sekaligus dalam memformulasi kebijakan pengelolaan lingkungan perairan pesisir Holtekam bagi pengembangan perikanan budidaya secara lestari dan bertanggung
jawab. Kajian ini diarahkan untuk memperoleh informasi beban limbah dari aktivitas budidaya ikan di tambak dan dampaknya terhadap lingkungan pesisir
dengan pendekatan ekologis. Hal ini disebabkan karena air dari perairan pesisir Holtekam digunakan sebagai sumber utama pengairan tambak, dimana limbah
buangan tambak masuk kembali ke perairan pesisir tersebut.
1.2 Perumusan Masalah
Wilayah pesisir Holtekam di Teluk Yos Sudarso merupakan salah satu kawasan pengembangan ekonomi Kota Jayapura. Wilayah ini sudah
dikembangkan dan dimanfaatkan sebagai kawasan pariwisata pantai, budidaya tambak. kolam air tawar dan pertanian. Hal ini secara langsung maupun tidak
langsung dapat menyebabkan perubahan ekologi. Saat ini luasan tambak di Holtekam yang tersedia sekitar 583 hektar,
sedangkan yang sudah berproduksi sekitar 350 hektar dengan jumlah petani tambak 56 KK Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Jayapura 2010. Komoditas
ikan yang dibudidayakan adalah ikan bandeng Chanos chanos Forskal. Sejak dimulainya pembukaan lahan tambak pada tahun 1980, kebutuhan benih nener
ikan bandeng diperoleh dari sekitar perairan pesisir Holtekam. Namun saat ini, hasil tangkapan nener semakin berkurang dan untuk memenuhi permintaan nener
yang semakin meningkat maka didatangkan dari Makassar dan Surabaya. Kelangkaan nener di perairan Holtekam diduga karena menurunnya kualitas
lingkungan pesisir Holtekam sebagai tempat asuhan larva ikan bandeng sebagai akibat konversi mangrove untuk tambak Rumbekwan 2010.
Data dan informasi mengenai kualitas perairan pesisir Holtekam sebagai kawasan budidaya hingga saat ini belum ada. Oleh sebab itu perlu adanya suatu
kajian mengenai kondisi kualitas perairan pesisir Holtekam yang nantinya dapat digunakan sebagai informasi bagi pemanfaatan dan pengelolaan kawasan pesisir
Holtekam bagi pengembangan budidaya tambak secara lestari dan bertanggung jawab.
1.3 Kerangka Pemikiran
Kegiatan budidaya tambak di Holtekam diduga berpotensi menyebabkan perubahan ekologis perairan pesisir. Buangan limbah tambak masuk ke perairan
pesisir melalui saluran kali Buaya yang bermuara di pantai Holtekam. Kondisi ini dikuatirkan akan mempertinggi konsentrasi bahan organik dan nutrien, baik yang
berada di dalam saluran tambak, kali buaya maupun perairan laut yang dapat mempengaruhi fungsi ekologis perairan pesisir. Disamping itu, akan berdampak
bagi produktivitas tambak karena merupakan sumber air bagi pengairan tambak. Besarnya buangan limbah dari tambak dapat diketahui dari tingkat
teknologi budidaya yang diterapkan dan hasil pengukuran parameter kualitas air. Limbah budidaya sebagian besar berasal dari sisa pakan, sisa buangan
metabolime, bangkai plankton dan nutrien sebagai residu dari pemupukan tambak. Kemampuan perairan pesisir menerima limbah dapat diketahui dari kapasitas
asimilasi dan daya dukung perairan tersebut. Budidaya tambak merupakan usaha padat modal dan memerlukan
pengetahuan, ketrampilan serta ketekunan yang khusus. Keberlanjutan usaha tambak tergantung pada produktivitas tambak, keamanan lingkungan dan
pemasaran komoditas hasil tambak. Budidaya tambak dengan menggunakan tekhnologi yang tepat dan memperhatikan kesesuaian lahan dan daya dukung
lingkungan serta kelayakan usaha secara ekonomis akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan petambak. Diagram kerangka berpikir perumusan
beban limbah budidaya ikan terhadap kualitas perairan pesisir Holtekam Kota Jayapura Provinsi Papua dapat dilihat pada Gambar 1.
1.4 Tujuan dan Kegunaan