produksi. Faktor air memiliki nilai koefisien regresi negatif sebesar -0,0054 namun tidak
berpengaruh nyata pada taraf nyata lima persen dengan mengganggap faktor produksi lain tetap cateris paribus. Nilai koefisien regresi ini mencerminkan arti
bahwa setiap penambahan atau pengurangan jumlah input air sebesar satu persen tidak akan berpengaruh terhadap produksi susu. Hal tersebut tersebut
menunjukkan bahwa faktor input air tidak dapat dikategorikan sebagai input produksi yang mempengaruhi produksi susu secara total, minusnya nilai regresi
mempertegas hal tersebut. Elastisitas produksi faktor input air yang lebih kecil dari 0 Ep 0 menunjukkan bahwa penggunaan air berada pada daerah irasional.
Rata-rata penggunaan air oleh peternak responden mencapai angka sebesar 646,667 liter pada bulan Juni Tahun 2011, sedangkan total keseluruhan
pemakaian air oleh peternak responden di Desa Cibeureum yaitu sebesar 23.280,000 liter pada bulan Juni Tahun 2011. Input air didapatkan dari air gunung
yang berasal dari daerah bukit di Cisarua yang dekat dengan Taman Safari Bogor, penggunaan input air diatur secara swasembada oleh para kelompok ternak
masing-masing yang mengandalkan fasilitas penampungan air instalasi rumah air untuk ternak dan dialirkan menuju bak
– bak air untuk input produksi di tiap kandang milik peternak responden. Penggunaan air oleh peternak sebenarnya
bebas dan tidak terbatas, namun ternak sapi laktasi rata-rata mengkonsumsi air
sebanyak 19,5 liter per hariekor. Angka koefisien regresi yang bernilai negatif tersebut di identifikasi oleh peneliti sebagai berikut: Pada bulan Juni, kelompok
ternak Bina Warga mengalami sedikit permasalahan pada pipa instalasi air yang digunakan untuk mengalirkan air menuju bak-bak air minum sebagai input
produksi, hal tersebut disebabkan oleh rusaknya pipa paralon berukuran besar dan ukuran kecil di wilayah bukit dekat dengan rumah air yang mengaliri air menuju
pipa air ke kelompok ternak Bina Warga. Sehingga kelompok ini harus menjatah air per ekor sapi laktasi sebanyak 18 liter air, karena terbatasnya jumlah air yang
diberikan sambil menunggu perbaikan hingga tanggal 5 Juli 2011. Tentu saja hal tersebut merupakan kerugian bagi peternak, karena berkurangnya pasokan air
minum untuk sapi laktasi, karena di dalam tubuh sapi, air berfungsi untuk mengatur suhu dalam tubuh, membantu proses pencernaan, metabolisme, dan
sebagai pelumas pada persendian-persendian. Kebutuhan air bagi sapi tergantung dari berbagai faktor, yaitu: umur, besar tubuh, jenis makanan, iklim, dan jumlah
produksi. Sapi yang banyak menerima konsumsi berupa konsentrat, bertubuh besar, dan produksi susunya tinggi membutuhkan air yang lebih banyak. Sapi
perah memerlukan 2 - 2,5 liter air minum untuk memproduksi air susu sebesar 0,5 liter. Oleh karena itu harus disediakan air minum relatif lebih banyak dan
diberikan dua kali sehari agar dapat memproduksi susu lebih tinggi. Pemberian air minum untuk sapi dilakukan secara ad libitum sesukanya. Air yang diberikan
berupa air bersih berasal dari air sungai kecil di wilayah bukit Cisarua. Air tersebut dialirkan ke tempat minum sapi yang berada di sebelah tempat pakan.
6.2.5 Faktor Tenaga Kerja X5