Penebaran Benih Pemeliharaan Teknik Pemeliharaan Bandeng

63

B. Penebaran Benih

Penebaran benih ikan bandeng dilakukan setelah kondisi air sudah stabil, hal ini ditandai perubahan warna air menjadi coklat kehijauan. Penebaran benih dilakukan pada saat cuaca sejuk dan biasanya pada pagi hari. Ukuran benih yang ditebar bervariasi dan umumnya berumur 1–2 bulan. Penggunaan benih ukuran gelondongan lebih menguntungkan karena daya toleransinya yang besar terhadap fluktuasi salinitas. Benih ikan diperoleh dari petani penggelondong atau hasil penggelondongan sendiri. Sebagian petambak melakukan penggelondongan sendiri dengan menyediakan satu petakan untuk penggelondongan yang nantinya untuk digunakan pada tahap pembesaran. Sebagian petambak yang lain langsung membeli dari petambak yang secara khusus mendatangkan nener. Hasil wawancara diperoleh informasi bahwa petambak memperoleh nener pada saat musim nener di perairan Holtekam, dimana penangkapan nener dilakukan oleh masyarakat lokal masyarakat Papua dan dari petambak yang menampung nener dari Makassar dan Palu Sulawesi. Penebaran benih dilakukan dengan melakukan aklimatisasi terlebih dahulu dengan cara mengapungkan kantong benih di permukaan air, selang 20–25 menit kemudian, kantong secara perlahan ditenggelamkan sehingga benih keluar dengan sendirinya. Padat tebar benih yang dilakukan oleh petambak di Holtekan rata-rata berkisar antara 1 . 000–2 . 500 ekorha, alasannya karena tidak dilakukan pemberian pakan tambahan dan hanya mengandalkan pakan alami berupa makrofita dan klekap yang tumbuh dalam tambak. Disamping itu, biaya operasionalnya yang relatif lebih sedikit. Melihat tingkat teknologi yang diterapkan di tambak Holtekam, memberikan peluang besar untuk ditingkatkan ke tingkat teknologi tradisional plus dan semi intensif, mengingat sumber benih yang cukup tersedia dan juga adanya dukungan Pemerintah Kota Jayapura untuk membenahi sarana prasarana produksi di kawasan Tambak Holtekam.

C. Pemeliharaan

Keberhasilan usaha budidaya tambak tidak hanya ditentukan oleh konstruksi dan tata letak tambak, pengolahan tanah dan pengadaan benih, tetapi 64 juga ditentukan oleh proses pemeliharaan sejak penebaran benih sampai panen. Kegiatan yang dilaksanakan selama proses pemeliharaan adalah : - Pengelolaan Kualitas air dan Pemantauan Lingkungan Untuk mempertahankan kondisi kualitas perairan tambak tetap stabil dan ketersediaan pakan alami tetap tersedia secara kontinu, maka setelah masa pemeliharaan sekitar satu bulan. Jenis pupuk susulan yang digunakan adalah pupuk urea dan TSP atau NPK. Pemupukan susulan bertujuan untuk mempertahankan kecerahan air dan memasok unsur hara. Dosis pupuk yang digunakan adalah urea 10-15 kg dan TSP 5-10 kgha atau NPK dengan dosis 20–25 kgha. Aplikasi pupuk dapat dilakukan dengan menebar di pelataran, diletakkan dalam kantong dan direndam sampai kedalaman 20 cm, diletakkan diatas para-para yang berada sekitar 20 di bawah permukaan air atau diletakkan dekat pintu pemasukan air. Pemberian pupuk dilakukan setiap dua minggu sekali. Hasil wawancara dan pengamatan visual di lapangan, petambak di Holtekam melakukan pemupukan dengan cara meletakkan pupuk dalam kantong kain dan digantung pada beberapa tempat di pelataran kolam dimana bagian bawah kantong pupuk terendam air. Aplikasi pupuk susulan dilakukan setiap dua minggu sekali. Selama proses pemeliharaan perlu dilakukan penambahan air. Penambahan air dimaksudkan untuk mengganti kehilangan air dari tambak akibat penguapan dan rembesan. Kualitas air yang digunakan harus baik dan bebas dari bahan pencemar. Penambahan air dilakukan setiap dua minggu sekali sebanyak 20-25 dari volume air tambak. Hasil wawancara dengan petambak menunjukkan bahwa selama pemeliharaan tidak dilakukan pergantian air, namun hanya dilakukan penambahan air untuk mengganti air yang hilang akibat rembesan dan penguapan. Hal ini dilakukan karena selama proses pemeliharaan tidak dilakukan pemberian pakan hanya pemberian pupuk susulan setiap dua minggu sekali. Pemantauan lingkungan selama proses pemeliharaan dilakukan secara rutin dengan memeriksa kondisi pematang dan tambak. Hal ini dimaksudkan untuk mengantisipasi dan mencegah adanya kebocoran pematang, predator dan memantau pertumbuhan ikan yang dipelihara. 65 - Penanggulangan Hama dan Penyakit Hama adalah organisme yang dapat menimbulkan gangguan terhadap ikan peliharaan. Berdasarkan aktivitasnya, hama dapat dikelompokkan ke dalam golongan pemangsa predator, pesaing competitor, perusak sarana budidaya dan pencuri. Pemangsa predator adalah organisme yang dapat memangsa ikan yang dipelihara. Pemangsa di tambak dapat berupa burung, ular, biawak dan ikan-ikan buas kakap. Upaya penanggulangan terhadap hama burung dilakukan dengan menangkap atau dengan selalu mengontrol tambak. Hasil pengamatan dan wawancara dengan petambak, dikatakan bahwa hama burung merupakan hama yang paling berbahaya disamping biawak. Hama burung dapat menghabiskan ikan peliharaan dalam waktu singkat, apabila mereka memasuki areal tambak. Pengendalian yang dilakukan dengan memasang tali saling melintang dan membuat patung orang-orangan untuk menakuti burung. Penanggulangan ikan pemangsa dilakukan dengan memasang saringan pada pintu pemasukan air. Hama pesaing competitor berupa hewan yang menjadi pesaing dalam hal pemanfaatan ruang dan makanan. Hama kompetitor di tambak bandeng berupa ikan mujair Oreochromis mossambica, siput, kepiting. Penanggulangan hama pemangsa dilakukan pada saat pengeringan tambak dengan menggunakan pestisida dan memasang saringan pada pintu pemasukan air untuk mencegah masukknya benih ikan liar ke dalam tambak Effendi 2004. Hama perusak sarana di tambak berupa kepiting dan belut yang membuat lubang pada pematang, demikian juga dengan adanya teritip yang melubangi pintu air yang terbuat dari bahan kayu. Penanggulangan hama jenis perusak ini dilakukan dengan pengeringan tambak dan penggunakan pestisida organik. Penanggulangan hama kepiting dilakukan dengan menangkap secara langsung dan membunuhnya. Hasil wawancara dengan petambak di Holtekam bahwa hama perusak sarana adalah kepiting dan udang penggali udang doser, nama lokal. Kepiting, belut dan udang penggali membuat lubang pada pematang tambak. Kehilangan air dari tambak akibat bocoran pematang hama perusak ini cukup besar sehingga menambah biaya bahan bakar untuk mengisi air ke dalam tambak. 66 Penyakit ikan didefenisikan sebagai segala sesuatu yang dapat menimbulkan gangguan suatu fungsi atau struktur dari organ-organ tubuh baik sebagian maupun secara keseluruhan, baik secara langsung maupun tidak langsung Effendi 2004. Penyakit timbul sebagai hasil dari interaksi yang tidak serasi antara faktor lingkungan kualitas air, ikan dan patogen. Interaksi yang tidak serasi ini menyebabkan stress pada ikan yang dipelihara, sehingga mekanisme pertahanan tubuh menjadi lemah dan akhirnya mudah terserang penyakit. Penyakit ikan dapat mengakibatkan kerugian ekonomis yang tinggi karena penyakit dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan ikan, organ- organ tubuh yang tidak sempurna, pertumbuhan lambat, konversi pakan yang tinggi dan produksi yang rendah. Jenis-jenis penyakit yang menyerang ikan bandeng adalah penyakit pilekflu cold sebagai akibat perubahan cuaca yang mendadak hujan dan penurunan suhu air. Penyakit ini ditandai dengan menurunnya nafsu makan, kondisi ikan lemah dan warna kulit kusam, pertumbuhan lambat dan meningkatkan peluang dimangsa oleh predator. Disamping itu penyakit parasiter yang umum menyerang adalah bacteria yakni Vibrio sp. yang menyebabkan vibriosis haemorrhagic septicemia, Flexibacter columnaris yang menyebabkan ekor busuk finn root. Penyakit parasiter ini umumnya menyerang benih dan gelondongan ikan bandeng. Disamping penyakit yang disebabkan oleh bakteri, juga terdapat penyakit non parasiter yang disebabkan oleh kondisi lingkungan yang buruk, pakan yang jelek, benih yang kualitasnya rendah serta perubahan iklim yang ekstrim, sehingga ikan yang dipelihara mengalami stress dan mudah terserang penyakit infeksi. Hasil pengamatan dan wawancara dengan petambak di Holtekam diperoleh informasi bahwa penyakit yang menyerang ikan bandeng di tambak belum ada, hal ini disebabkan karena padat tebar yang masih rendah dan kondisi lingkungan tambak yang relatif stabil dan baik.

D. Panen dan Pasca Panen